"temen apa temen?" Oma menatap cucunya itu dengan tatapan meledek. Sesuai yang di ucapkan oleh Oma Ina tadi, kedua nya kini tengah mengobrol berdua. Sedangkan Sheyza, di suruh istirahat di kamar oleh Oma.Noah mendengus, mengambil keripik yang baru saja di buat oleh bibik lalu memakan nya dengan santai."Temen doang Oma."Oma mengangguk. "Iya teman, Oma percaya. Tapi kenapa kamu membawa kabur temen kamu dari suaminya hm?""Noah enggak bawa kabur Oma.""Jangan berbohong Noah. Oma tau dia itu istri orang karena dia dalam keadaan hamil," Oma menghela nafas nya kasar. "Atau kemungkinan besar dia hamil sama kamu iya?"Noah menggeleng kan kepala nya cepat. "Noah enggak mungkin berbuat seperti itu Oma, malu-maluin. Kalau Noah mau pasti melakukannya dalan keadaan sudah halal. Walaupun Noah begajulan, tapi Noah masih menjunjung nilai-nilai seperti itu." Noah menghembuskan nafas nya kasar, sebenarnya tak jarang dari teman kolega bisnisnya yang sering mengajak one night stand. Tapi Noah selalu m
Gus Arzan berpamitan kepada istri dan kedua orangtuanya untuk menghadiri acara di kota Bandung. Teman bisnisnya mengundang Gus Arzan menyaksikan peresmian perusahaan baru milik temannya itu.Awalnya dia menolak. Namun karena si pemilik acara terus membujuk, akhirnya Arzan merasa tidak enak dan memutuskan untuk pergi."Kamu pergi sendiri bang? Ardi tidak ikut?" tanya umi Zulfa. Entah mengapa mendadak perasaan hatinya tidak tenang membiarkan anak sulungnya pergi. Padahal sudah biasa sebulan sekali pasti putranya melakukan dinas ke luar kota.Gus Arzan tersenyum, "Ardi sedang banyak pekerjaan di kantor umi, jadi tidak bisa menemani Abang. Tidak akan lama kok, nanti setelah acaranya selesai Abang akan langsung pulang."Umi Zulfa semakin erat menggenggam tangan putranya. "Bang, entah mengapa perasaan umi tidak tenang nak, seperti ada sesuatu yang membuat umi tidak ingin Abang pergi."Kyai Rafiq langsung menenangkan istrinya. "Umi, jangan seperti itu, nanti Abang berat langkahnya. Jika ada
Tatapan mata Arzan menyapu sekeliling kamar hotel yang dirinya tempati. Seketika matanya membulat sempurna saat mendapati seorang gadis tengah tidur dibawah tempat tidur sembari meringkuk. Jangan lupakan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya."Ya Allah apa yang udah aku lakuin," Arzan meremas rambutnya frustasi setelah mengingat apa yang telah dia lakukan.Arzan berulang kali istighfar didalam hatinya. "Ya Allah bagaimana aku menjelaskan pada umi, Abi, dan.... Anisa. Maafin mas Anisa," lirih Arzan. Rasa bersalah langsung bersemayam di dalam dirinya. Terlebih pada istrinya.Beberapa menit larut dalam lamunan, Arzan bangkit dari kasur. Tak lupa mengambil semua pakaian miliknya yang berserakan dilantai kemudian membawanya masuk ke dalam kamar mandi.Selesai bersih-bersih, Arzan menatap perempuan yang masih tertidur dengan posisi sama. Perlahan tangannya terulur untuk menarik pelan selimut agar sang empu bangun.Sheyza, gadis cantik itu mulai terusik. Mata indah itu terbuka secara perlah
Pernikahan dilangsungkan siang itu juga. Dengan saksi yang sudah dipersiapkan oleh Arzan, semua berjalan lancar. Tentu tidak sulit baginya untuk mendapatkan beberapa saksi mengingat relasinya yang luas. Tidak ada orang yang tahu kecuali beberapa temannya yang dia minta mencari saksi. Tidak ada yang lainnya. Arzan minta bantuan temannya untuk mencarikan dirinya lima orang saksi untuk pernikahannya. Bahkan Arzan sampai membayar mereka untuk tutup mulut.Pada awalnya teman Arzan merasa heran dengan apa yang dilakukan Arzan, mengingat bagaimana perilaku Arzan selama ini. Namun Arzan memilih bungkam, tidak mau membahasnya. Dirinya cuma minta untuk tidak memberi tahu atau membahas tentang pernikahan ini kepada siapapun. Terlebih orang tuanya.Tidak ada gaun pengantin yang melekat pada tubuh Sheyza. Padahal hari ini merupakan hari yang sudah dia impikan sejak lama. Pernikahan sekali seumur hidup. Tapi apa yang bisa dirinya lakukan sekarang? Sheyza bahkan hanya mengenakan setelan gamis denga
Saat ini kedua orang suami istri itu sudah sampai di jakarta lebih tepatnya di apartemen milik Arzan. Tentu saja Arzan langsung membawa Sheyza ke apartemen miliknya. Karena tidak mungkin kalau membawa Sheyza ke pesantren, yang ada akan banyak tanda tanya disana terutama dari orang tua dan istrinya."Ini apartemen saya. Mulai sekarang kamu tinggal disini. Untuk keperluan kamu besok kita beli." Ucap Arzan sembari membukakan pintu untuk Sheyza.Sheyza menatap sekeliling ruangan yang terlihat sangat mewah. Semua barang-barangnya lengkap. Matanya memanas saat mengingat kehidupannya dulu. Dulu saat ayahnya masih ada, semua keinginan Sheyza tidak pernah terlewatkan. Apapun yang dia mau pasti dia dapatkan. Begitupun dengan kakak angkatnya. Mungkin karena hal itu lah sang kakak jadi seperti ini. Dia selalu meminta uang kepada Sheyza untuk mendapatkan hal-hal yang dia inginkan."Disana kamar saya dan akan menjadi kamar kamu juga mulai sekarang. Kamu bisa istirahat disana." Tunjuk Arzan pada seb
Namanya Arshaka Syauqi Arzan. Usianya baru menginjak dua puluh sembilan tahun dan sudah menikah lima tahun yang lalu dengan wanita muslimah bernama Anisa Az-Zahra. Gadis yatim piatu pilihan abahnya. Sang Abah menjodohkan Anisa dengan Arzan karena ayah Anisa dengan abahnya dulu sahabatan. Dan mereka punya janji untuk menjodohkan kedua anak mereka jika sudah besar nanti. Keduanya tidak saling mengenal. Tapi karena baktinya kepada orang tua, Arzan menerima pernikahan itu.Setelah mendengar kepergian sahabatnya, kyai Rafiq langsung mencari keberadaan kediaman sang sahabat di Jogja hingga bertemu dengan anaknya. Itu semua karena terdapat foto didalam dompet milik Anisa. Sudah dua puluh lima tahun lamanya mereka tidak bertemu, tepatnya setelah ayah Anisa menikah dan langsung pindah ke Jogja.Anisa yang hidup sebatang kara menjadi bahagia karena bisa menjadi istri seorang Gus Arzan, penerus pondok pesantren Al-Hikmah. Dirinya tidak perlu susah-susah lagi mencari pekerjaan seperti yang dia la
Sebuah unit apartemen adalah tujuan Arzan. Dan saat ini dirinya sudah sampai di depan unit apartemennya. Tanpa menunda-nunda Arzan langsung masuk mencari keberadaan Sheyza. Namun yang dicari ternyata tidak ada disana. Arzan masih berpikir positif mungkin Sheyza masih tidur mengingat ini masih pukul enam. Mungkin saja istrinya kelelahan dan tertidur nyenyak didalam kamar.Dengan langkah tegas Arzan memasuki kamarnya. Dirinya ingin memastikan jika istrinya benar-benar ada di dalam kamar.CeklekkKosong. Jantung Arzan berdebar tidak karuan, hatinya kalut. Takut Sheyza pergi dari sini. Langkahnya langsung tertuju pada kamar mandi di dalam kamar. Tanpa ragu Arzan langsung membukanya. Tak ada siapapun. Arzan cemas. Pikirannya sudah tidak bisa positif lagi. Dengan langkah tergesa, Arzan keluar dari dalam kamar itu. Jelas tujuannya adalah mencari Sheyza disekitar apartemen.Sedangkan gadis yang dicari malah sedang asik duduk di sebuah kursi dan menikmati semangkuk bubur ayam. Tadi pagi tiba-
Arzan membawa Sheyza ke pusat perbelanjaan yang ada di kota. Mereka sama-sama memakai masker untuk menutupi wajah. Penampilan Arzan juga tidak seperti biasanya. Jika biasanya Arzan memakai pakaian formal atau bersarung, kali ini pria itu memilih memakai celana jeans hitam serta jaket kulit miliknya. Arzan menyempatkan diri untuk mengganti pakaiannya. Tujuannya jelas agar tidak ada orang yang mengenalinya."Kita beli ponsel dulu," ajak Arzan. Tangannya meraih tangan Sheyza untuk digenggam, namun Sheyza langsung menepisnya. Sheyza tidak mau bersentuhan dengan Arzan lagi.Cukup tadi pagi kesalahan Sheyza lakukan. Entah setan dari mana dirinya malah berdiam diri saat sang suami memeluknya. Untuk sekarang dirinya akan tetap menjaga kewarasan untuk tidak bersentuhan lagi dengan suaminya."Maaf, tapi saya takut nanti kamu hilang." Ucap Arzan kekeh tetap ingin menggandeng tangan lentik Sheyza."Saya bisa sendiri, saya sudah besar. Jadi anda tidak perlu repot-repot. Saya pastikan saya tidak ak
"temen apa temen?" Oma menatap cucunya itu dengan tatapan meledek. Sesuai yang di ucapkan oleh Oma Ina tadi, kedua nya kini tengah mengobrol berdua. Sedangkan Sheyza, di suruh istirahat di kamar oleh Oma.Noah mendengus, mengambil keripik yang baru saja di buat oleh bibik lalu memakan nya dengan santai."Temen doang Oma."Oma mengangguk. "Iya teman, Oma percaya. Tapi kenapa kamu membawa kabur temen kamu dari suaminya hm?""Noah enggak bawa kabur Oma.""Jangan berbohong Noah. Oma tau dia itu istri orang karena dia dalam keadaan hamil," Oma menghela nafas nya kasar. "Atau kemungkinan besar dia hamil sama kamu iya?"Noah menggeleng kan kepala nya cepat. "Noah enggak mungkin berbuat seperti itu Oma, malu-maluin. Kalau Noah mau pasti melakukannya dalan keadaan sudah halal. Walaupun Noah begajulan, tapi Noah masih menjunjung nilai-nilai seperti itu." Noah menghembuskan nafas nya kasar, sebenarnya tak jarang dari teman kolega bisnisnya yang sering mengajak one night stand. Tapi Noah selalu m
Nabila dan Kyai Rofiq berlarian ke ruang IGD saat seorang perawat mengatakan jika pasien kecelakaan barusan ada di ruang IGD. Beruntung tidak banyak pasien didalamnya, hanya beberapa orang saja. Kyai Rofiq juga tak kalah khawatirnya dengan putra laki-laki satu-satunya itu. Sedari menuju ke klinik, beliau tidak henti-hentinya meramalkan doa."Ya Allah bang, gimana keadaannya?""Tidak apa-apa, hanya lecet sedikit." Sahut Arzan yang sudah duduk dibrankar, tangannya tidak diinfus karena hanya ada beberapa luka lecet di kening serta tangannya.Nabila menghembuskan nafasnya lega. Walaupun masih jengkel dengan perilaku abangnya, tapi tidak bisa dipungkiri juga kalau Nabila khawatir saat abahnya mengatakan Arzan kecelakaan."Kok bisa kecelakaan bang?""Emm tadi ada orang lewat didepan Abang bah, Abang yang lagi fokus lihat samping kanan tidak sadar. Jadi pas noleh ke depan lihat orangnya Abang terkejut, langsung banting setir deh.""Orangnya tidak apa-apa?"Arzan menggeleng. "Orangnya tidak
POV Noah"Malam-malam begini beneran mau ke Jakarta? Cuacanya lagi gak mendukung, jaraknya juga lumayan jauh. Gimana kalau besok aja?"Noah menoleh ke arah temannya yang mengajak bicara. "Udah gak bisa ditunda lagi, gue mau ketemu seseorang.""Bukannya sebulan lalu Lo juga udah pulang ke Jakarta?"Kepala Noah mengangguk. "Tapi gak ketemu orangnya, bahkan gue udah suruh orang buat nyari." Sebulan yang lalu Noah memang sudah kembali ke jakarta untuk bertemu Sheyza. Namun sayang orang yang ingin ditemuinya malah tidak ada. Dia sudah mencari Sheyza kemana-mana sampai beberapa hari tapi hasilnya tetap tidak ada. Noah sampai membayar orang untuk ikut mencari keberadaan Sheyza.Tapi Noah juga tidak bisa lama-lama di Jakarta karena dia harus menghandle perusahaan yang ada di Bali. Papanya sedang sakit dan tidak bisa masuk ke kantor. Alhasil dia terpaksa menyerahkan pencariannya kepada orang-orangnya.Dan malam ini setelah papanya pilih, Noah pamit terbang ke Jakarta. Dia ingin mencari Sheyza
"Hahhaha," Anisa tertawa lepas dengan kejadian hari ini. Dirinya puas luar biasa, apa yang dia inginkan akhirnya tercapai juga. Sheyza berhasil pergi dengan drama yang dibuat olehnya. "Tidak sia-sia aku minum obatnya. Mungkin efeknya memang begini, tapi setelah minum penawarnya nanti aku yakin akan kembali seperti semula." Monolog Anisa sambil menatap pantulan dirinya pada cermin besar dikamarnya. Tidak masalah untuk sementara waktu dirinya harus menggunakan kursi roda seperti ini karena kakinya memang benar-benar lumpuh setelah mengonsumsi obat yang dia letakkan di dalam makanannya kemarin. Yang terpenting adalah sandiwaranya berhasil. "Anisa dilawan," bangganya pada diri sendiri. "Makanya jangan jadi pelakor kecil." Padahal dari awal Anisa lah yang bersalah disini. Dia berbohong tentang identitas aslinya, hingga berakhir Kyai Rofiq percaya kalau dirinya lah anak kandung dari pak Arman, sahabat Kyai Rofiq dulu.Anisa menggoyang-goyangkan penawar obat yang ada didalam botol kaca ya
"Dasar wanita tidak tahu diri!! Akibat perbuatan kamu Anisa menjadi lumpuh sekarang!"Deg Hati Sheyza langsung sesak mendengarnya. Dirinya tidak salah dengar kan?"Maksud anda apa?" Tanya Sheyza masih mencoba tegar agar air matanya tidak mengalir."Kamu-""Gus tolong jangan bicara seperti itu, anda bisa melukai hati mbak Sheyza," Tegur Ardi saat dirinya baru saja sampai di ndalem dengan mendorong kursi roda Anisa."Jangan membelanya Ardi, dia tidak pantas dibela. Dia perempuan hina! Sudah ditampung disini bukannya berterimakasih malah membuat kegaduhan."DegHancur sudah hati Sheyza, bulir bening yang sekuat tenaga ditahan olehnya nyatanya tidak dia mampu. Air mata langsung keluar deras membasahi pipinya. Mau bagaimanapun Sheyza juga prempuan yang hatinya selembut sutra."Mbak Shey maksud Gus Arzan bukan seperti itu. Dia han-""Jangan ikut campur Ardi. Jangan sekali-kali kamu bela perempuan ini! Dia sudah mencelakai istri saya Anisa. Andai Anisa tidak sadar dengan pil itu, mungkin se
"I-ini siapa kamu?" Tanya kyai Rofiq tergagap, tatapannya mengisyaratkan keingintahuan.Sheyza tersenyum kecut. Setelah rahasia pernikahannya kebongkar, Kyai Rofiq sama sekali tidak pernah mau berbicara kepadanya. Setiap kali Sheyza mencoba menyapanya, mertuanya itu sama sekali tidak merespon. Hal itu jelas membuktikan kalau mertuanya itu tidak merestui hubungan mereka. Hanya Nabila yang dengan baik hati mau menerima dirinya menjadi keluarga.Sheyza menekan rasa sesak di dadanya. "Maaf pak kyai, bisa kembalikan fotonya?" Pinta Sheyza sopan.Tapi tidak diindahkan oleh Kyai Rofiq. Beliau masih memperhatikan foto itu, "Apa hubungan kamu dengan perempuan ini?" "Dia ibu saya. Dan hanya itu kenang-kenangan yang saya miliki. Jadi saya mohon pak Kyai kembalikan foto itu,"DegTubuh Kyai Rofiq menegang mendengar perkataan Sheyza.***Malam begitu larut, Sheyza membalikkan tubuhnya kesana kemari. Perasaan gelisah menghantui dirinya. Apalagi ditambah perutnya yang sudah membesar hingga menyulit
"I-ini siapa kamu?" Tanya kyai Rofiq tergagap, tatapannya mengisyaratkan keingintahuan.Sheyza tersenyum kecut. Setelah rahasia pernikahannya kebongkar, Kyai Rofiq sama sekali tidak pernah mau berbicara kepadanya. Setiap kali Sheyza mencoba menyapanya, mertuanya itu sama sekali tidak merespon. Hal itu jelas membuktikan kalau mertuanya itu tidak merestui hubungan mereka. Hanya Nabila yang dengan baik hati mau menerima dirinya menjadi keluarga.Sheyza menekan rasa sesak di dadanya. "Maaf pak kyai, bisa kembalikan fotonya?" Pinta Sheyza sopan.Tapi tidak diindahkan oleh Kyai Rofiq. Beliau masih memperhatikan foto itu, "Apa hubungan kamu dengan perempuan ini?" "Dia ibu saya. Dan hanya itu kenang-kenangan yang saya miliki. Jadi saya mohon pak Kyai kembalikan foto itu,"DegTubuh Kyai Rofiq menegang mendengar perkataan Sheyza.***Malam begitu larut, Sheyza membalikkan tubuhnya kesana kemari. Perasaan gelisah menghantui dirinya. Apalagi ditambah perutnya yang sudah membesar hingga menyulit
"Mbak obatnya lain?" Tanya Nabila seolah menebak pikiran Sheyza.Sheyza mengangguk tanpa ragu. "Sepertinya ada yang menukarnya. Waktu pertama kali mbak kasih obat ke ibu obatnya hitam pekat, sedangkan yang ini hitamnya agak pudar. Dan setelah dihancurkan juga ternyata dalamnya berbeda."Pikiran Nabila langsung tertuju pada satu orang, si telur busuk. Ini pasti ulahnya!"Bila tahu mbak siapa orangnya, Bila tidak akan diam saja!" Ucap Nabila menggebu-gebu. Kalau sampai benar Anisa yang menukar obat ummi, dia akan memberikan ganjaran yang setimpal untuk kakak iparnya itu.Sheyza menahan lengan Nabila saat Nabila ingin pergi. "Jangan menuduh tanpa bukti,""Tapi ini sudah cukup membuktikan mbak. Bila yakin dia orangnya karena hanya dia yang menjadi pemeran antagonis disini." Sheyza menggeleng, "Kamu mau dimarahi sama Gus Arzan atau Kyai Rofiq?"Nabila bungkam, apa yang dikatakan oleh Sheyza benar. Jika dirinya menegur Anisa sekarang pasti Abah serta abangnya akan menjadi garda terdepan me
Beberapa hari berlalu."Maaf ya mbak kalau yang jemput Bila, soalnya bang Arzan lagi sibuk banget." Ucap Nabila sambil mengemasi barang-barang milik Sheyza ke dalam tas.Sheyza hanya tersenyum kecut. Entah ini hanya perasaannya atau emang suaminya itu benar-benar sibuk, tapi sudah beberapa hari ini Arzan seperti menghindari dirinya. Bahkan Arzan tidak pernah ke rumah sakit lagi setelah beberapa hari yang lalu saat mengatakan kalau semua orang sudah mengetahui hubungan mereka. Arzan hanya bertukar pesan untuk menanyakan keadaannya. Itupun hanya sebentar seolah hanya untuk formalitas saja. Arzan memang sudah meminta maaf, tapi Sheyza sendiri masih merasa aneh. Apalagi sang suami tidak perhatian seperti biasanya.Sheyza mencoba memaklumi, mungkin memang suaminya benar-benar sibuk dan hingga tidak sempat untuk memperhatikan dirinya."Ayo mbak, nanti tidurnya di kamar sebelah Bila ya. Kemarin Bu Desi sudah beresin baju-baju punya mbak Shey dan ditaruh di kamar sebelah Bila." Ucap Nabila se