Xin Xin dan Lin Tian terpaksa berburu di hutan bersama. Keduanya sama-sama memasang wajah kesal, apalagi Lin Tian yang saat ini menahan rasa lapar. Bocah laki-laki itu sampai meruntuk kesal dengan keserakahan Shen Xiao atas makanan.
Dikiranya sebelumnya, Shen Xiao akan berbaik hati memberikan daging kepada mereka walaupun mereka tak ada membantu apapun atas buruan dan masakannya.Tapi, sepertinya dugaannya salah. Shen Xiao itu orang yang serakah yang baru kali ini Lin Tian kenal dan temui!Sungguh menyesal ia bertemu dengannya. Sekalipun ia ditolong dan disembuhkan penyakitnya, jika begini perlakuan Shen Xiao padanya. Bukankah lebih baik ia mati saja?Memikirkan soal mati, Lin Tian menjadi murung seketika. Saat membayangkan wajah ayah, ibunya dan orang-orang desa yang mati mengenaskan. Hatinya menjadi perih, seperti ribuan jarum menghujaninya. Meski mereka sudah dimakamkan dengan layak. Tetap saja ia masih merasa terpuruk kehilangannya."Hei Lin Tian! Jangan bengong di sana! Sini bantu aku!" seru Xin Xin memanggilnya.Tersadar atas lamunannya. Sontak saja Lin Tian berlari menyusul Xin Xin yang sudah lebih jauh jaraknya darinya."Xin Xin, kau minta bantu apa? Sepertinya tidak ada apa-apa di sini." Lin Tian tak melihat hewan buruan apa yang didapatkan Xin Xin. Ia merasa heran memandangnya.Xin Xin memukul kepala Lin Tian sebal. "Bodoh, kau mengira aku sudah mendapatkannya? Begitu kamu yang enak, huh!"Lin Tian mengelus kepalanya yang rasanya lumayan sakit dipukul Xin Xin dengan runtukkan kecil, "Sakit~ aku mengira kamu sudah mendapatkannya, siapa yang tahu itu? Kamu kan temannya orang serakah itu. Aku mengira kamu sehebat dia."Xin Xin memicingkan matanya menatap tajam Lin Tian. "Lin Tian, aku ini seorang gadis, jangan samakan aku dengannya. Dan kau ... !" Xin Xin menunjuk wajah Lin Tian. "Kau itu yang harusnya laki-laki yang berburu, bukan malah aku!"Menyibakkan rambut birunya, Xin Xin berkata kembali, "Aku ini gadis yang cantik, aku tidak ingin membuat seujung kuku ku terluka hanya karena berburu ini.""Tapi, aku kan ... ""Lin Tian, kamu tidak ingin aku terluka kan?" Xin Xin segera memotong ucapan Lin Tian, dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya gadis itu berusaha membujuk Lin Tian agar mau menurutinya.Akhirnya Lin Tian pasrah. Ditatap seperti itu membuat hati kecil Lin Tian goyah. Seperti saat dimana teman-temannya mengajukan permohonan padanya. Lin Tian mau tak mau menerimanya. Memang hati yang terlalu lunak, Lin Tian merasa kesulitan memiliki hati seperti ini."Terimakasih Lin Tian, kamu memang yang terbaik! Kalau begitu aku akan menunggu mu di atas pohon ya! Aku akan memantau mu dari atas!" ucap Xin Xin girang tak menyangka rayuannya itu akan berhasil pada Lin Tian. Bocah polos, Xin Xin menjadi senang, setelah sekian lama hidup selalu diatur, akhirnya saat-saat yang ditunggunya Xin Xin bisa mengatur seorang bocah polos.Coba saja Xin Xin bisa membatalkan kontrak dengan Shen Xiao, mungkin Xin Xin ingin menjadi Hewan kontrak Lin Tian saja yang bisa sangat mudah dijadikan pelayannya seperti ini, bukan ia yang menganggap orang yang membuat kontrak dengannya sebagai Tuan-nya. Xin Xin seorang Blue Phoenix, Hewan Surgawi yang dikenal langkah dan hebat, memiliki keangkuhan tersendiri dan sulit dipatuhkan menjadi bawahan saking angkuhnya hewan tersebut. Sampai-sampai Shen Xiao sendiri sering beradu mulut dengannya, walaupun pada akhirnya Xin Xin 'lah yang mengalah. Mau bagaimana pun, Shen Xiao itu Tuan-nya dan dia tak bodoh.Duduk di atas dahan pohon. Xin Xin mengambil posisi bersandar, duduk begitu nyaman dengan kaki ia silangkan dan kedua tangan ia lipat di dada sambil menikmati tontonan dari bocah yang ia bodohi itu."Kita lihat, sampai sejauh mana kamu akan bertahan Lin Tian," gumam Xin Xin sedikit menarik simpul senyuman di bibirnya."Sekarang apa yang akan ku lakukan? Huft ... selama ini hidupku hanya bertani merawat padi, gandum dan jagung di ladang. Jika permasalahan berburu, biasanya ayah yang melakukannya."Setelah dipikir-pikir. Lin Tian selama ini hidup terlalu manja dan jikapun mengerjakan pekerjaan, itu pasti pekerjaan yang ringan, hanya menyirami tanaman di kebun atau jika membantu ibunya. Ia pasti akan disuruh menyapu halaman rumah dan itu kadang membuatnya kesal sendiri, padahal itu bukanlah pekerjaan besar dan melelahkan tak sampai membuat perutnya kelaparan.Lin Tian memegangi perutnya, memandang perut kecilnya itu, Lin Tian perlahan menarik napasnya perlahan lalu membuangnya. "Ternyata ibu benar, kelaparan itu lebih menyulitkan dari yang dikira. Seharusnya aku tidak pernah menyisakan makanan ku sedikit saja saat itu, sekarang aku menyesal, bu."Menggelengkan kepalanya. Sebisa mungkin Lin Tian menghilangkan pikiran untuk mengingat kenangan dengan orang tuanya yang hanya akan membuatnya semakin terpuruk dan menyedihkan. Dengan sekuat mungkin, Lin Tian membuat dirinya semangat kembali untuk meluruskan jalan takdir hidupnya. Dan kini, saatnya ia berperang melawan rasa laparnya dan ia harus mencari solusinya dengan cara memburu di hutan yang tak pernah dijamahnya.Dari pengelihatannya yang kurang jelas karena suasana sedikit gelap, meski hari sudah pagi. Karena kedalaman hutan, tentu suasana sekitar tak sama dengan suasana saat di luar.Didapatkan sebuah kayu yang lumayan kuat. Lin Tian membuat ujung kayu itu runcing dengan dibantu batu tajam yang ada di sekitarnya. Lin Tian membuat kayu itu sebagai senjatanya untuk berburu.Walaupun tak ingin mengingat tentang kenangan saat bersama ayahnya, tetapi ingatan itu seakan memaksanya melihat. Sampai sesuatu keberuntungan dari ingatannya saat Lin Tian dengan ayahnya. Lin Tian pernah bertanya tentang senjata apa saja yang digunakan ayahnya saat berburu.Saat ditanya, ayahnya begitu antusiasnya mengatakan padanya tentang apa saja senjata yang bisa digunakan untuk berburu. Begitu jelas sampai ingatan itu tetap melekat dalam pikiran Lin Tian sampai saat ini.Setelah persiapan selesai. Lin Tian yang sudah membawa senjata sebuah kayu dan apa saja barang berguna yang bisa ia dapatkan di sekitar lokasi hutan seperti akar merambat yang bisa ia jadikan tali dan satu kayu yang cukup besar untuk membawa hewan apa saja yang akan dibawanya nanti.Perburuan untuk pertama kalinya, kini Lin Tian mulai.Setelah memantapkan hati dan tekad yang kuat. Lin Tian mulai berjalan menyelusuri hutan dengan langkahnya perlahan sambil memasang setiap indra yang dimilikinya untuk mencari posisi hewan di hutan iniKresek!Telinga Lin Tian berkedut, sesuatu dapat didengarnya. Lin Tian langsung memusatkan pendengarannya untuk lebih memastikan jelas dimana letak suara yang didengarnya.Semakin Lin Tian mengikuti arah suara itu, semakin suara itu terdengar jelas. Sampai saat di depan semak-semak belukar. Lin Tian dengan kayu yang ujungnya sudah diruncingkan itu secara hati-hati siap mengacuhkan ke depan.Satu, dua langkah Lin Tian ambil untuk mendekatinya. Hingga saat tiba di depan semak-semak itu Lin Tian mengangkat tinggi-tinggi kayu runcingnya, Lin Tian yang saat itu akan menghunuskan kayunya kebawah menjadi terhenti di saat Lin Tian melihat seekor bayi Harimau Putih kecil tampak meringkuk dengan kondisi tubuh penuh luka."Bayi Harimau?" Lin Tian memastikan sekitarnya dahulu sebelum mengambil bayi Harimau Putih itu.Setelah memastikan tak ada keanehan Lin Tian segera mengambil bayi Harimau yang sepertinya usianya masih sangat mudah."Malangnya, kamu pasti kehilangan orang tua seperti ku juga," ucap Lin Tian saat sudah menggendongnya dengan hati-hati Harimau kecil itu."Menyedihkan, ternyata dia lebih menyedihkan daripada kamu.""Aah?!"Lin Tian terlonjak kaget atas kehadiran Shen Xiao tanpa disadarinya sampai membuat bayi Harimau Putih itu terlepas dari gendongannya.Untung Shen Xiao yang hanya dengan satu tangan langsung cepat menangkapnya dan mendekapnya. "Berhati-hatilah, tubuhnya begitu rentan dari tubuh kecil mu." Shen Xiao berkata menohoknya.Meski perkataan Shen Xiao lumayan pedas didengarnya. Tapi perkataan Shen Xiao itu tak sepenuhnya salah dan Lin Tian tak bisa marah atas sebab itu. Ia sekarang hanya khawatir dengan kondisi bayi Harimau itu."Kamu lapar ya?" Shen Xiao menggigit ujung jari tangannya dan lalu memberikan darahnya ke mulut bayi Harimau Putih itu dengan penuh perhatian sampai membuat Lin Tian serius memperhatikannya.Sikap Shen Xiao begitu berbeda dengan Harimau itu, terlihat jelas di wajah mengesalkan Shen Xiao menjadi sangat ramah bahkan penuh perhatian seperti itu kepada Hewan kecil itu.Dan bukan hanya itu saja yang Lin Tian perhatikan. Sesuatu yang tak diketahui Lin Tian, Harimau yang penuh luka itu menjadi sembuh hanya dengan meminum darah Shen Xiao dengan ganasnya sampai satu jari tangan Shen Xiao dimasukkan ke dalam mulutnya."Kau tidak takut tangan mu dimakan?" Pertanyaan polos itu lolos dari mulut Lin Tian karena rasa penasarannya yang besar.Shen Xiao tertawa kecil mendengarnya. "Apa kamu kira Hewan sekecil ini akan bisa memakan tangan ku? Dia hanya bayi, kamu saja saat bayi tidak bisa memakan sesuatu yang keras.""Manusia dan hewan itu berbeda. Ayahku pernah mengatakan jika Hewan sejak bayi sudah memiliki sesuatu yang tak dimiliki manusia langsung dari lahir, yaitu gigi," ujar Lin Tian menyimpulkannya.Shen Xiao sedikit takjub mendengar perkataan cerdas dari bocah kurus yang berada di sampingnya."Jika manusia biasa itu mungkin benar yang ayah mu katakan, tapi jika itu seorang Kultivator, beda cerita," papar Shen Xiao menjelaskannya lebih baik. Menatap teduh Lin Tian, Shen Xiao lanjut berkata, "Kamu mungkin tidak akan percaya, tapi itu kebenaran.""Aku percaya, dunia ini sangat besar dan sesuatu yang sulit untuk dipercayai itu, mungkin saja terjadi," kata Lin Tian dengan mantap.Shen Xiao tertegun mendengarnya. Tak ia sangka bila bocah laki-laki yang tampak bodoh itu memiliki pemikiran yang membuatnya tertarik padanya. "Sepertinya benar, aku dilahirkan dengan keberuntungan," batin Shen Xiao merasa bangga sendiri saat sadar dengan kemampuan yang dimiliki Lin Tian dan juga, hewan yang digendongnya ini. Ia bukan sekedar hewan buas biasa. Tetapi Seekor Demon Best Tingkat Tinggi yang kemungkinan besar ketika dirawat bisa menjadi hewan surgawi seperti Xin Xin."Tangkapan yang besar lagi Tuan, kau beruntung," bisik Xin Xin yang sudah berada di sampingnya terbang dengan kedua sayap biru menyala 'nya, gadis itu mendekatkan wajahnya untuk melihat bayi Harimau Putih itu lebih jelas.Kruyuk!Pandangan serius mereka semulanya tertuju pada bayi manis Harimau Putih yang berada dalam gendongan Shen Xiao, seketika mereka beralih bersamaan memandang ke arah Lin Tian."A-anu ... sepertinya aku sudah sangat lapar," kata Lin Tian gugup mengakuinya."Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?" Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian. Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya. Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan. Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya. "Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao. Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali ba
Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.Merasa saudara laki-lakinya terhe
"Xin Xin! Habisi mereka!" seru Shen Xiao menyuruh Xin Xin bergerak maju melawan para pembunuh bayaran yang mengepung mereka.Xin Xin mendengus, memutarkan bola matanya malas. "Kebiasaan." Sudah ia duga, Tuan-nya yang berotak licik ini pasti akan mempermainkannya lagi. Sekarang lihatlah, setelah memanggil para pembunuh yang bersembunyi itu dengan sendirinya, bukannya dia yang melawan, malahan melibatkan Xin Xin lagi-lagi. "Tuan tidak akan turun tangan selama ada bawahannya di sini, kau harus mengingatnya Xin Xin." Shen Xiao menunjukkan senyum simpul yang begitu mengesalkan sampai setiap kali Xin Xin melihatnya merasa muak sendiri. Wajahnya memang lumayan ditambah senyumannya itu, tapi kelakuannya itu selalu menutupinya. "Kak Shen, apa Xin Xin bisa melawan mereka?" Lin Tian bertanya ragu. Bocah lelaki itu sampai menarik lengan baju Shen Xiao merasa takut.Shen Xiao menoleh ke arahnya. "Kau lihat saja, dia itu pintar bermain api. Asal kamu tahu, tidak ada orang yang mampu memegang tang
"Ka-kakak, bangun ... aku takut."Shen Xiao mengusap matanya kemudian dia memijit pangkal hidungnya. Suara gadis itu muncul kembali, ia mendengarnya, sangat jelas dari indra pendengarannya yang sangat tajam.Apa yang dilakukan Shen Xiao itu membuat dua orang pembunuh bayaran yang memiliki senjata andalan panah menjadi berpikir bahwa pemuda itu tengah dalam kegelisahan, mereka menganggapnya, dia khawatir dan takut dengan gertakkan mereka. "Sudah kuduga, dia pasti hanya Tuan Muda sampah yang lemah," kata salah satu dari mereka. Melihat tingkah Shen Xiao, perasaannya menjadi yakin bahwa pemuda itu hanya pemuda cacat saja yang lemah.Satunya lagi menanggapi, "Kau benar, sepertinya dia berada di hutan ini juga karena keluarganya menginginkan dia mati saja. Mungkin, dia aib keluarga karena kecacatannya."Hanya seorang saja yang beranggapan berbeda. Dia mengabaikan para rekannya memilih memperhatikan pemuda itu begitu serius dengan kedua mata tajamnya. "Aku yakin ada sesuatu yang salah," pi
"Kau memungut anak kecil lagi?" Xin Xin memandang Shen Xiao hampir dibuat geleng-geleng kepala.Sudah menghilang ntah kemana sampai malam hari sudah terasa mencengkram di dalam hutan ini. Pemuda itu datang-datang membawa dua orang anak yang kiranya salah satunya seusia dengan Lin Tian, sebelas tahun. Dan satunya lagi sekitar tujuh-delapan tahun.Tapi, ada satu hal yang membuat Xin Xin dibuat menggeleng-geleng kepala ketika melihat Shen Xiao menggendong seorang anak laki-laki sedangkan Shen Xiao tampak membawa dirinya sendiri saja kesulitan dengan tongkatnya itu. "Shen Xiao-- ""Panggil aku Tuan Shen," tukas Shen Xiao mengatur panggilan Xin Xin dengan tegas. Xin Xin menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya terpasang tertekuk. Semulanya menatapnya menjadi mengalihkan wajah kembali ke depan yang terdapat api unggun, dibuat secara langsung oleh Lin Tian yang kini pemuda itu bersama Bian Xiao si bayi Harimau tengah tertidur beralas daun talas.Shen Xiao mengetahui Xin Xin pasti tengah m
Sang fajar sudah menyingsikan wujudnya. Sahut menyahut kicauan burung menyambut kedatangannya. Sesegar udaranya, sesosok pemuda yang kini disibukkan berburu di hutan dengan menjadikan anak-anak umpannya, begitu sangat semangat sekali membuat para anak-anak menjebak hewan masuk ke dalam perangkapnya.Dia hanya menangkring di atas pohon dan hanya mengarahkan anak-anak untuk berlari demi lolos dari kejaran Hewan Buas yang ingin diperangkapnya. Tapi Xin Xin kebanyakan yang membantu anak-anak lolos dari kejaran Hewan Buas tersebut. Shen Xiao lebih banyak mengaturnya saja, sedangkan dia santai di atas pohon memandangi mereka dari bawah. Xin Xin memandangnya begitu sinis, dia bisa membawa anak-anak bersama mereka, tapi tidak bisa menjaga anak-anak dengan baik dan akhirnya Xin Xin juga yang turun tangan.Xin Xin melesat terbang ke arahnya sambil berteriak memanggilnya, "Tuan Shen!""Pelankan suara mu, kau bisa membuat sekawanan Serigala Darah muncul di sekitaran sini." Shen Xiao memperingatin
"Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta
Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti
Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,
Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l
Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben
"Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b
Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da
Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l
Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak
"Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya
"Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih