Saking terkejutnya dengan balasan Shanum, Amanda hanya mampu membuka dan menutup mulutnya dengan mata melotot bulat. Ia tak pernah mengira, wanita lemah yang seringnya diam saja saat ditindas, nyatanya mampu membalas sengit dan ... telak!Jika dilihat lagi, kekayaan keluarga Amanda memang jelas jauh di bawah keluarga Shanum. Ah, bahkan sangaaaat jauh. Kekayaan keluarga amanda tidak sampai 25% kekayaan keluarga Setiawan. Hanya saja, selama ini Amanda menang di status saja. Sementara Shanum, sekaya apa pun keluarganya dia hanyalah anak pungut!Mama Rima selalu berpikir, warisan yang akan Amanda terima jelas akan full, karena dia anak kandung. Sementara Shanum, pastinya tidak akan dapat apa-apa karena hanya anak pungut. Makanya, meski kekayaan keluarga Amanda di bawah Shanum. Bagi Mama Rima, Amanda tetap lebih tinggi levelnya dari Shanum."Kamu ... kamu ..." Amanda masih megap-megap di tempatnya. Tak bisa berkata-kata lagi demi membalas Shanum. "Sudah! Cukup!" Akhirnya Mama Rima yang am
Mata Shanum memicing kala melihat sesuatu menyembul dari balik tas kerja Reksa. Ia raih benda itu, ternyata sebuah undangan. Tepatnya undangan sebuah perusahaan yang akan menggelar sebuah jamuan bisnis. Bukan perusahaan Reksa, tapi perusahaan lain yang mungkin adalah relasinya. Di sana tertulis undangan tersebut untuk Reksa dan pasangan. Namun, Shanum tak yakin suaminya itu akan mengajaknya ke acara tersebut.Biasanya memang begitu. Dari dulu juga Reksa jarang mengajaknya ke acara semacam itu. Kecuali kalau urgent sekali, seperti membutuhkan kehadiran Shanum untuk memvalidasi statusnya sebagai menantu Daddy Arjuna. "Kamu nggak akan mengerti obrolan di sana, Num. Jadi dari pada nanti malah bikin malu, lebih baik kamu di rumah saja." Itu alasan Reksa ketika Shanum bertanya alasan pria itu tak selalu membawanya ke acara demikian. Alih-alih membawa Shanum, Reksa malah lebih suka membawa orang lain. Tebak siapa? Ya, siapa lagi kalau bukan Ayu."Ayu itu orang bisnis. Jelas ngajak dia bak
Shanum menyilangkan tangan di dada, sambil salah satu jarinya terus mengetuk lengan atas dengan tempo teratur. Matanya menerawang jauh. Otaknya sibuk memikirkan rencana apa kiranya yang tepat untuk memberi pelajaran pada Reksa dan keluarganya. Apa? Apa yang harus ia lakukan? Tentu mengadu pada Daddy-nya adalah cara yang tepat. Akan tetapi Shanum bingung bagaimana memulainya, juga harus menyiapkan alasan yang tepat dan energi saat nanti disidang Daddy karena baru mengadu sekarang. Daddy pasti kesal karena Shanum sudah menutupi semua lukanya selama ini.Lagi pula, mengadu pada Daddy tentu akan menjadi cara cepat membuat Reksa menderita. Dengan kekuasaan yang Daddy miliki, menghancurkan Reksa sekejap mata bukalah hal yang sulit. Namun, Shanum tak mau itu terjadi. Ia ingin suaminya itu tersiksa secara perlahan-lahan terlebih dahulu. Tring!Sedang sibuk memilih rencana balas dendam yang tepat, ponsel di sebelahnya berbunyi. Shanum meliriknya sekilas, dan melihat nama sang Daddy terpampa
*Happy Reading*Pembalasan untuk Amanda sudah otw naek ojek. Sekarang, Shanum tinggal memikirkan pembalasan untuk Reksa, suami tercintanya. Kira-kira, apa yang harus ia lakukan untuk menghancurkan karier pria itu, ya?Bisa saja ia meminta Daddy Arjuna berhenti memberi proyek atau merekomendasikan Reksa pada rekan bisnisnya. Tetapi, pasti Daddy akan sangat cerewet meminta alasannya. Belum lagi kalau Daddy nekad menjemput Shanum ke sini. Shanum akan kehilangan momen melihat langsung kehancuran Reksa. Tidak! Tidak! Untuk saat ini. Biarlah dia bergerak sendiri. Akan tetapi, harus bagaimana dia memulainya? Apa yang harus ia lakukan?Tring! Tak lama, sebuah pesan muncul di ponselnya. Pesan dari seseorang yang berarti dalam hidupnya, yang sudah lama tidak bertemu. Senyum Shanum pun seketika terurai setelah ia membaca isi pesan tersebut. Ah, sepertinya Tuhan pun sangat mendukung aksi balas dendam Shanum kali ini. ***Me [Mas, kamu lembur lagi hari ini?] Shanum mengirimkan pesan pada Reksa
*Happy Reading*"Menurut aku sih, lebih baik kita lanjut aja ke perjamuan bisnis malam ini. Kemungkinan kita mendapat proyek-proyek besar lebih banyak. Soalnya di sana sudah jelas-jelas akan di hadiri banyak sekali pebisnis yang sudah punya nama. Sementara yang ditemui Shanum hanya seorang pebisnis saja, dan ... belum tentu juga bisa kasih kamu proyek. Meski pun bisa kasih proyek sama kamu, paling cuma satu atau dua. Sementara di pesta nanti, pasti lebih dari itu yang akan kita dapatkan." Berkat ucapan Ayu tersebut, akhirnya Reksa pun setuju dan memutuskan melanjutkan perjalanan ke pertemuan bisnis malam ini. Dia rasa, ucapan Ayu sangat benar sekali.Reksa memang sangat menurut pada Ayu. Baginya wanita itu sangat cerdas dan selalu punya solusi jitu pada setiap masalah yang si hadapi. Ayu selalu pandai membuat Reksa nyaman dan tenang. Berbeda dengan Shanum yang bisanya cuma bikin pusing. "Sudah siap?""Siap, dong!" sahut Ayu riang, seraya melingkarkan tangan pada lengan kokoh Reksa.
"Mama Alle, apa kabar? Shanum kangen!"Shanum menghambur dalam pelukan seorang wanita yang kecantikannya seolah tak tergerus oleh masa. Pelukan Shanum dibalas hangat. Ia tahu di sana juga ada Reksa serta Ayu. Namun, sengaja pura-pura tidak tahu. "Putri cantikku. Mama baik, Sayang. Kamu sendiri gimana? Sehat?" Mama Alle menatap Shanum dengan sorot yang syarat akan kasih sayang. Arletta namanya, teman bunda Karina yang benar-benar menyayangi Shanum layaknya anak sendiri. Bukan hanya karena Arletta tidak punya anak perempuan saja, tapi juga karena dari kecil memang Shanum entah kenapa sangat lengket padanya. Bahkan pertemuan pertama saja, Shanum langsung memanggilnya 'Mama'. Padahal kala itu Shanum baru berusia setahun lebih. Tidak ada yang mengajari, panggilan itu tersemat otomatis dari Shanum begitu saja. Sudah diajari memanggil 'tante' pun, Shanum tetap lebih fasih memanggil Arletta dengan sebutan 'Mama'. Akhirnya lama-lama Arletta terbiasa sendiri dan malah jadi terbawa suasana me
Dari awal saja, Arletta sebenarnya sudah kesal setengah mati saat melihat Reska datang bersama orang lain. Padahal, Shanum sudah setuju menemuinya malam ini di pesta. Kiranya putrinya akan datang bersama sang suami, karena Arletta pun tahu pasangan itu masuk dalam undangan malam ini. Ternyata oh ternyata, mereka datang sendiri-sendiri.Melihat hal itu, Arletta sudah curiga ada sesuatu yang tak beres pada rumah tangga putrinya. Apalagi melihat interaksi dua sejoli itu yang lumayan intim di matanya. Kalau saja Arletta bukan seorang yang pandai menekan emosi. Sudah Arletta labrak dua keparat itu. Kekesalan Arletta pun semakin menjadi kala Reksa mendekat dengan tak tahu malunya, dan mengenalkan wanita yang ia akui sepupunya pada semua orang dengan percaya diri.. Dari raut wajah tidak ada rasa bersalah sama sekali sudah menggantikan posisi istrinya dengan wanita lain. Ditambah jawaban-jawaban pria itu yang malah menjelekkan Shanum. Tangan Arletta semakin gatal ingin menonjok wajah tak tah
Mau tak mau, suka tak suka, ikhlas tak ikhlas, Ayu pun harus beranjak pergi dari pesta tersebut dengan raut wajah tak bisa dilukiskan. Ada marah, kesal, sedih, dan malu dalam sorot matanya.Tentu saja, ia pasti tak terima di permalukan sedemikian rupa oleh pasangan Hardikusuma tersebut. Di hadapan para petinggi bisnis ya namanya banyak di perhitungkan pula. Apa nggak hilang muka seketika si Ayu ini. Entah bagaimana nasib nama baik dan perusahaan keluarganya setelah ini?Arg! Sial! Kenapa juga Shanum harus menyebutkan nama perusahaannya selantang itu. Kan, pasti akan di tandai oleh perusahaan Hardikusuma dan lainnya. Kalau begini, pasti akan sulit mencari klien. Susah-susah ia putar otak untuk memajukan bisnis keluarganya, sampai harus numpang tenar pula pada Reksa. Namun kini malah dihancurkan dengan mudah oleh Shanum."Lihat saja, Shanum! Akan kubalas sakit hati ini!" desis Ayu di sela langkahnya meninggalkan pesta. Reksa tak bisa melakukan apa pun untuk membela Ayu. Saat ini, kese