Namun baru saja dilakukan gerakan itu, mendadak suara 'kraaatak' yang keras terdengar.
Urung gadis berbaju putih-putih itu melakukan gerakan susulan. Yang dilakukan justru membuang tubuh ke samping! Tetapi satu dorongan angin keras tak bisa dihindarinya. Tubuhnya telak terhantam dan terlempar lima tombak kebelakang.
Masih untung Ayu Wulan memiliki ketahanan tubuh yang kuat. Bila tidak, tulang penyangga tubuhnya akan patah berantakan.
Meskipun demikian, sepertinya dia tak mampu lagi untuk bangkit. Darah segar mengalir dari hidungnya. Dan entah bagaimana mulanya, tahu-tahu sosok Iblis Mara Kayangan sudah berdiri tegak di hadapannya, berjarak satu tombak dari tempat di mana si gadis sedang terduduk dengan rasa nyeri yang hampir-hampir tak bisa tertahankan. Membuat gadis itu melengak dengan mulut terbuka lebar.
"Siiaapaa puun yaaang taakk berriii tahuuu dii maana maannussiiaa keepaaratth Maallaaikaatt Glleedeek beerradaa, diiaaa aakann maattti."
Menggi
Manggala melihat di mana gadis itu berada sekarang. Di sebuah semak yang langsung rebah begitu tubuh si gadis terjatuh di sana. Secepat kilat Manggala melesat. Hatinya panik melihat Ayu Wulan yang diam tak bergerak. Ketika dipegangnya nadi gadis itu pada pergelangan tangan kanannya, dia masih bisa bernapas lega. Karena detak jantung gadis itu masih terasa meskipun sangat lemah sekali. Tetapi rasa panas yang dirasakan oleh Manggala sebelumnya pada tubuh gadis itu, makin menyengat saja. Tangannya tak ubahnya memegang bara."Oraaanngg muudaa... kaauu teelaaah caammpuurii uuruusaan iiiblis Maara Kaayaanggann. Beerarrtii kaauu aakan maattti."Manggala berdiri tegak. Sejenak rasa bingung melingkupinya. Di satu sisi, dia harus menyelamatkan gadis ini. Di sisi lain, bisakah dia meloloskan diri dari Iblis Mara Kayangan yang sedang murka?"Manusia yang sudah mati, kau hanya jadi petaka bila hidup lagi!""Kaataakaan... dii maaanna Mallaaiikaatt Ggleeddeek beraadaa?"
Beberapa kali pukulan tangan Iblis Mara Kayangan yang terdapat rantai besi panjang dan besar menghantam tubuh dan kepala ular itu, namun sama sekali tidak berpengaruh. Bahkan binatang raksasa itu semakin buas saja. Lama-lama membuat tubuh Iblis Mara Kayangan goyah.Wuusss! Brakk!Baju di bagian dada Iblis Mara Kayangan sobek. Murkalah orang yang sebenarnya sudah menjadi mayat namun karena kekuatan Blorong yang mempergunakan mantera dari Kitab Pembangkit Mayat kini bisa seperti hidup kembali.Gerengan yang mengerikan terdengar bertalu-talu. Saat Garaga menerjang, mendadak Iblis Mara Kayangan membuka mulutnya.Wusss! Wusss!Dua gumpalan asap hitam pekat diiringi angin sangat kencang, menggebubu ke arah Garaga yang langsung bergerak cepat menghindar. Namun asap pekat tadi bagai mengikuti gerakan Garaga. Iblis Mara Kayangan yang berteriak keras.Mendadak ular raksasa itu menggeram dan membuka mulutnya lebar-lebarWhos!Tiba-tiba sa
Kesunyian menyergap kembali. Matahari maki tinggi merayap. Manggala menatap lagi wajah gadis yang masih pingsan."Cantik. Sayangnya, agak pemarah. Tetapi tidak heran, gurunya saja berjuluk Dewa Pemarah. Aku penasaran ingin tahu siapa pula orang itu sebenarnya?"Belum lagi Manggala menemukan jawabannya, mendadak pendengarannya yang tajam, menangkap suara orang berkata-kata."Aku tidak salah, Iblis Angin! Pemuda yang kau katakan pernah mengalahkan kalian dan membunuh Iblis Air, jelas kulihat tadi di kedai di dusun Watu Ampar!""Bagus kalau begitu! Dia harus membayar lunas nyawa Iblis Air!"Sejenak Manggala terdiam sebelum berkelebat setelah mengenali siapa orang kedua yang berbicara barusan. Dengan ilmu peringan tubuh yang sudah mencapai taraf sempurna dan ditambah dengan kecepatan dari Tenaga Inti Geledek, dengan ringan laksana angin, Manggala melompat ke satu pohon dan ke pohon lain.Di sebuah pohon yang agak rimbun, berjarak sekitar lima pu
"Celaka! Ke mana gadis itu? Mengapa, dia tak berada di sini? Pantaslah kalau manusia berkepala botak di tengah itu tak menemukannya! Apakah salah seorang dari mereka sudah! menemukannya? Kalau belum, siapa yang telah membawanya?"Diliputi rasa cemas akan nasib Ayu Wulan, Manggala mengempos tubuh hinggap di sebatang pohon. Diperhatikannya sekeliling tempat itu dengan mata terbuka lebih lebar. Barangkali saja dia masih bisa menemukan jejak Ayu Wulan.Yang nampak di matanya kemudian, kemunculan orang-orang yang mempunyai dendam padanya. Diperhatikan satu persatu orang-orang itu dan masing-masing tanpa membawa Ayu Wulan."Celaka! Jelas bukan di tangan mereka Ayu Wulan berada. Kalau begitu, siapa yang membawanya?" Batin Manggala cemas.Padahal kalau memang Ayu Wulan sudah ditemukan salah seorang dari mereka, Manggala bertekad untuk bertarung! "Hutan kecil ini tak seberapa luas. Hanya sebentar telah berhasil dijajaki. Tak kulihat pemuda yang berjuluk Si Buta da
Orang yang baru muncul ternyata seorang lelaki berusia kira-kira delapan puluh tahunan. Raut wajahnya tirus memanjang dengan dilapisi kerut merut dan kulit yang amat tipis. Sepasang matanya lebar dan seperti melotot terus menerus. Rambutnya yang putih panjang dikuncir ekor kuda. Tak memiliki jenggot namun kumisnya putih panjang menjuntai melewati dagunya. Mengenakan pakaian warna putih yang sudah sangat kusam sekali. Celananya hitam setinggi lutut. Orang inilah yang namanya dua puluh tahun lewat cukup santer di rimba persilatan. Tak sedikit orang yang lebih baik menghindar dari pada berurusan dengan manusia satu ini. Dan tanpa diketahui siapa pun juga, tokoh yang dikabarkan telah undur diri dari dunia persilatan, kini mendadak mempunyai murid dara jelita bernama Ayu Wulan yang masih menangkupkan kedua tangan di dada.Orang ini pula yang membuat muridnya cemas karena belum kembali beberapa bulan lalu. Orang tua berjuluk Dewa Pemarah menentangkan kedua mata ke arah Manggala.
Justru Manggala yang kelihatan serba salah sekarang. "Berabe nih. Murid dan guru sama-sama punya sifat pemarah yang suka meledak-ledak! kacau, kacau! apakah lebih baik kutinggalkan saja keduanya? hmm... lebih baik memang begitu."Didengarnya bentakan Ayu Wulan yang cukup keras dengan melototkan kedua mata bagusnya pada lelaki tua berambut di kuncir."Guru! pemuda itulah yang telah menyelamatkanku dari maut yang ditimbulkan oleh manusia aneh yang memiliki ilmu sangat tinggi! "seharusnya guru bertanya dulu! jadi tidak main serang begitu saja!""Masa bodoh sekalipun dia menolongmu keluar dari liang neraka! Pokoknya, dia harus mendapatkan ganjaran! Kurang ajar main pegang-pegang muridku!" Seru Dewa Pemarah dengan suara yang tak kalah kerasnya.”Guru memang keras kepala!"Dewa Pemarah melotot. "Eh, kau sudah berani membentak ku, ya? Siapa yang mengajarimu jadi pemarah seperti itu? Pemuda itu ya? Kurang ajar! Ingin kupotek-potek tulangnya!"
"Kalau aku tahu jawabannya begini, lebih baik aku tak menyusulmu, Guru!""Itu bagus, Bocah gendeng! Daripada kau pacaran terus-menerus dengan pemuda itu?!""Siapa sih yang pacaran? Kan tadi sudah kukatakan, kalau dia menolongku? Guru ini bagaimana sih?" Balas Ayu Wulan melotot.."Urusan kau katakan itu benar atau tidak, itu urusan belakang! Yang penting sekarang. apakah kau sudah pelajari jurus terakhir yang kuberikan?""Sudah!" Sahut Ayu Wulan dengan mulut berbentuk kerucut."Nah, kalau aku sudah selesai mempelajarinya, Guru mau apa?""Eh, kau membalikkan ucapanku, hah?!""Biarin!"Sementara Manggala mendengus dalam hati."Senang benar orang tua ini menganggap apa-apa urusan belakangan. Kalau kedua-duanya terus saling bentak seperti itu, kapan bicaranya Dewa Pemarah ini? Aku yakin orang tua pemarah sepertinya tahu tentang Iblis Mara Kayangan. Baiknya, kupenggal saja bentakan murid dan guru ini.”
Meskipun sepasang mata bagusnya melotot, tetapi jantungnya berpacu lebih cepat, Apalagi ketika matanya melirik Manggala. "Apakah pemuda itu senang juga mendengar kata-kata Guru?" Batinnya ragu. Dewa Pemarah justru lebih melotot lagi."Eh, kau mau membantah ucapanku, hah? Kurang ajar! Pokoknya, aku mau melihat kalian berjodoh! Tetapi keenakan pemuda itu kalau langsung kau kuberikan begitu saja padanya! Hhh!"Tak!Entah bagaimana caranya, tahu-tahu kepala Manggala di jitak oleh Dewa Pemarah. Kejap kemudian, lelaki tua pemarah itu meneruskan kata, tetap dengan nada membentak."Itu tandanya aku merestui mu jadi menantuku!"Manggala mengusap-usap kepalanya yang barusan di jitak. Bila saja tak segera dialirkan tenaga dalamnya, tak mustahil kepalanya akan dihiasi dua buah benjol."Enak banget! Main jitak begitu saja!" Sungutnya."Kurang ajar!" Bentak Dewa Pemarah lalu menoleh pada muridnya."Apa?! Teriak lagi? Dasar centil! Sudah, sud
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana