Share

20. Silvi Pingsan

Silvi bangun pagi dengan tak bersemangat. Rasanya ia begitu malas untuk ke sekolah. Kejadian hari itu cukup membuat rasa percaya dirinya terkikis. Ia merasa seperti ditelanjangi di depan keramaian.

Sejak ketahuan menulis bait-bait cinta di buku diarynya, Silvi menjauh dari sosok Araska. Ia malu. Malu karena telah membiarkan hatinya begitu lancang merawat rasa untuk Araska. Sedangkan lelaki itu punya segalanya yang tak Silvi punya. Lalu di mana Silvi akan berdiri untuk menyeimbangkan posisinya?

Silvi bahkan tak berani menatap Araska, saat di kelas, atau saat berpapasan di koridor, atau saat ada tugas kelompok, dan lagi-lagi hanya Araska yang mau menerima Silvi untuk satu kelompok dengannya. Sisi kemanusiaannya berpikir, bahwa menyedihkan jika tak menjadi pilihan dan diabaikan. Ketika melihat Silvi, lelaki yang mulai beranjak remaja itu selalu membayangkan kehidupan gadis itu, dan sisi kemanusiaannya kembali mendominasi.

Sementara Araska bersikap seperti biasanya. Meskipun ia tahu, di b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status