Kini Jason sudah berada di ruang bawah tanah bersama dengan Dave dan rekannya. Jason menodongkan pistol ke arah mereka berdua agar mereka tak memberontak. Jason kemudian memerintahkan Dave untuk mengikat rekannya itu di sebuah kursi listrik. Dave ingin sekali menolak, tapi moncong pistol kini sudah berada di pelipisnya. Akhirnya Dave mengikat rekannya tersebut. Berulang kali rekannya itu memohon pada Jason, namun Jason sama sekali tak menghiraukannya.
"Ingin bertukar tempat?" Tanya Jason pada Dave.
Dave terlihat sangat kaget dengan ucapan Jason. "Ya?"
"Kau mau bertukar tempat dengannya?" Tanya Jason sekali lagi.
Dave dengan cepat menggelengkan kepalanya. Setelah selesai mengikat rekannya, kini Dave di perintahkan untuk duduk di kursi untuk menonton. Jason menekuk jarinya sebagai pemanasan. Selain itu, ia juga melakukan jalan di tempat. Setelah selesai melakukan pemanasan, kini saat nya permainan di m
Jason berjalan menyusuri tangga di ruang bawah tanah. Kini ia sudah mengetahui siapa orang yang ada di belakang ini semua. Jason juga mengetahui bahwa tujuan utama mereka adalah untuk membunuhnya. Begitu pulang dengan Jean yang setuju untuk menyingkirkan Jason yang bisa menjadi bukti nyata masalah penelitian ilegal.Jason meraih ponselnya yang ada di saku celananya. Terdapat lebih dari 10 panggilan tak terjawab dari Lusiana. Jason memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia sudah berjanji tidak akan peduli dengan apa yang terjadi pada wanita tersebut. Jason yang sudah merasa lega pun membanting tubuhnya di sofa ruang tamu. Semua rasa lelahnya seakan terbayar dengan informasi yang ia temui dari rekan Dave.Saat Jason sedang memejamkan matanya, tiba-tiba suara bel mengganggu istirahatnya. Dengan malas Jason berjalan menuju pintu dan membukanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lusiana yang sedang menangis. Matanya yang sudah membengk
Pagi ini Jason terbangun di dalam kamarnya. Entah bagaimana dia bisa berada di kamarnya. Seingatnya, kemarin ia dan Lusiana hanya berada di ruang tamu. Saat Jason tengah menemani wanita itu makan, ia di beri sesuatu. Namun Jason masih tak dapat mengingat apa yang di berikan oleh Lusiana. Jason memaksakan tubuhnya untuk bangkit, namun kepalanya terasa sangat berat.Jason memegangi kepalanya. "Ah sial... obat tidur."Jason menggelengkan kepalanya berulang kali untuk menghilangkan rasa pusingnya. Lalu ia berjalan menuju ruang bawah tanah dengan kepala yang terasa pusing. Namun ia melihat pintu di ruang bawah tanah itu terbuka. Lampu di sekitarnya juga menyala, itu artinya ada seseorang di dalam ruangan tersebut. Jason segera membuka jalan menuju ke ruang rahasianya yang berada di bawah ruangan tersebut.Jason menuruni anak tangga melingkar itu dengan cepat tanpa takut terjatuh. Kemudian pemandangan pertama yang ia lihat ada
Pagi ini Jean memutuskan untuk mencari Jason yang tak kunjung pulang ke rumah. Jean memang terbiasa tak melihat putra nya tersebut, namun ia juga memiliki perasaan khawatir. Watt yang masih tertinggal di dalam rumah pun berlari mengejar Jean yang sudah berada di mobil. Jean berdecak sebal saat melihat Watt yang sedang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Jean segera turun dari mobil dan menghampiri Watt."Aku ingin mencarinya sendiri!" Tegas Jean.Watt menggaruk tengkuknya. "Tapi kau tidak punya SIM."Jean mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan kartu berukuran persegi panjang. Jean dengan bangga menunjukan kartu itu ke depan wajah Watt."Bagaimana bisa seorang detektif tidak memiliki kartu SIM?"Watt yang nampaknya tak mau berada di rumah itu sendiri pun mencoba mencari alasan lain. "Bagaimana jika tulang belakangmu bermasalah lagi?"Jean mengernyitkan da
Jason mengemudikan mobilnya tanpa tujuan. Sama sekali tak ada tempat yang ingin dia kunjungi selain rumah Lusiana. Ia sangat ingin mempertanyakan kebenaran dengan yang ada di video tersebut. Jason memang mencintai Lusiana, namun cinta nya seperti bertepuk sebelah tangan. Jason sudah sangat berusaha untuk menjaga Lusiana dengan baik. Tapi ternyata Lusiana membalasnya dengan sangat menyakitkan.Jason menepikan mobilnya di depan sebuah rumah makan yang pernah di datangi nya bersama Lusiana. Lewat dinding kaca, Jason dapat melihat kursi yang menjadi tempat duduknya. Lalu Jason mengingat bagaimana dirinya di tolak. Bersamaan dengan itu, ingatan tentang video yang di beritahu oleh Eliza terus mengiris hatinya.Jason segera memasuki rumah makan itu. Seperti manusia normal lainnya, Jason memesan makanan lalu duduk di kursi yang kosong. Saat dia ingin duduk di kursi yang terletak menempel dengan dinding, tubuhnya seakan memaksa nya duduk di kur
Jean memejamkan matanya yang sudah mulai terasa berat. Sejak pagi hingga sore hari, Jason sama sekali tak menunjukan batang hidungnya di rumah tersebut. Jean melirik Watt yang sedang tertidur di lantai. Mungkin Jean juga harus segera tidur karena semalam tadi dia sama sekali tak tidur. Jean pun memutuskan untuk tidur di lantai yang agak jauh dari posisi Watt. Saat Jean baru saja menempelkan telinga nya di lantai, tiba-tiba Jean seperti merasakan ada suara gaduh. Jean pun segera bangkit dari tidurnya untuk mencari dari mana asal kegaduhan tersebut.Dapur menjadi tempat pertama yang dicurigai menjadi asal kegaduhan itu. Jean berjalan perlahan dengan tangan yang sudah mengepal. Siapapun yang terlihat olehnya, akan segera ia pukul. Namun saat ia tiba di dapur, sama sekali tak ada tanda-tanda kegaduhan. Semua barang masih ada di tempatnya masing-masing, kecuali gelas yang sudah di pakainya beberapa menit yang lalu.Jean berjalan menuju wastafel u
Lusiana hendak menemui ayahnya yang ada di ruangan sebelum pulang. Matahari sudah hampir terbenam, ia harus segera kembali ke rumah sakit. Sebelum kembali, ia harus menanyakan kebenaran Jason di tangkap. Lusiana mengetuk pintu ruangah ayahnya. Saat Holland sudah memberi perintah untuk masuk, Lusiana segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Lusiana mencari tempat duduk yang paling dekat dengan ayahnya. Setelah itu Lusiana mulai memulai perbincangan."Apa benar dia memukuli pelayan?" Tanya Lusiana.Holland yang masih berada di kursi kebanggaannya itu pun mengangguk. "Pelayan itu sedang kritis.""Iya, aku yang menangani pasien itu." Ujar Lusiana.Holland menganggukan kepalanya. "Lalu?""Berapa lama dia akan di penjara?" Tanya Lusiana.Holland berdeham cukup lama. Lalu ia mengedikan bahu nya seolah tak mengetahui apapun. Lusiana pun mendekati kursi ayahnya, lalu m
Pagi ini Jason masih tak bisa tidur. Ia tetap duduk di dalam sel nya sambil memikirkan rencana selanjutnya. Jason mengambil pulpen yang ada di saku celana nya. Jason memang selalu membawa pulpen, mengingat pekerjaannya sebagai dosen yang kapan pun di hampiri mahasiswa. Jason menggambar sesuatu di lantai. Salah satu polisi yang melihatnya pun merasa curiga. Jason mengangkat kepalanya saat merasakan kehadiran polisi tersebut."Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya polisi tersebut.Jason sedikit menggeser tubuhnya agar polisi itu dapat melihat apa yang dilakukannya. Polisi itu dapat melihat gambar Jason yang ada di lantai. Polisi itu pun bergegas pergi saat melihat gambar Jason yang biasa saja, sama sekali tak ada yang mencurigakan. Saat polisi itu sudah menjauh, Jason kembali meneruskan gambarnya. Ia menggambar garis yang saling terhubung, lalu memberinya huruf.Polisi itu masih terus mengawasi gerak-gerik
Siang ini, Franco sudah tiba di San Francisco. Dia di hubungi oleh Lion untuk segera kembali, karena ayahnya yang secara misterius menghilang. Franco dengan cepat mendatangi kediaman ayah dan ibu nya. Kondisi rumah masih sama seperti saat terakhir kali ia tinggalkan. Hanya saja terlihat sangat sepi. Franco membunyikan bel rumah tersebut. Lebih dari 3 kali Franco menekan tombol itu, namun pintu itu sama sekali tak terbuka. Franco mendorong pintu tersebut, ternyata pintu itu tak di kunci. Franco pun melangkah perlahan masuk ke dalam rumah itu."Ibu?" Panggil Franco.Sangat hening, hingga suara nya seakan menggema. Franco melangkahkan kakinya menuju kamar ibu nya, jika saja sang ibu sedang tertidur di kamarnya. Namun saat ia tiba di kamar ibu nya, ia tak menemukan apapun selain kamar yang berantakan. Franco pun menjadi sangat cemas dengan ibu nya. Lalu saat ia hendak keluar dari kamar ibu nya, selembar kertas melayang entah dari mana. Franco pu