Kedua netra hitam tajam Shen Xiao menyapu pandang pada sekitaran kota dari atas atap rumah warga. Shen Xiao tengah berdiri sambil memegang sebuah tongkat kebanggaannya melihat dari atas suasana kota yang begitu sangat ramai, aman, damai dan tenang. Seperti tak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kota ini, tapi anehnya membuat gadis yang ditemuinya saat siang hari tadi menyuruhnya untuk segera pergi.Karena penasaran akan sesuatu yang dikatakan gadis itu, Shen Xiao memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini?"Ibu! Ibu! Lihat ada bunga api!" Seruan seorang gadis kecil yang terdengar sangat jelas meski ributnya suara warga kota sambil jarinya menunjuk pada langit di atasnya seketika membuat Shen Xiao serta para warga kota lainnya mendongakkan matanya. Bunga api di malam hari, memang indah sekali. Sebenarnya apa ada festival di kota ini sampai ada bunga api segala? Shen Xiao memikirkan itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihat bunga api di langi
Bruk!"Sial!" Shen Xiao mengumpat dalam hatinya. Setiba keluar dari cermin pemindahan. Pria yang membawanya itu asal mendorongnya dengan tak berperasaan 'nya sampai membuatnya jatuh tersungkur di lantai dan itu tak ia sangka tepat di bawah kaki seorang wanita berpenampilan seksi begitu cukup terbuka pakaian yang dikenakannya, sampai tampak kaki mulus dan jenjangnya itu dari posisinya yang cukup menguntungkan untuk melihatnya.Shen Xiao tidak se-m*sum itu, matanya memilih mengarah ke lain arah setelah tanpa sengaja melihatnya. "Kau membawa bajingan mana lagi, Tuan Zhang?" Wanita itu bersuara, suaranya sangat lembut dan terdengar sangat menggoda.Wanita pemilik tato pedang bersilang yang di tengah-tengahnya terdapat gambar mawar merah yang letak nya sendiri berada di dadanya yang cukup terbuka membela dari kedua benda besar yang dimilikinya. Wanita berambut hitam tergerai panjang itu tengah duduk di kursi sambil menghisap tembakau.Karena biasa melihat kebiasaan wanita itu. Pria tersebu
"Shen Xiao, cepat pergilah." Ji Shu mendesak Shen Xiao untuk segera pergi dengan mendorongnya bersama Zhang Cheng. "Kau bawa Shen Xiao pergi dengan cermin pemindah, secepatnya," pintanya pada Zhang Cheng.Zhang Cheng menatap Shen Xiao seraya mengatakan. "Cepat ikut denganku.""Aku bukan pria pengecut yang akan meninggalkan wanita sendirian di sini."Langkah yang akan diambil Zhang Cheng terhenti. "Hei, jangan bersikap lunak, kau sekarang sedang ditolong Nona Shu, jangan menyia-nyiakannya.""Aku akan tetap di sini," kata Shen Xiao tetap teguh pada keputusannya. "Haha ... ternyata wanita jalang ini masih memelihara pria lagi. Tapi standar pria yang kau pelihara kenapa menjadi rendah begini? Dia cacat lagi ... haha!" Seorang pria datang bersama rombongannya yang sepertinya itu anak buahnya.Ji Shu membalasnya ketus, "Dia bukan pria peliharaan ku.""Kau siapa?" tanya Shen Xiao dengan pandangan mata memicing tak senang mendengar perkataan pria itu asal menuduhnya pria peliharaan Ji Shu.P
Atas tindakan Ji Shu. Wang Chun dan para anak buahnya dibuat berjalan pulang tanpa memakai pakaian, sampai mereka merasa sudah tidak punya muka lagi, hidup mereka sudah berakhir dan Wang Chun sendiri merasa sangat marah. Walaupun ia kini merasa malu dipandang jijik orang-orang bahkan sampai ada yang melemparinya kotoran. Wang Chun masih sempat-sempatnya memikirkan balas dendamnya kepada Ji Shu dan dua pria yang bersamanya.Jika saja tidak adanya Zhang Cheng, mungkin Wang Chun sudah membunuh Ji Shu. Wang Chun sangat marah, ia ingin segera mengadu pada ayahnya atas perbuatan Ji Shu yang sudah kelewatan batas padanya. Sedangkan Ji Shu sendiri di lain sisi terlihat sangat bahagia sampai ia mengajak Zhang Cheng dan Shen Xiao berpesta meminum arak bersama. Shen Xiao dan Zhang Cheng jadi ikutan gembira bila arak yang dikeluarkan Ji Shu. Sebelumnya Shen Xiao akan beranjak dari tempat ini menjadi terhenti ketika Ji Shu memberikan tawaran arak padanya."S
Terlalu banyak minum arak membuat Shen Xiao merasa kesulitan berjalan. Berkali-kali ia hampir terjatuh kesandung kakinya sendiri atau kesandung tongkat bambu yang menjadi sanggahannya berjalan. "Menari di antara bintang-bintang~ terbuai dalam kenangan~ hati ini nan bimbang~ terdiam penuh kesedihan~ ha'ah~ hoo~ "Mulutnya berkomat-kamit mengomel tak jelas dan kadang ia bersenandung. Untung suaranya merdu, sampai yang mendengarnya terhanyut dengan suaranya, sampai itu membuat seorang gadis yang tengah sibuk berlatih menghentikan aksi latihannya.Tebasan pedang terarah tepat pada kepala beberapa orang-orangan jerami yang berada di tempat pelatihan atas perbuatan gadis itu. Gadis yang mengenakan penutup mata hitam tanpa melihat secara langsung sasaran yang dituju. Ia menghelakan napasnya gusar sembari membuka penutup matanya. Latihannya kali ini berhenti sangat cepat dari biasanya. Suara senandung seseorang membuatnya menjadi tak fokus pada latihannya. Suara itu amat mengganggunya padaha
Tabib tua itu merasa bergidik sendiri melihatnya. Terpaksa dengan keringat yang mengucur deras ia memeriksa tubuh Shen Xiao dan sampai di kaki kiri Shen Xiao yang tampak menghitam, pria itu bergumam, "Kutukan Naga.""Apa yang Anda katakan?" Shen Xiao mengernyitkan dahinya berkata cukup sopan."Hm?" Pria tua itu turut bingung."Coba ulang yang Anda katakan tadi?" desak Shen Xiao merasa penasaran kembali dengan sesuatu yang didengar nya tadi."Soal kutukan Naga?" tanyanya yang diterima anggukan Shen Xiao. "Saya memperkirakannya ini sebuah Kutukan dan terbesit dalam ingatan saya jika itu dari Naga.""Siapa Anda pak tua?" tanya Shen Xiao selidik. Ia merasakan kecurigaan dari tabib tua itu padahal ia yakini, tak ada yang tahu menahu mengenai sesuatu yang dideritanya, kecuali ... dia mungkin orang yang bersangkut-pautkan atau dia memang sudah mengetahui sebagian besar tentang dunia ini.Tabib tua itu menjelaskan melihat kecurigaan di mata Shen Xiao, "Saya seorang tabib yang sangat senang mem
"Cepat keluarkan dia!" desak seorang pria paru baya yang memiliki perut buncit dan tubuhnya gemuknya hampir menyamai Li Juan. Pria itu seorang saudagar yang merupakan saingan bisnis keluarga Li, dia adalah Gu Ping. Pria itu juga sampai secara kasar mendorong Li Juan.Li Juan hampir limbung ke belakang dan membuat kedua gadis yang merupakan adik-adiknya itu melihatnya melotot kaget."Kakak!"Tepat saat itu, seorang pemuda datang menahan tubuhnya dengan satu tangannya menghentikan Li Juan yang disengajakan di dorong terjatuh oleh pria bernama Gu Ping."Hampir saja, Tuan seharusnya tidak perlu melindungi saya selalu." Shen Xiao menunjukkan senyum khasnya yang dapat membuat hati siapapun tergerak melihatnya. Li Juan sampai menatapnya tak enak hati, merasa luluh melihat bagaimana lembutnya sikap pemuda itu yang jelas tak ia ketahui kebenarannya. "Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungi siapapun mereka yang berada di kediamanku," kata Li Juan sungguhan. Li Juan seorang saudagar ber
"Kamu mau kemana Shen Xiao?!"Shen Xiao mendengus kesal. Padahal tadi ia sudah bersembunyi agar tidak ketahuan Xin Xin pergi keluar dari kediaman keluarga Li. Tapi, tetap saja gadis itu bisa menemukannya. "Jalan-jalan," balas acuh Shen Xiao mengabaikan Xin Xin yang sudah berjalan mengimbangi langkahnya."Kau lupa sedang sakit ya? Baru saja kau muntah darah," omelnya."Terus? Apa aku harus bertingkah seperti orang sakit yang lemah? Kau menyukaiku seperti itu?"Xin Xin memegangi keningnya pusing. Shen Xiao jika diberitahu yang baik-baik balasannya pasti tak begitu mengenakan. "Bukan begitu. Tuan Shen, orang sakit itu jarang yang seperti mu. Kau itu terlalu banyak tingkah untuk dikatakan sakit.""Maka itu jauh lebih baik. Aku tidak ingin dianggap sakit. Buat apa sakit itu diperlihatkan? Tidak ada gunanya. Sama saja itu menyiksa diri," timpal Shen Xiao tak sedikit pun mau mengalah."Aish~ terserah kau saja," pasrah Xin Xin menahan rasa kesal."Hm."Mereka berdua saling diam sepanjang jala
Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,
Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l
Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben
"Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b
Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da
Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l
Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak
"Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya
"Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih