Jason berada di dalam toilet sambil terus memikirkan cara untuk kabur. Di sekeliling ruangan itu sama sekali tidak ada celah untuk meloloskan diri. Seperti sebuah ruangan yang di gunakan untuk menahan seorang penjahat kelas kakap. Tapi, itu memang benar! Jason adalah salah satu pembunuh kelas kakap.
Dari dalam ruangan, Jason dapat mendengar suara Hanes yang menunggu nya diluar. Beberapa kali Hanes memanggil namanya, namun Jason sengaja tidak menjawab panggilan tersebut. Samar-samar Jason dapat mendengar suara wanita yang bisa di pastikan bahwa itu adalah Shella. Walau pun pelan, Jason dapat mendengar perbincangan mereka karena keadaan yang sunyi.
“Apa kita harus menunggu nya?” tanya Shella.
“Mmmm... bagaimana jika kita melakukannya terlebih dahulu?” ujar Hanes dengan sedikit meminta pertimbangan dari wanita tersebut.
“Ya, kita bisa saja menyuntiknya tanpa menunggu kedatangan orang itu. Dia sama sekali tak bisa di harapkan.” Ujar Shella.
Terdengar tawa b
Jason berdiri di tempatnya sambil terus memperhatikan Hanes dan Shella yang mulai masuk lewat lubang buatan mereka.“Kau akan selamat.” Ujar Jason sambil tersenyum ke arah Marley yang sudah tak sadarkan diri.“Menjauh darinya!” teriak Shella.Jason menolehkan kepalanya ke arah Shella yang ternyata sudah menggenggam pistol di tangan kanannya. Jason membulatkan mulutnya dan bergerak menjauh dari Marley sambil mengangkat kedua tangannya. Terlihat Hanes yang sedang berusaha memapah tubuh Marley“Hei!” teriak Jason sambil tersenyum ke arah pintu.Hanes dan Shella sontak menolehkan kepala mereka ke arah pintu. Melihat kedua orang itu tengah lengan, Jason pun bergerak secepat mungkin dan menendang pistol di tangan Shella hingga benda itu terpental ke sudut ruangan. Jason yang kini sudah tak merasa terancam dengan apapun mulai bisa bergerak bebas.Jason tersenyum tipis ke arah Shella, lalu Jason melayangkan tendangannya tepat di perut wanita tersebu
Wanita itu menguncir rambut nya dan keluar dari toilet dengan kedua tangan menarik koper besar. Di belakangnya berjalan seorang pria yang juga tengah menarik sebuah koper. Wanita itu tersenyum pada semua staff rumah sakit Lakeshore yang di lewatinya.“Apa kabar nona Keanna?” Sapa seorang dokter laki-laki sambil membungkukkan tubuhnya.Wanita bernama Keanna itu hanya melemparkan senyum pada pria tersebut. Keanna merupakan pemilik rumah sakit Lakeshore yang sudah berdiri kurang lebih tiga puluh tahun. Sudah lebih dari lima tahun Keanna tidak menjejakan kakinya di rumah sakit tersebut. Ia menyerahkan rumah sakit itu pada suami nya yang merupakan seorang kepala kepolisian untuk mengawasi rumah sakit tersebut. Sementara dirinya harus terus bekerja sebagai dokter lapangan yang terus berkelana di seluruh dunia.“Hei Keanna. Apa kita harus menyerahkan mayat ini?” tanya pria dibelakangnya.Keanna mendesis pelan seraya membulatkan matanya seolah menyuruh pria itu u
Keesokan harinya, Jason memutuskan untuk mengunjungi ibu nya. Sudah lebih dari sebulan ia tidak pergi bekerja. Ibu nya tidak mungkin marah, namun Jason merasa tidak enak karena bayaran tetap masuk ke rekeningnya. Jason mengendarai BMW kesayangannya yang sudah banyak terluka. Ia membelah jalan dengan perlahan sambil terus memikirkan cara untuk langkah pertama nya. Kini Jason sudah memiliki rekan kerja, jadi ia tidak akan bekerja sendirian lagi. Keuntungan lainnya, Jason tak perlu terlihat di sekitar lingkungan korbannya.Saat Jason tengah berkutat dengan pikirannya, ponsel yang ada di dashboard mobilnya itu berbunyi. Jason menepikan mobilnya dan menerima panggilan tersebut."Ya... Ada apa Lusiana?" Ujar Jason pada seseorang di seberang yang sudah bisa dipastikan adalah Lusiana.Jason tertawa pelan saat mendengar jawaban dari wanita tersebut."Kau merindukan ku?" Tanya Jason."Aku akan pergi ke San Fransisco dan menetap untuk beberapa
321"Nampaknya mereka semua sudah pergi." Ujar salah satu pasukan khusus yang berada di ruang depan.Jean menghentikan aksinya untuk membuka pintu saat mendengar ucapan tersebut. Jean mengisyaratkan agar semua yang ada di ruangan untuk diam agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tak lama, terdengar langkah kaki yang cukup ramai mulai menjauh.'Sepertinya mereka sudah pergi' batin Jean.Jean menundukan kepalanya untuk mengintip lewat celah knop pintu. Tubuh Jean membeku saat melihat sebuah mata yang juga sedang menatapnya."Ketemu." Gumam orang yang kini berada tepat di pintu tersebut.Jean sontak menjauh dari pintu tersebut. Dalam waktu yang singkat, pintu itu sudah berhasil di buka secara paksa. Terdapat lima orang anggota pasukan khusus yang di lengkapi topeng hitam. Mereka semua kini menodongkan senjata api berupa MP5 ke arah Jean dan yang lainnya.Jean dan yang lainnya serempak mengang
Lusiana berdiri di depan cermin besar yang terletak di sudut kamarnya. Sebelah tangannya menggenggam ponsel yang masih terhubung panggilan oleh seseorang. Lusiana dapat mendengar suara orang itu karena panggilan yang di load speaker."Mereka pasti sudah membereskan akar dari permasalahan ini." Ujar seseorang di telepon.Lusiana tersenyum dengan tatapan lurus ke arah cermin. "Aku bahkan belum memberikan instruksi apapun.""Aku sama sekali tak bermaksud membunuhnya." Lanjut Lusiana.Seseorang di telepon itu nampak tertawa mendengar ucapan Lusiana. Namun Lusiana sama sekali tak marah jika orang itu menertawakan kebodohannya."Dia sudah menghancurkan hidupmu, Lusiana. Bagaimana bisa kau tidak ingin membunuh laki-laki itu?"Lusiana memejamkan matanya sejenak. Perlahan ingatan masa lalu mulai menyeruak masuk ke dalam pikiran Lusiana yang masih sadar total.Terlihat seorang anak laki-laki tengah tersenyum ke arahn
Dave dan rekannya tersebut segera membawa tubuh Jason untuk menjauh dari tempat tersebut. Dave sama sekali tak bisa mengenali jalan yang sebelumnya mereka lalui. Kini yang mereka lakukan hanyalah berjalan keluar dari hutan untuk mencari pertolongan. Samar-samar Dave melihat cahaya lampu yang menyorot mereka. Nampaknya itu adalah sebuah mobil. Dave berlari dan menghadang mobil itu agar berhenti. Untungnya mobil itu mau berhenti dan memberikan tumpangan.“Kemana kalian akan pergi?” tanya si pemilik mobil tersebut.“Ke rumah sakit.” Jawab Dave singkat.Dave sibuk melepaskan pakaian Jason yang sudah berlumuran darah. Walaupun Dave tak memiliki pengalaman dalam penangan pertama, tapi Dave tetap melakukan apapun yang muncul di kepalanya. Dave mengambil air mineral yang ada di tasnya dan membasahi baju Jason. Kemudian ia menggunakan baju itu untuk membersihkan da
Jason membuka matanya secara perlahan. Ia mandapati pemandangan ruangan serba putih. Di sisi ranjangnya, Jason melihat Dave dan rekannya yang sedang tertidur. Jason menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 07.00 a.m. Sinar matahari sudah mulai masuk melalui celah tirai di jendela kamarnya. Jason merasakan dada nya yang terasa nyeri, hingga ia tidak dapat memaksa tubuhnya untuk duduk.“Jangan memaksakan diri.”Jason melihat Dave yang sudah membuka matanya. Dave bangun dari kursi nya dan meregangkan otot nya yang terasa kaku. Dave mengambil segelas air yang ada di meja disamping tempat tidur Jason. Lalu ia menyodorkan gelas itu pada Jason yang masih terbaring di ranjangnya. Tak lupa Dave memberikan sedotan agar Jason dapat minum walau dalam posisi tidur.Jason tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, ia tak salah meminta Dave untuk menjadi rekan kerjanya. Nyatanya, Dave adalah sosok yang peduli dengan pemb
Jason masih terus mengamati pergerakan dari Dave dan rekannya tersebut. Jason sedikit memiliki kecurigaan pada kedua orang tersebut karena geral-gerik mereka sendiri. Pada GPS yang tengah Jason amati, nampak mereka sudah sampai di Departemen Kepolisian San Francisco. Jason yakin bahwa mereka akan pergi ke tempat itu. Namun, ternyata titik kedua orang itu kembali berjalan. Mereka pergi ke arah lokasi dimana Jason tertembak.‘Apa ada bukti yang tertinggal?’ batin Jason.Jason mencoba menghubungi tangan kanannya itu untuk kesekian kalinya. Jason sangat penasaran dengan apa yang kedua orang itu lakukan. Tak perlu menunggu lama, si Tangan Kanan itu segera menjawab panggilan tersebut.“Bagaimana keadaan saat ini? Apa mereka terlihat mencurigakan?” tanya Jason.“Sama sekali tak ada yang mencurigakan.” Jawab si Tangan Kanan.Jason terdiam sejenak, hingga ia mengingat sesuatu. “Terus ikuti mereka. Aku akan tiba di kabin dalam waktu sete