"Cepat keluarkan dia!" desak seorang pria paru baya yang memiliki perut buncit dan tubuhnya gemuknya hampir menyamai Li Juan. Pria itu seorang saudagar yang merupakan saingan bisnis keluarga Li, dia adalah Gu Ping. Pria itu juga sampai secara kasar mendorong Li Juan.Li Juan hampir limbung ke belakang dan membuat kedua gadis yang merupakan adik-adiknya itu melihatnya melotot kaget."Kakak!"Tepat saat itu, seorang pemuda datang menahan tubuhnya dengan satu tangannya menghentikan Li Juan yang disengajakan di dorong terjatuh oleh pria bernama Gu Ping."Hampir saja, Tuan seharusnya tidak perlu melindungi saya selalu." Shen Xiao menunjukkan senyum khasnya yang dapat membuat hati siapapun tergerak melihatnya. Li Juan sampai menatapnya tak enak hati, merasa luluh melihat bagaimana lembutnya sikap pemuda itu yang jelas tak ia ketahui kebenarannya. "Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungi siapapun mereka yang berada di kediamanku," kata Li Juan sungguhan. Li Juan seorang saudagar ber
"Kamu mau kemana Shen Xiao?!"Shen Xiao mendengus kesal. Padahal tadi ia sudah bersembunyi agar tidak ketahuan Xin Xin pergi keluar dari kediaman keluarga Li. Tapi, tetap saja gadis itu bisa menemukannya. "Jalan-jalan," balas acuh Shen Xiao mengabaikan Xin Xin yang sudah berjalan mengimbangi langkahnya."Kau lupa sedang sakit ya? Baru saja kau muntah darah," omelnya."Terus? Apa aku harus bertingkah seperti orang sakit yang lemah? Kau menyukaiku seperti itu?"Xin Xin memegangi keningnya pusing. Shen Xiao jika diberitahu yang baik-baik balasannya pasti tak begitu mengenakan. "Bukan begitu. Tuan Shen, orang sakit itu jarang yang seperti mu. Kau itu terlalu banyak tingkah untuk dikatakan sakit.""Maka itu jauh lebih baik. Aku tidak ingin dianggap sakit. Buat apa sakit itu diperlihatkan? Tidak ada gunanya. Sama saja itu menyiksa diri," timpal Shen Xiao tak sedikit pun mau mengalah."Aish~ terserah kau saja," pasrah Xin Xin menahan rasa kesal."Hm."Mereka berdua saling diam sepanjang jala
"Kau sudah tidak waras ya, Teng Fei?!"Shen Xiao cukup terkesima sesaat sebelum matanya menatap ke bawah tak ingin melihatnya. Seorang laki-laki yang memiliki penampilan begitu rapi dan cukup menawan dengan pakaian biru muda bercorak bunga plum, Chan Fan. Ia salah seorang murid suatu Perguruan atau Sekte besar yang di kenal di suatu kota besar yang hampir setara dengan Ibu Kota Kekaisaran. Chan Fan seorang murid dalam yang dikenal teladan dan beretika baik saat di dalam Sekte, tapi ketika di luar dia akan bersikap jauh lebih tegas dan memiliki ambisi besar dan dinilai sangat licik. Sampai kadang kala sikap Chan Fan itu membuat teman-temannya pada menjauh darinya. Chan Fan berjalan dengan langkah ringan. Jelas, itu menuju pada seorang pria yang menjadikan Shen Xiao tawanannya."Berikan barang itu padaku jika kau tidak ingin pria ini mati di tanganku." Dia tetap nekat mengancam laki-laki tersebut dengan Shen Xiao sebagai tawanannya. Ia Teng Fei, pria yang merupakan rekan perjalanan Chan
Sebenarnya Shen Xiao berada di rumah bordil hanya untuk menemui Ji Shu karena penasaran dengan sesuatu yang kini tengah ia pikirkan. Lembah Tanpa Batas, Shen Xiao berpikir mengenai itu ketika tanpa sadar mendengar perkataan pria bernama Teng Fei yang menjadikannya tawanan saat tadi."Kau bertanya itu padaku?" Ji Shu mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Shen Xiao yang terlontar seusai pemuda itu duduk berhadapan di antara meja bundar tepat berada di ruangan pribadinya. Shen Xiao menganggukkan kepala sambil menyesap perlahan teh hangat buatan Ji Shu yang beraroma bunga begitu harum terhirup dan nyaman saat diminum. "Shen Xiao, aku tanya pada mu, kau mengetahui itu dari siapa?" Ji Shu berkata setengah berbisik dengan mata lebih dahulu menatap sekeliling memastikan sekiranya aman dahulu. "Ada seseorang yang tadi secara tidak sengaja kudengar dia berbicara soal itu." Meletakkan kembali secangkir teh hangat yang baru ia minum, Shen Xiao mengatakannya tenang."Tempat itu berbahaya, t
"A-anda ternyata ... " Ucapan Zhang Chen terputus disahuti langsung oleh Shen Xiao."Apa karena aku terlihat terlalu muda kalian tidak mempercayainya?" Shen Xiao mendengus gusar. Dengan dirinya yang duduk sediri di kursi hanya ditemani tongkat bambunya yang ia apit di lengan, ia saling berhadapan dengan mereka yang duduk bersimpuh di lantai. "Menjengkelkan harus menjelaskannya. Kalian harus tahu saja, aku ke Lembah Tanpa Batas di saat aku masih anak-anak. Dan berada di sana tidak secepat waktunya di sini." Shen Xiao menguap pelan mendadak dirinya merasa ngantuk. Memang paling tidak bisa Shen Xiao menceritakan sesuatu, pasti bawaannya ia sendiri yang merasa jengah. "Banyak yang terjadi saat aku kembali 5 tahun lalu. Seperti sebuah kutukan, aku menjadi cacat."Mereka berdua saling berpandangan sejenak lalu kemudian menganggukkan kepala. Sebenarnya sulit bagi mereka untuk saling menelaah semua penjelasan yang dikatakan pemuda itu. Itu kebohongan atau tidak semuanya terasa tercampur aduk.
Shen Xiao melintir telinga Xin Xin saking kesalnya ia atas tindakan gadis Phoenix itu, sampai membuat Xin Xin memohon-mohon begitu heboh agar dilepaskannya. Shen Xiao menjadi dihentikan berjalan oleh seorang wanita setengah baya, salah seorang warga kota, karena melihatnya menindas seorang gadis kecil yang tidak seharusnya dilakukan di sini, wanita itu menghampiri Shen Xiao.Wanita itu mengomeli Shen Xiao atas tindakannya yang tak diketahuinya, apa sebabnya Shen Xiao berlaku seperti itu. Padahal di posisi ini, Xin Xin 'lah yang seharusnya disalahkan. Sang Hewan Phoenix-nya itu memanggilnya melalui telepati untuk meminta pertolongan padanya. Shen Xiao kira itu kondisi genting sampai ia meninggalkan rumah bordil Ji Shu untuk datang menemuinya. Namun nyatanya, sang Blue Phoenix itu hanya iseng memanggilnya sengaja katanya mengetes kepedulian Shen Xiao padanya. Gadis itu tersenyum puas, ternyata Shen Xiao masih peduli dengannya, walaupun Shen Xiao sudah masuk ke tempat menjijikkan seperti
"Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih
"Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya
Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,
Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l
Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben
"Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b
Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da
Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l
Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak
"Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya
"Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih