Share

457. Part 3

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-18 01:03:02

"Sahabat! Apa yang kau lakukan?" Tak ada sahutan apapun juga. Raja Pocong merasakan hawa panas yang sangat luar biasa sekali memanggang tubuhnya. Tubuhnya kelojotan liar diiringi teriakan yang sangat menyayat hati, tak ubahnya seperti lolongan serigala yang tertembak oleh pemburu. Hanya sesaat tubuh Raja Pocong bergerak kesakitan, karena kejap lainnya terdengar suara ledakan yang sangat keras sekali dari dalam keranda itu.

Blaaammm!

Tubuh Raja Pocong pecah, lebur menjadi serpihan. Kendati keranda itu berbesi jarang, tetapi tak satu pun pecahan tubuh Raja Pocong yang terpental keluar. Hanya saja terlihat, serpihan tubuh orang itu, lenyap perlahan-lahan dan menghilang sama sekali. Barulah terdengar suara keras diiringi tawa kuat yang menggema di seantero tempat, "Tak seorang pun yang bisa membuatku menjadi budaknya kendati dia seorang sahabat. Bahkan, kedua orang tuaku bila masih hidup pun akan kubunuh bila berani meminta atau memerintahkanku! Tetapi, aku berterima kasih

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   458. Part 4

    Di tempatnya, Mata Dewa mengangguk-anggukkan kepala. Lalu berkata dalam hati, "Tak salah dugaanku. Mengenali suaranya, aku yakin orang itu adalah Resi Wajah Dewa. Ah! Peristiwa puluhan tahun rupanya menguak lagi. Seperti yang digeramkannya tadi, dia masih terus berkeinginan membalas kematian adik kandungnya, Resi Durjana Tangan Sakti. Resi itu memang mati di tanganku tatkala kuhentikan maksudnya untuk mempermalukan tiga orang perawan suci yang diculiknya entah dari mana. Kematian resi durjana di tanganku itu, memang terdengar oleh Resi Wajah Dewa, kakak kandung dari Resi Durjana Tangan Sakti yang sudah puluhan tahun mencariku untuk membalas dendam. Kalau memang urusan tak bisa kuhindarkan, aku memang harus bertindak."Lelaki tua berwajah tampan yang berjuluk Resi Wajah Dewa itu kembali mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Yang nampak di kedua mata bulatnya hanyalah kumpulan semak belukar dan beberapa jajaran pohon. "Biarpun dunia kiamat, tak akan kuhentikan maksud untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Si Buta Dari Sungai Ular   459. Part 5

    Sungguh, kendati usianya sudah setengah baya tetapi Ratu Api masih memiliki tubuh yang sangat indah. Bahkan seluruh tubuhnya masih kenyal. Mata Dewa membatin lagi di tempatnya, "Jelas sudah perempuan itu tahu keberadaanku. Kata-katanya tadi penuh ejekan yang cukup membuatku geram. Dan suara-suara yang kudengar itu.... Kurang ajar!”Lalu tiba-tiba saja semak belukar yang berada di balik sebuah pohon besar terpapas. Satu sosok tubuh mencelat keluar dan berdiri tiga tombak dari hadapan Resi Wajah Dewa yang seketika menoleh dan saat itu pula wajahnya berubah. Sementara Ratu Api urung membuka pakaiannya. Di bibirnya tersungging sebuah senyuman, menyadari kalau Mata Dewa akhirnya terpancing dan menampakkan diri.Resi Wajah Dewa menatap tak berkedip pada Mata Dewa. Wajahnya membesi saat membatin, "Kurang ajar! Aku tak tahu sama sekali kalau orang tua keparat yang telah membunuh adikku ini masih berada di sini! Bila saja Ratu Api tidak muncul, sudah tentu aku akan melewa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Si Buta Dari Sungai Ular   460. Part 6

    "Keparat! Pantas kalau adikku tewas di tangannya. Kesaktiannya lumayan tinggi," batin orang ini yang mendadak menjadi kecut. Namun keberaniannya timbul kembali tatkala melihat bagaimana Ratu Api berusaha mendesak Mata Dewa. Segera di alirkan tenaga dalamnya lagi dan perlahan-lahan rasa sakitnya benar-benar lenyap.Saat dia berdiri, tubuhnya kelihatan agak limbung dan kaki kirinya tak bisa lagi digunakan. Karena memiliki tenaga dalam yang tinggi, orang berpakaian resi ini bisa berdiri tegak satu kaki. Kembali dilihatnya bagaimana Ratu Api sedang mendesak Mata Dewa dengan mempergunakan api-apinya.Api bertambah besar berkobar, dengan hawa panas yang semakin menyengat. Tubuh masing-masing orang seperti membayang. Mata Dewa selain berusaha membalas, juga berusaha memadamkan api-api yang membakar apa saja."Rasanya, terpaksa aku harus mencabut nyawa lagi. Padahal aku bermaksud hanya memberi pelajaran pada mereka saja," gumamnya dengan perasaan tak menentu.Mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Si Buta Dari Sungai Ular   461. Part 7

    Rombongan yang terdiri dari sepuluh orang lelaki gagah dan sebuah tandu yang digotong oleh empat orang dari sepuluh lelaki itu berhenti. Tandu yang dibalut kain warna kuning cemerlang diletakkan dengan sangat hati-hati di tanah. Lelaki gagah berpakaian keraton dengan sebilah keris terselip di angkin besar yang melilit di pinggangnya memperhatikan sekitarnya. Cuping hidungnya bergerak-gerak dan dia membatin, "Hmmm. Kucium bau busuk seperti daging terbakar. Bau sangit ini sangat tak mengenakan. Sebaiknya kulacak dulu daging apa yang terbakar dan mengeluarkan bau sangit seperti ini."Lalu diperintahkannya pada yang lain untuk bersiaga. Di hadapan tandu berbalut kain kuning cemerlang itu, lelaki ini membungkuk. "Dewi.... Saya akan memeriksa dari mana asalnya bau sangit yang sangat menusuk ini. Apakah....""Tidak perlu, Gurat Cantika. Bau sangit itu berasal dari tubuh seorang lelaki yang dibakar dengan sengaja tetapi telah menjadi mayat," terdengar satu suara yang sangat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Si Buta Dari Sungai Ular   462. Part 8

    "Dewi!” seperti tersekat di tenggorokan suara Gurat Cantika. Kedua matanya dipentangkan ke depan, menatap Dewi Topeng Perak dengan perasaan tak menentu. Diliriknya ke sekelilingnya, lalu kembali dialihkan pandangan pada perempuan di hadapannya.Kejap lain, tiba-tiba saja satu pikiran singgah di benaknya. Dan tanpa sadar dia surut ke belakang dengan wajah pias. Tangannya menuding bergetar pada perempuan bertopeng perak. "Kau.... Kau yang membunuh mereka, Dewi...."Terdengar suara desisan sinis. Sepasang mata di balik topeng perak itu mendelik."Bukankah sudah kukatakan kepadamu tadi, kalau kau dan teman-temanmu akan mendapatkan kebebasan" Dan jalan kebebasan sudah kutunjukkan, bukan?" Gurat Cantika semakin tak menentu perasaannya.Diperhatikannya teman-temannya yang bergeletakan menjadi mayat dengan luka lebar di dada. Detik berikutnya, dia sudah melesat ke depan dengan keris dihunus diiringi teriakan menggelegar. Perempuan bertopeng perak hanya meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Si Buta Dari Sungai Ular   463. Part 9

    Ketika memutuskan untuk meneruskan perjalanan, Si Buta dari Sungai Ular sebenarnya diam-diam sudah mengetahui ada seseorang yang mengikutinya. Dan tadi pun dia masih melihat bayangan biru ketat mengikuti mereka. Makanya, dia memutuskan untuk berhenti dulu padahal bermaksud hendak mengetahui siapa orang yang membuntutinya."Hmm.... Bila melihat gerakannya jelas dia bukan orang sembarangan. Dan dari sosoknya yang tak terlalu besar, aku yakin dia seorang gadis. Siapa dia? Dan mau apa?" desis Manggala dalam hati dan diam-diam membuka sedikit matanya ke arah semak belukar di mana gadis berbaju biru ketat berada. "Gadis itu masih berada di sana. Sekilas kulihat wajahnya yang jelita."Sosok perempuan muda berbaju biru yang bersembunyi di balik semak, mementangkan kedua matanya yang bulat dan tajam. Rambutnya yang panjang bergerak dipermainkan angin pagi."Aneh. Mengapa hanya tinggal pemuda berjuluk Si Buta dari Sungai Ular itu saja. Ke mana perginya gadis berjuluk Dewi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Si Buta Dari Sungai Ular   464. Part 10

    Kembali terdengar ledakan yang hebat akibat benturan dua pukulan tadi. Tanah di mana terjadi benturan itu muncrat setinggi tiga tombak. Semak belukar langsung mengering dan menghitam. Tatkala semuanya sirap, terlihat Dewi Kembang Maut surut lima tombak ke belakang. Dari mulut dan hidungnya mengalir darah segar yang segera dihapus dengan punggung tangannya. Sementara Si Buta dari Sungai Ular mundur dua tindak dengan tubuh bergetar.Dewi Kembang Maut segera menggerakkan kedua tangannya ke atas dan ke bawah. Rupanya dia hendak memulihkan keadaan dirinya. Kejap lain, dia sudah melesat kembali. Kali ini, Manggala hanya menghindar mempergunakan ilmu peringan tubuh yang dipadu dengan Tenaga Inti Geledek yang bisa membuat tubuhnya bergerak secepat kilat.Dalam perhitungannya, bila dia menurunkan tangan, maka kemungkinan besar gadis ini bisa celaka. Baginya, gadis ini bukanlah seorang musuh yang harus diberi pelajaran. Berkali-kali suara ledakan keras terjadi. Namun bukan karen

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Si Buta Dari Sungai Ular   465. Part 11

    "Urusan Iblis Sesat urusan belakangan. Yang ada di dekat kita, adalah urusan yang baru," kata Dewa Pemarah tanpa menoleh pada Dewi Pedang. Anehnya, kendati kata-kata itu tak bisa dicernakan secara langsung, si nenek berkonde seperti mengerti maksud orang."Kau betul, Orang Tua Pemarah! Urusan Iblis Sesat urusan belakangan! Kalau sudah tahu urusan membentang di dekat kita, mengapa tak segera bertindak?""Sontoloyo! Gelap kedua mataku memandang hingga tak tahu apa yang harus dilakukan!" sahut Dewa Pemarah tetap dengan nada membentak dan kedua mata melotot."Kalau memang begitu adanya, mengapa tak segera kau lihat siapa dia adanya?" sahut Dewi Pedang sambil menatap tajam pada Dewa Pemarah. Lelaki kurus berambut dikuncir ekor kuda itu melotot merasa diperhatikan.Dia mendengus lulu berkata, "Sontoloyo! Urusan menatapku urusan belakangan! Sebaiknya...." Habis kata-katanya, mendadak saja tangan kanannya digerakkan ke arah samping.Wussssh!Angin y

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status