Share

203. Part 12

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-06 01:02:32

"Akh...!" laki-laki tua itu memekik tertahan. Dua kali dia memuntahkan darah kental dari mulutnya, lalu terkulai lemas dengan napas memburu agak tersengal. Pemuda itu masih menekan telapak tangannya, menyalurkan hawa murni ke tubuh laki-laki tua itu. Keringat membanjiri kening dan lehernya. Telapak tangan yang menempel di dada kurus itu sedikit bergetar, pertanda tengah mengerahkan hawa murni untuk menyembuhkan luka dalam laki-laki tua itu.

"Hhh...!" pemuda tampan itu mengeluh panjang seraya menghenyakkan tubuhnya di samping laki-laki tua yang terbaring lemah.

Pemuda berpakaian kulit ular bersisik hijau itu melakukan semadi sebentar untuk memulihkan hawa murni yang sudah berkurang tadi. Tidak lama melakukan semadi, kemudian mata pemuda itu merayapi tubuh laki-laki tua yang tetap terbaring dengan kedua matanya yang terbuka. Air mukanya sudah kelihatan cerah. Padahal wajahnya semula pucat seperti mayat. Perlahan laki-laki berjubah putih itu bangkit duduk. Tanpa diminta,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cibonk Koa
makin ke sini makin makin seru aja alur ceritanya,sehat selalu thor supaya update nya lancar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   204. Part 13

    Kata-kata Paman Nampi memang jelas dan tegas, sehingga Si Buta dari Sungai Ular bisa memahami semua persoalannya. Kini dia tahu, kenapa laki-laki tua berjubah putih itu sangat berang dan gelap mata. Manggala tidak bisa menyalahkan tindakan Paman Nampi. Kelihatannya, tindakan itu semata-mata hanya pelampiasan rasa amarah dan kekecewaan yang lama terpendam didalam hati. Tapi bagi Manggala, tindakan Paman Nampi tidak bisa dibenarkan. Meskipun dia sendiri selalu bertindak tegas, namun tidak membabi-buta dengan membantai penduduk yang tidak mengerti ilmu olah kanuragan."Apakah hanya Paman sendiri yang menentang?" tanya Manggala."Tidak. Sebenarnya masih banyak. Hanya saja mereka tidak berani menentang secara terang-terangan. Prabu Abiyasa selalu bertindak tegas, bahkan cenderung kejam pada siapa saja yang mencoba menentangnya," sahut Paman Nampi."Dan Paman juga menganggap mereka manusia kotor?"Paman Nampi tidak segera menjawab. Pertanyaan Si Buta dari Sunga

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   205. Part 14

    Paman Nampi menghenyakkan tubuhnya di depan perapian. Raden Sangga Alam yang tengah menghadapi perapian sejak tadi, hanya melirik saja. Keningnya sedikit berkerut melihat kemuraman pada airmuka Paman Nampi."Ada apa, Paman? Bagaimana suasana di Bukit Batu?" tanya Raden Sangga Alam."Hhh...," Paman Nampi menarik napas panjang. Raden Sangga Alam menggeser duduknya mendekat kearah laki-laki tua berjubah putih itu."Ada sesuatu yang ditemukan di sana?" tanya Raden Sangga Alam lagi."Entahlah. Aku merasa tidak yakin dapat menghentikan rencana Gusti Prabu," sahut Paman Nampi mendesah pelan.Raden Sangga Alam terkejut mendengar kata-kata bernada putus asa itu. Dipandanginya wajah tua disampingnya dengan penuh selidik. Perasaannya jadi tidak menentu mendapati wajah Paman Nampi begitu murung, tanpa gairah sama sekali."Paman. Bagaimanapun juga, rencana Ayahanda Prabu harus dihentikan. Pesanggrahan Keramat adalah tempat suci. Tempat untuk memuja para

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   206. Part 15

    "Kakang, aku khawatir Gusti Prabu sudah....""Tenanglah, Amoksa," potong Paman Nampi cepat."Tapi, Raden Bantar Gading memerintahkan Patih Mara Kobra untuk memata-mataimu."Paman Nampi tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Sungguh tidak disangka kalau Patih Mara Kobra yang sudah tewas di tangannya itu, sengaja memata-matai karena perintah Raden Bantar Gading. Kalau memang demikian, jelas! Prabu Abiyasa dan Raden Bantar Gading sudah menaruh kecurigaan terhadapnya. Dan itu bukan tidak mustahil Raden Sangga Alam akan ikut dicurigai. Karena pemuda itu selalu gigih menentang pembuatan jalan dan perubahan Pesanggrahan Keramat."Amoksa, sebaiknya kau segera menemui Raden Sangga Alam. Sedangkan aku akan memerintahkan para prajurit untuk membongkar tenda," kata Paman Nampi."Kita kembali ke istana malam ini juga""Baik, Kakang."-o0o-SEMENTARA ITU di sebuah pondok di Kaki Bukit Batu, Raden Bantar Gading tengah berbi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Si Buta Dari Sungai Ular   207. Part 16

    "Ada apa?""Adi Jampala, aku ingin kejujuranmu. Katakan terus terang...," agak tertahan suara Panglima Rapaksa."Kakang! Ada apa ini? Kenapa kau berkata seperti itu?""Benarkah kau ingin memberontak pada Prabu Abiyasa?" Panglima Rapaksa tidak bisa menahan diri lagi."He ...?!" Panglima Jampala terkejut setengah mati."Jawab dengan jujur, Adi Jampala.""Dari mana kau tahu, Kakang?""Gusti Prabu sudah mengetahui, dan aku diperintahkan untuk membunuhmu!""Hm..., jadi utusan itu datang hanya untuk memberitahu kalau aku salah satu dari pemberontak itu?""Kau salah satu pemimpinnya!""He! Permainan macam apa ini?""Adi Jampala! Aku kenal baik, siapa kau sesungguhnya. Aku sendiri sebenarnya tidak percaya kalau kau adalah salah satu dari pemimpin kaum pemberontak. Katakan terus terang padaku, apakah kau benar-benar pemimpin pemberontak itu?" pinta Panglima Rapaksa."Kalau benar, apakah kau tetap akan memengg

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Si Buta Dari Sungai Ular   208. Part 17

    Panglima Rapaksa berusaha merayap, tapi seluruh tubuhnya terasa kaku. Dari hidung dan mulutnya mengucur darah kental kehitaman. Jarum yang dilepaskan Raden Bantar Gading ternyata mengandung racun yang bekerja cepat, sangat dahsyat dan mematikan. Sebentar saja seluruh tubuh Panglima Rapaksa sudah membiru, dan tidak bisa digerakkan lagi."Kau bekas Patih Ratu Kunti Boga, Panglima Rapaksa. Ayahanda Prabu menghendaki orang-orang sepertimu agar dilenyapkan," kata Raden Bantar Gading dingin."Raden..., aku bukan pengkhianat. Aku setia pada Gusti Prabu Abiyasa," lirih suara Panglima Rapaksa."Kau selalu setia pada siapa saja yang berkuasa di Kerajaan Gantar Angin. Orang sepertimu tidak patut hidup di dunia. Memang kau sekarang tidak berkhianat. Tapi, begitu para pemberontak mengacau, kau pasti akan berpihak pada mereka! Dan ular sepertimu sudah seharusnya mati!""Kau... Kau kejam, Raden!" desis Panglima Rapaksa."Ha ha ha..! Sebentar lagi kau akan mampus,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Si Buta Dari Sungai Ular   209. Part 18

    "Seruni...!""Aku tidak mengenalnya. Dan aku hidup sendiri disini!" sambung Seruni tidak menghiraukan bentakan Raden Bantar Gading."Tutup mulutmu, Seruni!" bentak Raden Bantar Gading geram."Harusnya kau yang tutup mulut!""Perempuan liar! Kubunuh kau!""Hhh, ingin kulihat, sampai di mana keberanianmu," tantang Seruni sinis."Keparat! Hiya...!" Raden Bantar Gading tidak bisa lagi menahan luapan amarahnya. Bagai seekor serigala lapar menerkam mangsa, dia melompat hendak menyambar wanita itu. Namun dengan menggeser kakinya sedikit ke samping, Seruni berhasil menghindari sergapan Raden Bantar Gading. Tentu saja hal ini membuat putra mahkota itu semakin meluap amarahnya. Dengan cepat dia berbalik, dan melancarkan pukulan beruntun. Tapi sungguh diluar dugaan, ternyata Seruni mampu menghindari serangan itu dengan manis."Heh! Kau...!" Raden Bantar Gading terkejut bukan main. Sama sekali tidak disangka kalau Seruni memiliki ilmu olah kanura

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Si Buta Dari Sungai Ular   210. Part 19

    Tanah yang dipijak langsung bergetar bagai terjadi gempa. Debu berkepul tinggi ke angkasa. Mata Raden Bantar Gading terbeliak melihat tanah yang terkena pukulan Si Buta dari Sungai Ular itu berlubang besar dan cukup dalam. Belum sempat putra mahkota itu hilang dari rasa terkejutnya, Manggala sudah melompat menerjangnya."Hiya ...!"Des!"Akh...!" Raden Bantar Gading memekik keras. Pukulan keras bertenaga dalam hampir sempurna itu tidak bisa dielakkan lagi. Tubuh Raden Bantar Gading terpental keras kebelakang. Dua pohon yang cukup besar tumbang kena hantam punggungnya. Dan pada pohon ketiga, baru tubuh Raden Bantar Gading melorot turun. Pedang di tangannya pun terlepas dari genggaman.Raden Bantar Gading berusaha bangkit, tapi dadanya yang sesak seperti terasa hancur, sehingga membuatnya sulit bergerak. Darah segar mengucur deras dari mulutnya. Pandangan matanya berkunang-kunang, dan napasnya tersengal. Seluruh tubuhnya terasa remuk."Jangan...!" pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Si Buta Dari Sungai Ular   211. Part 20

    "Tidak tahu sama sekali suasana dikotaraja?""Tidak""Aneh...," gumam Manggala pelan, hampir tidak terdengar suaranya. Manggala kembali terdiam. Keterangan yang diperoleh dari Seruni membuatnya berpikir keras. Dirasakan adanya kejanggalan dan keanehan. Tapi itu tidak mungkin dapat terungkap jika tidak mencari keterangan lain di kotaraja. Hanya di sanalah semuanya bisa terungkap, sekaligus mengetahui maksud dan tujuan Paman Nampi yang sebenarnya.Manggala jadi ragu-ragu dengan kebenaran cerita Paman Nampi. Sebab keterangan yang didapatnya dari laki-laki tua berjubah putih itu banyak yang tidak cocok dengan cerita Seruni sendiri. Terutama tentang keluarga kerajaan. Semuanya masih membingungkan. Hal ini jadi pertanyaan besar di benak Si Buta dari Sungai Ular. Manggala bangkit berdiri dari duduknya, kemudian melangkah kepintu yang sudah hancur daunnya."Benahi pakaianmu, kita pergi sekarang," kata Manggala seraya melangkah keluar."Kemana...?" tanya Se

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status