"Sinting!" maki Dewa Berlian keras. Diliriknya Dewa Pemarah yang nampak tak acuh saja.
"Ayolah! Katakan saja bila kau menginginkannya! Percayalah, aku bersedia melakukannya untukmu!"
Tak tahan mendengar ucapan si pemuda berpakaian merah menyala yang membuatnya muak, segera saja Dewi Berlian mengibaskan tangan kanannya.
Wussss!
Menghampar sinar berkilauan ke arah si pemuda yang masih tertawa. Namun entah apa yang terjadi, mendadak saja sinar berkilauan itu tertahan dan menimbulkan suara letupan yang keras. Sementara sosok si pemuda berpakaian merah masih nangkring di batang pohon semula.
"Keparat! Siapa pemuda ini sebenarnya? Pukulan 'Pusaran Kilau Berlian' begitu mudah dihalau tanpa terlihat bagaimana dia melakukannya?" batin Dewi Berlian agak bergetar. Lalu dengan kedua tangan dikepal dan bermaksud hendak memberi pelajaran pada pemuda berpakaian merah, Dewi Berlian lipat gandakan tenaga dalamnya. Dengan diiringi teriakan keras, dia menggerakkan ke
"Gadis manis.... Aku telah turun sekarang. Dan tentunya kau senang bukan karena hidup Lelaki tua bau tanah itu akan kuakhiri hingga kau tak akan selalu sewot dan terganggu di dekatnya. Yang terpenting lagi, kau dan Lelaki tua itu tak akan bisa meninggalkan tempat ini sebelum berurusan denganku! Bagaimana? Kau sudah mau mengatakan, kalau kau membutuhkan bantuanku untuk menyingkirkan orang tua jelek itu!"Membesi wajah Dewi Berlian mendapati kata-kata yang membuatnya bertambah muak. Diam-diam disadarinya kalau pemuda berpakaian merah yang mendadak saja muncul di saat dia dan Dewa Pemarah hendak meninggalkan tempat itu, bukan orang sembarangan. Dua kali dia menyerangnya, namun serangan-serangannya itu dengan mudah dapat dihalau oleh si pemuda. Dan yang cukup mengherankannya, karena sikap. Dewa Pemarah seolah tak mau ambil pusing dengan ejekan dan sikap memuakkan dari Pangeran Merah. Lelaki tua berkuncir itu justru mengajak Dewi Berlian berlalu dari sana. Tetapi Dewi Berlian meli
"Tunggu!" bentak Dewa Pemarah seraya mengibaskan tangan kanannya. Ada hamparan angin yang melesat cepat dan membuat si pemuda menyingkir.Saat melompat itu terlihat sesuatu bergerak kembali di belakangnya. Rupanya di belakang punggungnya selain terdapat dua buah pedang bersilangan, juga terdapat rambut panjang yang berbentuk buntut sementara rambut lainnya hanya sebatas leher belaka. "Ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' setahuku hanya dimiliki oleh Nenek Cabul kapiran! Nenek busuk yang kerap kali kerjanya hanya menculik para jejaka tampan. Aku yakin, ilmu itulah yang kau pergunakan hingga kau mampu menahan serangan sesakti apapun tanpa bergeser dari tempatmu, bahkan kau bisa melakukannya Sambil terbahak-bahak! Tetapi, dengan cara menyerang bagian lutut dari orang yang memiliki ilmu itu maka dia tak akan bisa banyak berbuat! Katakan sebelum urusan menjadi panjang! Bukankah kau murid si Nenek Cabul, hah? Kalau pun tidak, seyogyanya kau pernah menyirap ilmu dari nenek genit cela
Menggeram setinggi langit Dewa Pemarah seraya mencelat ke arah suara tadi. Tetapi sudah tentu dia terlambat, karena pemuda berpakaian merah yang tadi mempergunakan kesempatan selagi tanah dan ranggasan semak muncrat dan menghalangi pandangan bergerak menotok Dewi Berlian dan membawanya kabur, sudah menjauh."Benar-benar sontoloyo! Huhh! Apa yang kulakukan sekarang? Apakah aku harus tetap kembali menuju Goa Seratus Laknat, ataukah kucari dan kuselamatkan murid Dewi Bulan itu? Sontoloyo! Murid Nenek Cabul telah membuka kembali urusan lama! Apakah dia sengaja muncul dan melakukan tindakan busuk semata-mata dikarenakan perintah si Nenek Cabul yang sudah tentu mendendam kepadaku. Tetapi melihat jurus-jurus yang dilakukan berikutnya tadi, rasanya aku sulit mengenalinya sebagai jurus milik Nenek Cabul! Huh! Urusan ke Goa Seratus Laknat bisa kutunda, karena mungkin aku memang sudah terlambat! Sebaiknya kucari saja pemuda keparat yang membawa lari Bocah Ayu! Akan kupotek-potek tulang
Tak kuasa menahan terlalu lama, dia bertanya, "Si Buta dari Sungai Ular... tahukah kau di mana Kang Cakra berada?""Maksudmu Pendekar Judi? Aku tidak tahu. Yang ku tahu kalau dia mengejar Beruang Mambang yang membawa dirimu," sahut Manggala tersenyum lalu menyambung dalam hati, "Melihat binar matanya dan mendengar suaranya, aku yakin kalau gadis ini mencintai Pendekar Judi. Apakah...."Mendadak Manggala mengalihkan pandangan pada suara yang baru datang. Tatkala dilihatnya siapa yang datang dia tersenyum lalu tertawa."Hebat! Rupanya kau memburu kelinci lagi, hah? Kau benar, Baruna.' Daging kelinci yang ku panggang semalam itu tentu sudah dingin. Baik, aku akan memanggangnya lagi. Kebetulan perutku juga sudah lapar. Tetapi ingat, kau harus memakan kelinci yang telah kupanggang ini."Manusia Serigala mengeluarkan gerengan pelan.Si Buta dari Sungai Ular mendengus, "Brengsek! Rupanya kau sudah makan kelinci yang kau buru, hah" Baruna... kau anak manus
"I... bu....""Ya. Ibu. Ibumu seorang wanita yang sangat jelita sekali. Dari wujudnya yang jelita itu, seperti terpancar sebuah pesona yang tak bisa ditepiskan. Ibumu berjuluk Dewi Segala Impian dan bernama Permata. Baruna... suatu saat, kau akan kupertemukan dengan ibumu itu yang kelihatan juga sedang mencarimu. Tetapi entah mengapa aku seperti menangkap gelagat yang tidak enak apa maksudnya mencarimu."Manusia Serigala hanya menelengkan kepala, seolah hendak mendengar lebih jelas lagi kata-kata Si Buta dari Sungai Ular. Si Buta dari Sungai Ular tak meneruskan ucapan karena dia tahu kalau gadis berpakaian biru kehitaman itu sudah sangat lapar. Lalu diberinya sepotong daging kelinci. Angin Racun Barat tak malu-malu untuk melahap sampai tandas daging kelinci panggang itu. Tetapi setelah habis dia tertawa, "Aku jadi malu. Seperti orang yang sudah bertahun-tahun tak bertemu makanan, ya?""Kau boleh menikmatinya lagi. Tetapi kau harus membayar sekarang," seloroh Man
Manggala memutus kata-katanya sendiri tatkala telinganya menangkap suara nyanyian kacau balau yang tumpang tindih dan benar-benar tidak merdu.‘Ayo gandeng tangan, biar kita jangan salah jalanApakah yang kau inginkan selain berdua diranjangMengapa harus ragu untuk saling berdendangRanjang berderit dan jiwa terangsangMari ayo mari kasihku sayangKita berenang menikmati kehidupanLalalalala....’Si Buta dari Sungai Ular seketika mengalihkan pandangan ke atas. Sepasang matanya melihat satu sosok tubuh yang luar biasa gemuk berpakaian putih terbuka yang memperlihatkan dada gempal. Orang yang barusan menyanyi kacau balau itu dengan enaknya menenggak isi pundi yang ada di tangannya.Gluk... gluk... gluk."Busyet! Orang apa raksasa? Kalau orang gemuknya minta ampun, kalau raksasa masih kelihatan lebih kecil? Jangan-jangan... dia sebangsa penunggu tempat ini...," pikir si pemuda dengan pandangan berubah ka
"Gila!" desis Manggala kagum. "Yang kulepaskan untuk menahan deru angin itu adalah Pukulan ''Katak Bulan Sakti'. Tetapi orang bertubuh gemuk luar biasa ini tak bergeming dari tempatnya, justru aku yang terhuyung. Aku yakin, dia jelas bukan orang sembarangan. Hanya yang mengherankan, bagaimana arak-arak yang bisa bikin otaknya menjadi sinting itu tak mempengaruhi serangannya barusan?"Terdengar suara Raja Arak dengan tubuh limbung. "Nah, nah! Mengapa kau masih berada di sini? Bukankah tadi kau katakan hendak meninggalkan tempat ini. Ayo pergi sana! Tampangmu bikin aku muak! Jangan-jangan kau hendak mencuri arak-arakku, ya? Heeegggh!"Manggala meringis mendengar dahak yang keras dan jelek itu. Tetapi pandangannya lekat pada orang bertubuh gemuk. "Kacau! Tadi aku sudah pamitan dia menahan. Sekarang dia merasa heran aku masih berada di sini padahal ditahan oleh serangannya! Lebih kacau lagi aku dituduh hendak mencuri arak-araknya! Kurang asem! Siapa sudi mencuri araknya! M
Raja Arak menenggak araknya lagi. Lalu mencanteli di pinggangnya dan mengambil pundi yang masih penuh. "Ya, ya... aku yakin sekarang. Aku belum bertemu dengan Iblis Cadas Siluman. Justru aku bertemu dengan perempuan yang sangat jelek sekali. Hehehe... di kepalanya yang lonjong ada sebuah konde kecil. Pakaiannya batik warna kusam...""Kau semakin bertambah pikun, Raja Arak. Bukan dia yang kutanyakan. Tetapi Iblis Cadas Siluman.""Wah, kau yang pikun sekarang. Tadi kukatakan aku belum bertemu dengannya. Polong sayang, ayo kita minum bersama-sama sekarang! Kita mabuk sampai pagi"Kalau Nyi Polong alias Naga Selatan tak menghiraukan kata-kata yang diucapkan dengan tubuh limbung oleh Raja Arak, lain halnya yang ada di otak Si Buta dari Sungai Ular. "Mendengar ciri orang yang disebutkan Raja Arak tadi, aku yakin dia Guru adanya. Hmm... kalau begitu di mana Guru berada sekarang?"Naga Selatan berkata lagi sambil terkikik "Kau benar-benar gampang marah sekarang,
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana