Jason membuka matanya secara perlahan. Ia mandapati pemandangan ruangan serba putih. Di sisi ranjangnya, Jason melihat Dave dan rekannya yang sedang tertidur. Jason menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 07.00 a.m. Sinar matahari sudah mulai masuk melalui celah tirai di jendela kamarnya. Jason merasakan dada nya yang terasa nyeri, hingga ia tidak dapat memaksa tubuhnya untuk duduk.
“Jangan memaksakan diri.”
Jason melihat Dave yang sudah membuka matanya. Dave bangun dari kursi nya dan meregangkan otot nya yang terasa kaku. Dave mengambil segelas air yang ada di meja disamping tempat tidur Jason. Lalu ia menyodorkan gelas itu pada Jason yang masih terbaring di ranjangnya. Tak lupa Dave memberikan sedotan agar Jason dapat minum walau dalam posisi tidur.
Jason tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, ia tak salah meminta Dave untuk menjadi rekan kerjanya. Nyatanya, Dave adalah sosok yang peduli dengan pemb
Jason masih terus mengamati pergerakan dari Dave dan rekannya tersebut. Jason sedikit memiliki kecurigaan pada kedua orang tersebut karena geral-gerik mereka sendiri. Pada GPS yang tengah Jason amati, nampak mereka sudah sampai di Departemen Kepolisian San Francisco. Jason yakin bahwa mereka akan pergi ke tempat itu. Namun, ternyata titik kedua orang itu kembali berjalan. Mereka pergi ke arah lokasi dimana Jason tertembak.‘Apa ada bukti yang tertinggal?’ batin Jason.Jason mencoba menghubungi tangan kanannya itu untuk kesekian kalinya. Jason sangat penasaran dengan apa yang kedua orang itu lakukan. Tak perlu menunggu lama, si Tangan Kanan itu segera menjawab panggilan tersebut.“Bagaimana keadaan saat ini? Apa mereka terlihat mencurigakan?” tanya Jason.“Sama sekali tak ada yang mencurigakan.” Jawab si Tangan Kanan.Jason terdiam sejenak, hingga ia mengingat sesuatu. “Terus ikuti mereka. Aku akan tiba di kabin dalam waktu sete
Jason dengan tertatih berjalan menyusuri hutan untuk segera kembali ke rumah sakit. Luka di dada nya kembali mengeluarkan darah, tentu saja sangat menyakitkan. Ia menggunakan sebelah tangannya untuk menahan pendarahan tersebut. Jason meraba sakunya, ia kesulitan menggapai ponsel yang ada di saku nya dengan sebelah tangan. Jason pun memutuskan untuk menepi di sebuah pohon besar. Ia menyapukan pandangannya ke segala arah. Ia tak boleh sampai ketahuan oleh kedua rekannya.Jason menggeser layar ponselnya dan menghubungi seseorang."Jemput aku secepatnya!" Perintah Jason."Lima menit." Jawab seseorang di telepon.Mendengar hal tersebut, Jason segera memutuskan panggilan. Ia kembali berjalan menyusuri hutan yang sudah semakin dekat dengan jalan utama. Dari kejauhan, ia melihat sebuah mobil berwarna hitam. Jason hendak melambaikan tangannya, namun saat melihat ke arah plat mobil tersebut ia pun mengurungkan niatnya. Plat mobi
Jason menekan luka yang ada di dadanya. Berulang kali ia mengerang kesakitan karena lukanya yang semakin banyak mengeluarkan darah. Si Tangan Kanan pun berulang kali menoleh ke arahnya dengan cemas. Ia mempercepat laju mobil itu agar cepat tiba di rumah sakit terdekat."Bertahanlah. Aku melihat sebuah klinik di ujung jalan ini." Ujar si Tangan Kanan.Jason menarik nafasnya dalam-dalam dengan tangan yang masih terus menahan pendarahan di dadanya. Jason yakin bahwa jahitan di lukanya itu robek, maka dari itu darah kembali keluar dari luka tersebut. Tak lama, mobil mereka berhenti tak jauh dari sebuah bangunan yang asing. Tempat itu tak seperti bangunan kesehatan pada umumnya, terlihat sedikit lebih kumuh."Kita tidak perlu kesana. Berikan aku kotak P3K yang ada di bagasi mobil. Aku akan menjahit luka ku sendiri." Ujar Jason.Si Tangan Kanan itu pun menganggukan kepalanya. Ia keluar dari mobil dan mengambil kot
Nancy, Keanna dan asistennya masih berada di dalam kabin. Mereka masih terus berusaha meminta bantuan lewat ponsel yang semakin lama semakin melemah. Ponsel Keanna yang terlebih dahulu mati pun membuat ketiga nya mendengus pelan. Asisten Keanna yang merupakan satu satunya pria disana pun memutuskan untuk membawa kedua wanita itu untuk keluar dari dalam hutan. Asistennya mengumpulkan semua ban yang ada di sekitar kabin. Untungnya Jean dan Watt selalu menyimpan ban bekas yang mereka temukan di jalan. Setelah itu, asisten Keanna pun menjadi montir dadakan di tengah sunyi nya hutan.Namun mereka tak tahu bahwa suara mereka yang memecah keheningan itu mengundang lawan untuk mengetahui posisi mereka saat ini. Dari kejauhan, nampak dua orang pria yang terlihat seperti seorang pemburu tengah memperhatikan mereka. Bermodalkan SCAR, mereka terus memperhatikan gerak gerik dari ketiga orang di sekitar kabin tersebut.Keanna mendorong ban itu dengan sang
Lusiana masih berada di dalam ruangannya hingga matahari sudah mulai berganti tugas dengan bulan. Ia baru saja selesai mengoperasi seorang pria dengan luka tembak di bahu nya. Entah sudah berapa kali ia menemukan korban dengan luka tembak. Sejak kedatangan Jason, banyak hal aneh yanh terjadi. Mulai dari kasus pembunuhan anak, lansia, aparat kepolisian, bahkan anggota pasukan khusus. Lusiana mendengus pelan, memikirkan hal yang sama sekali diluar dari pekerjaannya."Apa benar dia yang sudah membunuh adik ku?" Tanya Lusiana pada dirinya sendiri.Lagi lagi Lusiana mendengus sambil merebahkan kepalanya di atas tumpukan kertas di meja kerja nya. Lusiana kini berada dalam dua sisi yang bersinggungan. Pada satu sisi, ia merindukan sosok Jason yang selalu muncul tanpa sepengetahuannya. Namun sisi lainnya membenci sosok Jason yang ternyata adalah orang yang sudah merenggut nyawa adiknya sendiri. Walaupun sampai saat ini Lusiana masih belum menemukan kebenara
Hari sudah malam, namun Dave dan rekannya masih berada di kawasan hutan. Mereka lupa jalan untuk tiba ke jalan utama yang mengarah keluar dari hutan. Dave merutuki dirinya yang dengan bodoh meninggalkan mobil dalam kondisi menyala. Ia mengira hanya akan memakan waktu yang sebentar, namun ternyata akhirnya mereka melupakan jalan untuk keluar dari hutan ini.Saat tengah lelah berjalan, Dave dan rekannya melihat kilauan cahaya dari sebuah kabin. Tentu saja itu adalah kabin yang pernah ditinggali oleh Jean dan kawan-kawannya. Namun sekarang kabin itu hanya di tinggali oleh Keanna dan Nancy. Sedangkan asisten Keanna saat ini masih belum kembali. Dave dan rekannya itu berjalan mendekati kabin tersebut dengan cara mengendap-endap.Mereka tidak menyadari bahwa sedari tadi, asisten Keanna sudah berada di belakang mereka dengan membawa mayat di kedua tangannya. Langkah Dave terhenti saat terdengar suara seperti sesuatu yang tergesek dengan tanah berasa dari b
Lusiana terbangun saat terdengar suara dering telepon rumah. Ia menyipitkan matanya saat sinar matahari pagi secara langsung menerpa kornea matanya. Ia merasakan tubuhnya sangat sakit karena tidur dalam keadaan terikat di kursi. Punggungnya terasa sebentar lagi akan mati rasa. Lusiana menyapukan pandangannya ke segala arah, namun ia tak menemukan sosok wanita yang menculiknya semalam. Lusiana menggerak-gerakan kedua tangannya yang terikat, berusaha membuat tali itu sedikit longgar. Ternyata ikatan itu sangatlah kencang sampai tak bisa di longgarkan dengan cara seperti itu.Lusiana berusaha mengambil ponselnya yang berada di saku belakangnya. Sangat sulit untuk meraih ponsel itu walau jaraknya yang tak jauh. Akhirnya Lusiana dapat mengambil ponselnya tersebut. Lalu ia yang sudah menghafal fitur di ponselnya pun segera menekan panggilan darurat. Ia dapat merasakan getar dari dering panggilan tersebut. Sampai akhirnya getar itu berhenti, ia yakin bahwa panggilan sudah
Jason tiba di depan sebuah gedung besar yang merupakan titik tempat dimana Lusiana berada. Jason memberikan selembar uang kepada sopir tersebut. Untuk seketika, sopir itu menatap selembar uang tersebut. Lalu sopir itu mengalihkan tatapannya pada Jason yang masih berada di dalam mobil."Tuan sudah jatuh miskin?" tanya sopir tersebut.Jason mengernyit bingung. "Apa kau bilang?"Sopir itu tak mengambil uang yang di berikan oleh Jason. "Maaf tuan, uangnya kurang."Jason mengacak rambut belakangnya, kemudian mengambil ponsel dari saku celana nya."Berikan nomor rekening mu!" ujar Jason dengan ketus.Sopir itu terkekeh pelan, lalu mengetikan nomor rekeningnya di ponsel Jason. Setelah selesai bernegoisasi, Jason segera keluar dari dalam mobil yang sudah menghabiskan uangnya tersebut. Jason berlari masuk ke dalam gedung tersebut. Jason menyapukan pada seisi bangunan tersebut. Terdapat beber