Keesokan harinya, Jason memutuskan untuk mengunjungi ibu nya. Sudah lebih dari sebulan ia tidak pergi bekerja. Ibu nya tidak mungkin marah, namun Jason merasa tidak enak karena bayaran tetap masuk ke rekeningnya. Jason mengendarai BMW kesayangannya yang sudah banyak terluka. Ia membelah jalan dengan perlahan sambil terus memikirkan cara untuk langkah pertama nya. Kini Jason sudah memiliki rekan kerja, jadi ia tidak akan bekerja sendirian lagi. Keuntungan lainnya, Jason tak perlu terlihat di sekitar lingkungan korbannya.
Saat Jason tengah berkutat dengan pikirannya, ponsel yang ada di dashboard mobilnya itu berbunyi. Jason menepikan mobilnya dan menerima panggilan tersebut."Ya... Ada apa Lusiana?" Ujar Jason pada seseorang di seberang yang sudah bisa dipastikan adalah Lusiana.Jason tertawa pelan saat mendengar jawaban dari wanita tersebut."Kau merindukan ku?" Tanya Jason."Aku akan pergi ke San Fransisco dan menetap untuk beberapa321"Nampaknya mereka semua sudah pergi." Ujar salah satu pasukan khusus yang berada di ruang depan.Jean menghentikan aksinya untuk membuka pintu saat mendengar ucapan tersebut. Jean mengisyaratkan agar semua yang ada di ruangan untuk diam agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tak lama, terdengar langkah kaki yang cukup ramai mulai menjauh.'Sepertinya mereka sudah pergi' batin Jean.Jean menundukan kepalanya untuk mengintip lewat celah knop pintu. Tubuh Jean membeku saat melihat sebuah mata yang juga sedang menatapnya."Ketemu." Gumam orang yang kini berada tepat di pintu tersebut.Jean sontak menjauh dari pintu tersebut. Dalam waktu yang singkat, pintu itu sudah berhasil di buka secara paksa. Terdapat lima orang anggota pasukan khusus yang di lengkapi topeng hitam. Mereka semua kini menodongkan senjata api berupa MP5 ke arah Jean dan yang lainnya.Jean dan yang lainnya serempak mengang
Lusiana berdiri di depan cermin besar yang terletak di sudut kamarnya. Sebelah tangannya menggenggam ponsel yang masih terhubung panggilan oleh seseorang. Lusiana dapat mendengar suara orang itu karena panggilan yang di load speaker."Mereka pasti sudah membereskan akar dari permasalahan ini." Ujar seseorang di telepon.Lusiana tersenyum dengan tatapan lurus ke arah cermin. "Aku bahkan belum memberikan instruksi apapun.""Aku sama sekali tak bermaksud membunuhnya." Lanjut Lusiana.Seseorang di telepon itu nampak tertawa mendengar ucapan Lusiana. Namun Lusiana sama sekali tak marah jika orang itu menertawakan kebodohannya."Dia sudah menghancurkan hidupmu, Lusiana. Bagaimana bisa kau tidak ingin membunuh laki-laki itu?"Lusiana memejamkan matanya sejenak. Perlahan ingatan masa lalu mulai menyeruak masuk ke dalam pikiran Lusiana yang masih sadar total.Terlihat seorang anak laki-laki tengah tersenyum ke arahn
Dave dan rekannya tersebut segera membawa tubuh Jason untuk menjauh dari tempat tersebut. Dave sama sekali tak bisa mengenali jalan yang sebelumnya mereka lalui. Kini yang mereka lakukan hanyalah berjalan keluar dari hutan untuk mencari pertolongan. Samar-samar Dave melihat cahaya lampu yang menyorot mereka. Nampaknya itu adalah sebuah mobil. Dave berlari dan menghadang mobil itu agar berhenti. Untungnya mobil itu mau berhenti dan memberikan tumpangan.“Kemana kalian akan pergi?” tanya si pemilik mobil tersebut.“Ke rumah sakit.” Jawab Dave singkat.Dave sibuk melepaskan pakaian Jason yang sudah berlumuran darah. Walaupun Dave tak memiliki pengalaman dalam penangan pertama, tapi Dave tetap melakukan apapun yang muncul di kepalanya. Dave mengambil air mineral yang ada di tasnya dan membasahi baju Jason. Kemudian ia menggunakan baju itu untuk membersihkan da
Jason membuka matanya secara perlahan. Ia mandapati pemandangan ruangan serba putih. Di sisi ranjangnya, Jason melihat Dave dan rekannya yang sedang tertidur. Jason menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 07.00 a.m. Sinar matahari sudah mulai masuk melalui celah tirai di jendela kamarnya. Jason merasakan dada nya yang terasa nyeri, hingga ia tidak dapat memaksa tubuhnya untuk duduk.“Jangan memaksakan diri.”Jason melihat Dave yang sudah membuka matanya. Dave bangun dari kursi nya dan meregangkan otot nya yang terasa kaku. Dave mengambil segelas air yang ada di meja disamping tempat tidur Jason. Lalu ia menyodorkan gelas itu pada Jason yang masih terbaring di ranjangnya. Tak lupa Dave memberikan sedotan agar Jason dapat minum walau dalam posisi tidur.Jason tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, ia tak salah meminta Dave untuk menjadi rekan kerjanya. Nyatanya, Dave adalah sosok yang peduli dengan pemb
Jason masih terus mengamati pergerakan dari Dave dan rekannya tersebut. Jason sedikit memiliki kecurigaan pada kedua orang tersebut karena geral-gerik mereka sendiri. Pada GPS yang tengah Jason amati, nampak mereka sudah sampai di Departemen Kepolisian San Francisco. Jason yakin bahwa mereka akan pergi ke tempat itu. Namun, ternyata titik kedua orang itu kembali berjalan. Mereka pergi ke arah lokasi dimana Jason tertembak.‘Apa ada bukti yang tertinggal?’ batin Jason.Jason mencoba menghubungi tangan kanannya itu untuk kesekian kalinya. Jason sangat penasaran dengan apa yang kedua orang itu lakukan. Tak perlu menunggu lama, si Tangan Kanan itu segera menjawab panggilan tersebut.“Bagaimana keadaan saat ini? Apa mereka terlihat mencurigakan?” tanya Jason.“Sama sekali tak ada yang mencurigakan.” Jawab si Tangan Kanan.Jason terdiam sejenak, hingga ia mengingat sesuatu. “Terus ikuti mereka. Aku akan tiba di kabin dalam waktu sete
Jason dengan tertatih berjalan menyusuri hutan untuk segera kembali ke rumah sakit. Luka di dada nya kembali mengeluarkan darah, tentu saja sangat menyakitkan. Ia menggunakan sebelah tangannya untuk menahan pendarahan tersebut. Jason meraba sakunya, ia kesulitan menggapai ponsel yang ada di saku nya dengan sebelah tangan. Jason pun memutuskan untuk menepi di sebuah pohon besar. Ia menyapukan pandangannya ke segala arah. Ia tak boleh sampai ketahuan oleh kedua rekannya.Jason menggeser layar ponselnya dan menghubungi seseorang."Jemput aku secepatnya!" Perintah Jason."Lima menit." Jawab seseorang di telepon.Mendengar hal tersebut, Jason segera memutuskan panggilan. Ia kembali berjalan menyusuri hutan yang sudah semakin dekat dengan jalan utama. Dari kejauhan, ia melihat sebuah mobil berwarna hitam. Jason hendak melambaikan tangannya, namun saat melihat ke arah plat mobil tersebut ia pun mengurungkan niatnya. Plat mobi
Jason menekan luka yang ada di dadanya. Berulang kali ia mengerang kesakitan karena lukanya yang semakin banyak mengeluarkan darah. Si Tangan Kanan pun berulang kali menoleh ke arahnya dengan cemas. Ia mempercepat laju mobil itu agar cepat tiba di rumah sakit terdekat."Bertahanlah. Aku melihat sebuah klinik di ujung jalan ini." Ujar si Tangan Kanan.Jason menarik nafasnya dalam-dalam dengan tangan yang masih terus menahan pendarahan di dadanya. Jason yakin bahwa jahitan di lukanya itu robek, maka dari itu darah kembali keluar dari luka tersebut. Tak lama, mobil mereka berhenti tak jauh dari sebuah bangunan yang asing. Tempat itu tak seperti bangunan kesehatan pada umumnya, terlihat sedikit lebih kumuh."Kita tidak perlu kesana. Berikan aku kotak P3K yang ada di bagasi mobil. Aku akan menjahit luka ku sendiri." Ujar Jason.Si Tangan Kanan itu pun menganggukan kepalanya. Ia keluar dari mobil dan mengambil kot
Nancy, Keanna dan asistennya masih berada di dalam kabin. Mereka masih terus berusaha meminta bantuan lewat ponsel yang semakin lama semakin melemah. Ponsel Keanna yang terlebih dahulu mati pun membuat ketiga nya mendengus pelan. Asisten Keanna yang merupakan satu satunya pria disana pun memutuskan untuk membawa kedua wanita itu untuk keluar dari dalam hutan. Asistennya mengumpulkan semua ban yang ada di sekitar kabin. Untungnya Jean dan Watt selalu menyimpan ban bekas yang mereka temukan di jalan. Setelah itu, asisten Keanna pun menjadi montir dadakan di tengah sunyi nya hutan.Namun mereka tak tahu bahwa suara mereka yang memecah keheningan itu mengundang lawan untuk mengetahui posisi mereka saat ini. Dari kejauhan, nampak dua orang pria yang terlihat seperti seorang pemburu tengah memperhatikan mereka. Bermodalkan SCAR, mereka terus memperhatikan gerak gerik dari ketiga orang di sekitar kabin tersebut.Keanna mendorong ban itu dengan sang