Beranda / Fantasi / Shen Xiao / 4-Keinginan Besar

Share

4-Keinginan Besar

Penulis: Suheri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?"

Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian.

Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya.

Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan.

Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya.

"Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao.

Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali baru tidur dan sekalinya tidur seperti putri tidur, tapi sayangnya kamu bukan putri melainkan pangeran."

"Pangeran?" Lin Tian menyahutnya dengan bingung dan tampak dari kerutan di dahinya.

Bocah laki-laki itu sudah terbangun dan kini mengambil posisi duduk dengan wajah tampak kusut begitu kentara baru bangun tidur.

Xin Xin mengedikkan bahunya membalasnya acuh, "Aku hanya berumpamaan."

Memperhatikan wajah Shen Xiao yang lebih terlihat jelas ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Lin Tian berkata dengan kekaguman yang tampak jelas dimatanya, "Wajahnya ternyata tidak seburuk sikapnya."

"Menurut ku biasa saja, jika kamu melihat para bangsawan dan keluarga berstatus tinggi. Wajah seperti itu sudah biasa," ujar Xin Xin tanpa sedikit pun menunjukkan kebanggaan memiliki Tuan seperti Shen Xiao.

"Apa seperti itu? Pasti banyak juga gadis yang lebih cantik dari mu?"

Ukhuk!

Xin Xin berbatuk kecil merasa tersedat dengan salivanya sendiri.

Bocah ini! Sebenarnya apa isi otaknya? Kenapa mengesalkan sekali!

"Xin Xin! Kamu kenapa?" Lin Tian langsung beranjak dari duduknya dan menghampirinya cukup panik.

"Pftttt ... Ha ha ha! Dasar Lin Tian bodoh! Ha ha ha!" tawa Xin Xin meledak, tak kuasa melihat ekspresi khawatir Lin Tian yang dianggapnya sangat lucu itu, perutnya menjadi tergelitik.

"Kamu membohongi ku ya?!" Lin Tian berkata marah sampai membuat Xin Xin mengehentikan tawanya.

Melihat amarah Lin Tian. Xin Xin dapat merasakan hawa panas meledak dari tubuhnya sampai-sampai membuat Shen Xiao yang semulanya tertidur pulas menjadi terbangun dengan tekanan aura pembunuh yang begitu kuat menekan mereka berdua hingga keduanya terjatuh telungkup di tanah.

"Sudah kukatakan, jika aku tidur jangan ganggu aku!" tekan Shen Xiao dengan suara keras.

Hal itu membuat Lin Tian dan Xin Xin tertekan sendiri. Keduanya dibuat sama-sama tak bergerak bahkan tak bisa bernapas.

Roar!

"Kamu juga jadi bangun, Bian Xiao." Aura pembunuh itu tertarik kembali berkat Bian Xiao yang baru bangun mengigit jari tangan Shen Xiao menandakan bila bayi Harimau itu sudah sangat kelaparan. Shen Xiao menunjukkan perubahan sikap yang drastis di hadapan hewan mungil itu, sampai-sampai Lin Tian dan Xin Xin saling bertatapan dan menghela napas lega.

Roar! Roar!

"Kamu lapar ya? Ini makanlah darah ku sebanyak-banyaknya. Aku pasti akan dengan senang hati memberikannya kepada mu bayi manisku~ makanlah yang banyak, lalu setelah itu bekerjalah untukku~ "

Lin Tian dan Xin Xin saling melempar pandangan dan akhirnya keduanya menggeleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pola pikir Shen Xiao.

"Tuan tidak pernah berubah."

"Buruk sekali sikapnya."

Mereka sama-sama berbicara dari dalam hati tak berani langsung mengatakannya didengar Shen Xiao.

Puas dengan darah yang diberikan Shen Xiao. Bian Xiao bayi Harimau itu sudah sangat mudah bergerak aktif sampai menaiki kepala Shen Xiao dan bertengger di atasnya.

Shen Xiao tak mempermasalahkannya. Ia malah merasa senang Bian Xiao bisa mendapatkan tempat ternyamannya.

"Sekarang kita akan kemana?" tanya Xin Xin saat melihat Shen Xiao sudah berdiri dibantu tongkat bambunya.

"Aku ingin membersihkan diri, sepertinya aku mendengar ada aliran sungai di sini," kata Shen Xiao lalu berjalan pergi.

"Aku ikut, aku juga ingin membersihkan tubuh ku." Lin Tian mengejarnya memilih mengikutinya dan meninggalkan Xin Xin yang sendirian.

Aliran sungai yang mengalir dengan tenang dapat mereka berdua lihat setelah menempuh jalan yang dipenuhi rumput liar dan berduri sampai Lin Tian perlu berhati-hati di setiap langkahnya, jika tidak, mungkin kakinya akan terluka.

Takjubnya Lin Tian saat melihat Shen Xiao yang jalan tanpa memperhatikan apa saja yang diinjaknya. Padahal duri-duri tajam banyak mengenainya. Tapi, ketika sudah sampai dan Lin Tian dapat melihat kaki Shen Xiao lebih jelas. Lin Tian tak sama sekali melihat darah di kaki Shen Xiao.

"Ini bukan sesuatu yang perlu kamu kagumi, ini suatu hal yang wajar jika kamu seorang Kultivator," kata Shen Xiao menyadarkan Lin Tian yang melamun menatap ke bawah dimana kakinya berada.

"Apakah Kultivator sehebat itu?" tanya Lin Tian begitu penasaran.

Roar! Roar!

"Anak pintar, bisakah kamu turun sebentar Bian Xiao?" Shen Xiao menggelitik perut Bian Xiao sampai bayi Harimau itu meloncat turun dari atas kepala Shen Xiao begitu berani, padahal Shen Xiao tengah berdiri. "Kamu anak yang hebat." Acungan jempol Shen Xiao berikan padanya sebagai pujian keberhasilannya turun dengan sempurna dari atas kepalanya.

"Ikut dengan ku, sekarang kita akan membahasnya di saat mandi."

Shen Xiao mendekat ke arah tepi pantai bersama dengan Lin Tian.

Perlahan-lahan Shen Xiao menurunkan kakinya.

"Anda tidak melepaskan pakaian?" tanya bingung Lin Tian.

Shen Xiao tersenyum menanggapi Lin Tian. "Aku akan melepaskannya."

Lin Tian tak berbicara lagi, melihat bagaimana Shen Xiao secara hati-hati menurunkan kaki kirinya yang berbeda dari kaki kanannya. Lin Tian melihat kaki kiri Shen Xiao berwarna kehitaman dan urat-uratnya berwarna merah. Jangan ditanyakan lagi, betapa penasarannya Lin Tian saat ini, bila saja ia tak ingat pesan orang tuanya yang telah tiada, agar selalu menjaga sikap untuk tak terlalu ikut campur dan ingin tahu tentang masalah dan kehidupan orang lain.

"Menjijikkan bukan?"

"E-eh, ti-tidak kok." Lin Tian berusaha mengelaknya gugup, saking kagetnya saat Shen Xiao menyadari ia menatap kakinya.

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Aku sendiri merasa jijik melihatnya apalagi orang lain," kata Shen Xiao tanpa mempermasalahkannya.

"Anu ... "

"Panggil aku kakak Shen saja."

"Kak Shen, sepertinya kakak salah paham. Aku menatapnya karena penasaran bukan jijik, sebenarnya apa penyebab kaki kakak seperti? Itu saja." Lin Tian bertanya dengan apa yang telah ia pikirkan sejak tadi.

Shen Xiao cukup terkesima dengan lontaran perkataan Lin Tian yang jarang ia dengar dari orang lain. Rasa penasaran ya? Itu lebih baik dari rasa jijik.

"Anggap saja ini penembusan dosa ku selama ini," kata Shen Xiao dan setelah itu Shen Xiao membuka pakaian sampai menunjukkan punggung putih Shen Xiao yang begitu penuh goresan luka kering dan bukan hanya itu saja, luka yang lain juga terdapat pada lengan, perut, dada serta bagian yang lainnya kecuali yang dilihat Lin Tian, pada bagian wajahnya yang mulus sendiri.

"I-itu ... " Lin Tian kaget melihatnya.

"Bagus bukan?" Shen Xiao tersenyum.

"Kenapa lukanya separah itu?" Lin Tian menjadi sulit berkedip melihat luka yang dimiliki Shen Xiao tak main-main. Wajahnya memang tampan dan bersih, tetapi tubuhnya, kenapa seperti itu?

"Latihan yang ku jalani selama ini terlalu berlebihan, jadi seperti ini," kata Shen Xiao tanpa menunjukkan kebohongan di matanya.

"Apa menjadi pendekar dan Kultivator seburuk itu?" tanya Lin Tian menjadi ragu atas keputusannya menjadi pendekar hebat di saat melihat luka besar Shen Xiao.

Shen Xiao sudah turun ke air dan merendamkan tubuhnya bersama Lin Tian. "Tidak semua pendekar dan Kultivator seperti ku, ada mereka yang merawat tubuhnya dengan bagus tapi berkemampuan hebat dan ada juga jenis orang yang senang mencabik-cabik tubuh sendiri untuk menjadi lebih kuat."

"Sampai segitunya, itu sangat berlebihan," gumam Lin Tian.

"Itu tidak akan berlebihan jika kekuatan yang ingin diraih. Lin Tian, dunia ini keras, jika tidak ingin diinjak-injak, maka kamu harus bisa menginjak balik."

Menengadahkan wajahnya ke atas. Shen Xiao sedikit menghela napas gusar.

"Bisakah dengan cara lain? Tidak ingin diinjak dan tidak ingin juga menginjak," kata Lin Tian memberikan pilihan.

"Bisa, asalkan kamu menjadi yang terkuat." Shen Xiao menoleh ke arah Lin Tian. "Tapi kekuatan juga bukan landasan utama kita bisa tenang. Musuh bisa datang kapan saja jika kamu kuat dan pada dasarnya, menjadi biasa-biasa saja jauh lebih baik."

"Aku tidak tahu tentang dunia ini dan aku hanya ingin menjadi pendekar hebat. Jika kakak mengatakan, pendekar itu tidak semuanya sama, maka menjadi pendekar adalah pilihan yang baik untukku."

Melihat binar semangat di netra merah Lin Tian. Shen Xiao hanya bisa menanggapinya dengan segaris tipis senyuman. "Jika kamu tahu seperti apa dunia keras ini, kamu pasti akan menyesal menjadi pendekar yang kamu impikan," batinnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
banyak sekali bekas lukanya, kira kira habis melawan siapa dia?
goodnovel comment avatar
Liya liyana
bayi harimau di lasih darah segar ...
goodnovel comment avatar
Viala La
semoga Lin Tian bisa menjadi pendekar yang hebat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Shen Xiao   5-Pengejaran

    Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.Merasa saudara laki-lakinya terhe

  • Shen Xiao   6-Dipaksa Bertarung

    "Xin Xin! Habisi mereka!" seru Shen Xiao menyuruh Xin Xin bergerak maju melawan para pembunuh bayaran yang mengepung mereka.Xin Xin mendengus, memutarkan bola matanya malas. "Kebiasaan." Sudah ia duga, Tuan-nya yang berotak licik ini pasti akan mempermainkannya lagi. Sekarang lihatlah, setelah memanggil para pembunuh yang bersembunyi itu dengan sendirinya, bukannya dia yang melawan, malahan melibatkan Xin Xin lagi-lagi. "Tuan tidak akan turun tangan selama ada bawahannya di sini, kau harus mengingatnya Xin Xin." Shen Xiao menunjukkan senyum simpul yang begitu mengesalkan sampai setiap kali Xin Xin melihatnya merasa muak sendiri. Wajahnya memang lumayan ditambah senyumannya itu, tapi kelakuannya itu selalu menutupinya. "Kak Shen, apa Xin Xin bisa melawan mereka?" Lin Tian bertanya ragu. Bocah lelaki itu sampai menarik lengan baju Shen Xiao merasa takut.Shen Xiao menoleh ke arahnya. "Kau lihat saja, dia itu pintar bermain api. Asal kamu tahu, tidak ada orang yang mampu memegang tang

  • Shen Xiao   7-Dalam Sekejap

    "Ka-kakak, bangun ... aku takut."Shen Xiao mengusap matanya kemudian dia memijit pangkal hidungnya. Suara gadis itu muncul kembali, ia mendengarnya, sangat jelas dari indra pendengarannya yang sangat tajam.Apa yang dilakukan Shen Xiao itu membuat dua orang pembunuh bayaran yang memiliki senjata andalan panah menjadi berpikir bahwa pemuda itu tengah dalam kegelisahan, mereka menganggapnya, dia khawatir dan takut dengan gertakkan mereka. "Sudah kuduga, dia pasti hanya Tuan Muda sampah yang lemah," kata salah satu dari mereka. Melihat tingkah Shen Xiao, perasaannya menjadi yakin bahwa pemuda itu hanya pemuda cacat saja yang lemah.Satunya lagi menanggapi, "Kau benar, sepertinya dia berada di hutan ini juga karena keluarganya menginginkan dia mati saja. Mungkin, dia aib keluarga karena kecacatannya."Hanya seorang saja yang beranggapan berbeda. Dia mengabaikan para rekannya memilih memperhatikan pemuda itu begitu serius dengan kedua mata tajamnya. "Aku yakin ada sesuatu yang salah," pi

  • Shen Xiao   8-Menolong

    "Kau memungut anak kecil lagi?" Xin Xin memandang Shen Xiao hampir dibuat geleng-geleng kepala.Sudah menghilang ntah kemana sampai malam hari sudah terasa mencengkram di dalam hutan ini. Pemuda itu datang-datang membawa dua orang anak yang kiranya salah satunya seusia dengan Lin Tian, sebelas tahun. Dan satunya lagi sekitar tujuh-delapan tahun.Tapi, ada satu hal yang membuat Xin Xin dibuat menggeleng-geleng kepala ketika melihat Shen Xiao menggendong seorang anak laki-laki sedangkan Shen Xiao tampak membawa dirinya sendiri saja kesulitan dengan tongkatnya itu. "Shen Xiao-- ""Panggil aku Tuan Shen," tukas Shen Xiao mengatur panggilan Xin Xin dengan tegas. Xin Xin menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya terpasang tertekuk. Semulanya menatapnya menjadi mengalihkan wajah kembali ke depan yang terdapat api unggun, dibuat secara langsung oleh Lin Tian yang kini pemuda itu bersama Bian Xiao si bayi Harimau tengah tertidur beralas daun talas.Shen Xiao mengetahui Xin Xin pasti tengah m

  • Shen Xiao   9-Ruang Dimensi

    Sang fajar sudah menyingsikan wujudnya. Sahut menyahut kicauan burung menyambut kedatangannya. Sesegar udaranya, sesosok pemuda yang kini disibukkan berburu di hutan dengan menjadikan anak-anak umpannya, begitu sangat semangat sekali membuat para anak-anak menjebak hewan masuk ke dalam perangkapnya.Dia hanya menangkring di atas pohon dan hanya mengarahkan anak-anak untuk berlari demi lolos dari kejaran Hewan Buas yang ingin diperangkapnya. Tapi Xin Xin kebanyakan yang membantu anak-anak lolos dari kejaran Hewan Buas tersebut. Shen Xiao lebih banyak mengaturnya saja, sedangkan dia santai di atas pohon memandangi mereka dari bawah. Xin Xin memandangnya begitu sinis, dia bisa membawa anak-anak bersama mereka, tapi tidak bisa menjaga anak-anak dengan baik dan akhirnya Xin Xin juga yang turun tangan.Xin Xin melesat terbang ke arahnya sambil berteriak memanggilnya, "Tuan Shen!""Pelankan suara mu, kau bisa membuat sekawanan Serigala Darah muncul di sekitaran sini." Shen Xiao memperingatin

  • Shen Xiao   10-Ada Rencana Di baliknya.

    "Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta

  • Shen Xiao   11-

    Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti

  • Shen Xiao   12-

    Kedua netra hitam tajam Shen Xiao menyapu pandang pada sekitaran kota dari atas atap rumah warga. Shen Xiao tengah berdiri sambil memegang sebuah tongkat kebanggaannya melihat dari atas suasana kota yang begitu sangat ramai, aman, damai dan tenang. Seperti tak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kota ini, tapi anehnya membuat gadis yang ditemuinya saat siang hari tadi menyuruhnya untuk segera pergi.Karena penasaran akan sesuatu yang dikatakan gadis itu, Shen Xiao memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini?"Ibu! Ibu! Lihat ada bunga api!" Seruan seorang gadis kecil yang terdengar sangat jelas meski ributnya suara warga kota sambil jarinya menunjuk pada langit di atasnya seketika membuat Shen Xiao serta para warga kota lainnya mendongakkan matanya. Bunga api di malam hari, memang indah sekali. Sebenarnya apa ada festival di kota ini sampai ada bunga api segala? Shen Xiao memikirkan itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihat bunga api di langi

Bab terbaru

  • Shen Xiao   32-

    Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,

  • Shen Xiao   31-

    Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l

  • Shen Xiao   30-Identitas Tak Terduga

    Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben

  • Shen Xiao   29-Saling Keras Kepala

    "Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b

  • Shen Xiao   28-Kesialan Datang

    Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da

  • Shen Xiao   27-Kewalahan

    Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l

  • Shen Xiao   26-Pertarungan dengan Para Bandit

    Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak

  • Shen Xiao   25-Dikepung

    "Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya

  • Shen Xiao   24-Terpelanting

    "Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih

DMCA.com Protection Status