Kayla
Aku tak bisa berkata-kata saat bertemu dengan keluarganya Mas Akmal. Mereka semua sangat baik. Terlihat sekali jika Mas Akmal begitu disayang oleh seluruh keluarganya. Mereka tampak begitu berbahagia dengan pernikahan kami. Mereka bahkan mendoakan semoga aku segera mempunyai momongan.
Jantungku rasanya sakit sekali mendengar harapan mereka. Segera punya momongan? Tidak mungkin aku bisa punya momongan karena Mas Akmal menikahiku bukan karena cinta. Aku yakin dia tidak akan pernah menyentuhku, wanita yang tidak dia inginkan masuk ke dalam hidupnya.
Sekitar pukul delapan malam, semua keluarga mas Akmal pamit pulang. Mama dan papa yang datang belakangan juga ikut pulang bersama semuanya. Saat kutanya mengapa papa dan mama tidak menginap saja, papa dan mama hanya tersenyum. Papa sambil tersenyum kikuk mengatakan bahwa mereka tidak ingin mengganggu malamku bersama Mas Akmal. Karena itulah mereka memilih untuk pulang. Aku hanya bisa tersenyum tipis saat mendengarnya. Sementara Mas Akmal diam tak menjawab gurauan Papa dan Mama.
Saat aku hampir selesai membersihkan rumah, tiba-tiba ku lihat Mas Akmal sudah berganti pakaian. Ia tampak begitu rapi dengan kaos warna hitamnya. Di lengannya terlampir sebuah jaket.
"Mas Akmal mau ke mana?" tanyaku penasaran.
Mas Akmal menatapku namun tak menjawab pertanyaan ku. Ia hanya melangkah mendekati bufet dan mengambil kunci mobilnya. Tanpa mengatakan apa-apa, Mas Akmal menuju pintu depan. Cepat-cepat aku menyusulnya. Ku pegang lengan kirinya hingga ia berhenti dan menatapku.
"Apa?" tanyanya dengan dingin.
"Mas mau ke mana? Mas ingin meninggalkan aku di rumah sendirian?" tanyaku tanpa melepaskan pegangan ku di lengannya.
"Bukan urusanmu!" jawab Mas Akmal sambil berusaha menepis kedua tanganku yang memeganginya.
"Mas! Aku masih baru di rumah ini. Aku takut sendirian di rumah sebesar ini!" ucapku meminta sedikit pengertian darinya.
"Itu bukan urusanku. Kamu mau takut atau tidak, aku tidak peduli." jawabnya dengan nada mengejek.
"Aku mohon, Mas! Lagi pula ini sudah malam. Mas Akmal mau ke mana malam-malam begini?"
Aku mencoba membujuk Mas Akmal supaya tidak pergi. Dengan sekuat tenaga aku memegangi tangannya. Aku tak peduli meskipun Mas Akmal terlihat kesal karena aku memeganginya. Aku tidak ingin dia meninggalkan ku sendirian di rumah besarnya ini.
"Lepas, Kayla!" ucapnya dengan suara yang menahan geram. Aku menggeleng.
"Kayla!!" panggilnya dengan suara keras. Tapi aku bergeming, mengabaikan seruannya sambil menunduk. Aku tidak berani menatapnya.
"Ck..!!" aku mendengar mas Akmal berdecak. Lalu ku rasakan tangan kanannya menyentuh belakang kepalaku hingga membuatku tertarik ke arahnya. Saat ku sadari, Mas Akmal sudah mencium bibirku. Membuatku secara tak sadar melepaskan pegangan tanganku dari lengan kirinya.
Kesempatan itu dimanfaatkan Mas Akmal untuk menghindari ku. Setelah ciumannya terlepas, ia membuka pintu depan dan melenggang meninggalkanku yang masih tak bergerak di tempatku. Saat kesadaranku pulih, Mas Akmal sudah menyalakan mobilnya. Aku mencoba mengejar, tapi mobil yang dikendarai Mas Akmal sudah melaju meninggalkan halaman rumah.
Aku hanya menghela napas menatap petugas satpam yang menutup pintu gerbang. Aku kembali masuk ke dalam rumah. Sambil terus menghela napas, aku menatap sekeliling. Rumah ini sangat mewah dan besar, tapi sangat sepi. Aku tidak akan bisa tidur di rumah sebesar ini. Tempat ini benar-benar asing bagiku. Saat memikirkan hal itu, tiba-tiba tubuhku terasa berat saat aku meneruskan pekerjaanku yang tertunda. Aku membereskan perkakas yang tadi sudah selesai aku cuci ke dalam rak piring.
Setelah selesai, aku hanya duduk di meja pantry. Menghela napas lagi. Jika ibu ada, ibu pasti akan mengusap punggungku saat melihatku lesu seperti ini. Jantungku berdebar saat mengingat sosok ibuku. Tiba-tiba aku rindu pada beliau.
Ku perhatikan jam dinding. Pukul sepuluh malam. Masih ada waktu. Ibuku biasanya sudah tidur, tapi aku sangat ingin meneleponnya. Ku harap ibu belum tidur.
Aku meraih ponselku yang tadi ku letakkan di samping rak makan. Ku cari nomor telepon ibu di daftar panggilan terakhir dan memencet tombol dial. Hubungan tersambung. Tak lama aku bisa mendengar suara ibu di telepon.
"Assalamu'alaikum, Kayla!" terdengar suara ibu mengucapkan salam. Aku tersenyum lega mendengarnya.
"Wa'alaikumussalam... Ibu belum tidur?" Tanyaku lembut.
"Belum, Kayla. Ibu tidak bisa tidur."
"Ibu kenapa? Kok tumben ibu susah tidur begitu?" tanyaku penasaran.
"Hari ini ibu bahagia sekali, Kayla. Suamimu benar-benar sangat baik kepada keluarga kita."
Ucapan ibu sangat mengagetkan aku. Mas Akmal baik? Apa yang sudah dilakukan suamiku kepada ibu sampai beliau begitu bersyukur?
"Me-memangnya Mas Akmal melakukan apa, bu?" tanyaku penasaran.
"Tadi siang, pihak sekolahnya Kamal dan Kemal menghubungi ibu. Katanya, semua biaya sekolah kedua adikmu sudah di bayar lunas oleh nak Akmal."
"Huh? Mas Akmal melakukan itu?" tanyaku tak percaya.
"Bukan hanya itu, Kayla. Tadi siang juga ada tukang bangunan datang menemui ayah. Mulai besok rumah kita kan direnovasi. Semua bahan bangunan yang dibutuhkan untuk keperluan renovasi sudah dibelikan oleh suamimu. Ya Allah, Kayla. Ayah dan ibu tidak pernah menyangka suamimu akan melakukan hal seperti ini kepada kami."
Mendengar ucapan ibu, dadaku rasanya sesak. Aku ingin sekali menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada pernikahanku. Tapi mendengarkan pujian ibu kepada suamiku membuat lidahku kelu. Aku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaan ayah dan ibu.
"Mbak Kayla!!" terdengar dua suara di balik telepon mengagetkanku. Aku tersenyum mendengar suara kedua adik laki-laki ku.
"Kamal! Kemal! Kok belum tidur? Ini sudah larut. Besok sekolah kan?" tanyaku lembut menegur adik kembar ku.
"Mbak Kayla! Mbak Kayla! Aku dan Kemal tadi pulang sekolah di jemput pakai mobil!" seru Kamal dengan semangat mulai bercerita.
"Di jemput mobil?"
"Iya, mbak. Katanya suruhannya mas Akmal. Habis itu aku sama Kamal di ajak ke toko sepatu. Aku dan Kamal dibelikan sepatu sama tas." kali ini Kemal yang bercerita.
"Kalian berdua?"
"Iya, mbak. Bukan itu saja. Mas Akmal juga membelikan kami sepeda. Satu buat aku dan satu lagi buat Kemal. Mulai sekarang aku sama Kamal bisa ke sekolah naik sepeda."
Mendengar penuturan kedua adikku, aku tidak bisa berkata-kata. Mas Akmal melakukan semua itu untuk keluargaku. Memberi kebahagiaan yang belum bisa ku berikan kepada kedua adikku. Tapi mengapa? Untuk apa Mas Akmal melakukan semua itu?
"Kamal dan Kemal sudah bilang terimakasih belum?" tanyaku lirih. Rasanya ingin sekali menangis.
"Sudah dong, mbak. Aku sama Kamal tadi titip surat ucapan terima kasih kami untuk Mas Akmal kepada suruhannya."
"Bagus! Kalian harus merawat sepedanya dengan baik, ya. Maaf, seharusnya mbak yang membelikan kalian sepeda. Tapi mbak belum bisa menepati janji." ucapku dengan air mata menetes.
"Enggak apa-apa, mbak. Kan sekarang kami sudah punya. Semua berkat mas Akmal. Terimakasih ya, mbak."
Air mataku menetes semakin deras mendengar ucapan terimakasih dari kedua adikku. Mereka terdengar begitu bahagia. Kenapa kamu melakukan ini, mas? Kenapa kamu harus membantu keluargaku?
"Kayla?"
"I-iya, bu." jawabku sambil menghapus air mataku.
"Kenapa kamu menangis, sayang?"
Pertanyaan ibu membuat air mataku semakin banyak yang keluar. Bagaimana ibu bisa tahu padahal aku sudah berusaha meredam suaraku.
"Tidak, bu. Aku tidak menangis. Aku hanya terharu merasakan kebahagiaan ibu dan adik-adik. Aku ikut bahagia." jawabku sambil tersenyum seolah-olah ibu sedang ada di hadapanku.
"Semua berkat suamimu, Kayla. Ibu bersyukur kamu menikah dengan laki-laki sebaik Akmal. Dia begitu peduli pada keluargamu. Bahkan rela menghabiskan banyak uang demi kebutuhan kami."
"Ibu..."
"Ibu tidak bisa membalas apa-apa, Kayla. Ibu hanya bisa mendoakan kebahagiaanmu bersama suamimu. Semoga kalian selalu bahagia, dan semoga kamu segera punya anak. Ibu sungguh sangat ingin menimang cucu darimu."
"Insyaallah, bu. Mohon doanya. Ya sudah, kalau begitu ibu segera istirahat. Maaf karena aku mengganggu ibu malam-malam."
"Bicara apa kamu ini? Kamu bisa menghubungi ibu kapan saja kamu mau. Jangan merasa sungkan begitu!"
"Terimakasih ya, bu. Aku tutup teleponnya. Salam buat ayah dan adik-adik."
"Insyaallah. Besok ibu sampaikan. Adik-adikmu juga langsung bisa tidur setelah berbicara denganmu. Kamu juga beristirahatlah. Besok bangun pagi dan siapkan sarapan untuk suamimu."
"Iya, bu. Assalamu'alaikum...!" ucapku mengakhiri hubungan telepon.
Aku menghela napas dan ku hapus sisa air mataku. Ku letakkan ponselku di atas meja pantry. Aku melihat sekeliling. Mataku berhenti pada sebuah foto lumayan besar yang ada di dekat ruang tamu. Foto suamiku saat sedang tertawa yang di foto dari samping. Tawanya begitu Indah dan membuat wajahnya terlihat sangat cantik. Aku mendekat dan menatap foto itu dengan alis yang nyaris bertaut.
"Kenapa kamu harus peduli pada keluargaku jika kamu tidak menyukaiku, mas? Kenapa kamu harus bersikap baik pada keluargaku jika kamu justru mengabaikan aku seperti ini?" tanya ku lirih dengan mata berkaca-kaca. Tatapanku tak beralih pada foto mas Akmal. Dadaku sakit sekali rasanya.
Ku hapus air mata yang jatuh di wajahku. Menatap foto mas Akmal tidak akan mengubah keadaanku. Aku hanya bisa menjalaninya. Bersabar dan bertahan semampuku.
Aku menuju ke kamar mas Akmal, membersihkan diriku dan berganti pakaian. Aku ingin segera tidur. Tapi... Mengingat ini bukan kamarku membuatku tak berani naik ke atas ranjang. Akhirnya ku urungkan niatku untuk tidur. Aku kembali keluar dari kamar dan menuju ruang tamu. Mencari majalah yang mungkin bisa ku baca. Aku ingin menunggu mas Akmal pulang dulu.
BRUKK!!
Aku terkejut mendengar suara itu. Aku memperhatikan jam dinding. Sudah pukul dua dini hari. Sepertinya aku ketiduran saat membaca majalah. Aku meletakkan majalah yang ada di pangkuanku di atas meja. Lalu menuju pintu depan dan membuka pintu. Saat pintu terbuka, tiba-tiba tubuh mas Akmal ambruk menimpaku. Aku nyaris terjatuh jika saja tak berpegangan pada daun pintu yang terbuka. Dari tubuhnya tercium aroma menyengat alkohol yang begitu kuat.
"Mas Akmal mabuk??" tanyaku sambil membantu suamiku masuk ke dalam rumah. Tubuhku yang kecil cukup kewalahan menopang tubuh mas Akmal yang tinggi. Butuh perjuangan untuk membawa tubuhnya ke ruang santai.
"Duduk dulu, mas!" ucapku sambil menyandarkan tubuh mas Akmal di atas sofa. Aku bergegas berlari ke dapur untuk mengambilkan air minum.
"Minum dulu." ucapku sambil menyodorkan segelas air putih. Tapi karena terlalu mabuk, mas Akmal terlihat begitu tak bertenaga.
Aku membantu mas Akmal minum. Tangan kiriku menopang kepalanya dan ku biarkan air putih itu masuk sedikit melalui bibirnya.
"Mas Akmal tidak apa-apa?" tanya ku cemas saat kedua matanya menatapku. Aku mencoba membuka jaket yang dipakai Mas Akmal, tapi tidak mudah melepasnya karena tubuh Mas Akmal terasa berat. Ku beranikan diriku untuk lebih mendekat ke tubuh mas Akmal dan sekali lagi mencoba melepaskan jaketnya.
Saat tangan kirinya sudah terlepas dari jaket, kurasakan tangan kanannya menyentuh punggungku.
"Tinggal sedikit lagi, mas." ucapku sambil menatap mas Akmal yang ternyata juga sedang menatapku. Ku rasakan tangan kirinya kini ikut menyentuh bagian belakang kepalaku.
"Ja-jangan, mas!" ucapku sambil berusaha mendorong tubuh suamiku. Padahal sebelumnya Mas Akmal terlihat begitu lemas dan tak bertenaga, tapi sekarang ... tiba-tiba tenaga suamiku menjadi begitu kuat. Aku bahkan tidak bisa melepaskan diri darinya. Tangan kanan Mas Akmal yang kurasakan ada di punggungku tiba-tiba sudah menyelinap masuk ke dalam bajuku. Sedang tangan kirinya memegangi belakang kepalaku dengan kuat. Aku berusaha menahan tangan kirinya yang ingin mendekatkan kepalaku padanya. Aku tahu, dia ingin menciumku. Aku tidak mau. Dia sedang mabuk.
"Tidak, mas! Aku tidak mau!!" ucapku menolak sambil berusaha melepaskan diri. Tapi yang terjadi selanjutnya sungguh diluar dugaanku. Mas Akmal menjatuhkan aku di atas sofa. Posisi mas Akmal sudah berada di atas ku dengan bibirnya mencium bibirku dengan kasar.
Aku mencoba untuk berontak. Aku tidak mau seperti ini. Aku tidak mau diperlakukan seperti ini!
"Ja-jangan!!" pintaku dengan mata berkaca-kaca saat bibir mas Akmal terlepas dari bibirku.
"Jangan menolak ku, Kayla!" ucapnya lalu kembali menciumi bibirku dengan tangan kanannya memegangi daguku. Sementara tangan kirinya mulai meremasi dadaku.
Kedua tanganku berusaha mendorong tubuh mas Akmal yang begitu kuat. Ya Allah...! Aku tidak mau seperti ini. Dengan sekuat tenaga aku mendorong lagi dan berhasil membuatku bisa bergerak. Kesempatan itu aku gunakan untuk meninggalkan suamiku. Tapi karena terhalang meja tamu, aku jadi sulit bergerak. Mas Akmal dengan mudah menarik tubuhku lagi.
Saat aku memberontak, mas Akmal justru menamparku dengan kekuatan yang tidak main-main. Kepalaku bahkan langsung pusing karena tamparan di pipi kiri ku ini sampai-sampai aku lupa untuk mempertahankan diri. Aku hanya bisa menangis saat mas Akmal merobek bajuku. Membuat tubuhku benar-benar terbuka di hadapannya.
Aku mencoba menutupi tubuhku dengan kedua tanganku, tapi Mas Akmal mengunci kedua tanganku di atas kepalaku.
"Aku mohon, Mas Akmal! Jangan perlakukan aku begini!" pintaku sambil menangis.
"Berisik!!" umpatnya kasar sambil terus mencumbu tubuhku. Aku bahkan tidak bisa menikmati apa yang dilakukan suamiku padaku. Yang ku rasakan hanya rasa sakit karena dia memperlakukan aku dengan sangat kasar.
Aku menjerit saat suamiku memaksa untuk melepaskan celanaku. Aku tidak mau melayaninya yang seperti ini. Ini pengalaman pertamaku, dan mas Akmal sedang mabuk.
"Jangan!!" jeritku tertahan karena mas Akmal langsung mencium bibirku. Dia menghimpit tubuhku dengan tubuhnya hingga aku tak bisa bergerak. Ia terus mencium bibirku sementara tangannya berusaha melepaskan celanaku. Aku terus memberontak. Aku tidak ingin di perlakukan begini oleh suamiku sendiri.
Tiba-tiba, mas Akmal merobek celanaku demi mendapatkan apa yang dia mau. Dia tertawa setelah akhirnya tubuhku sepenuhnya terbuka di hadapannya. Aku menggeleng ketakutan sambil menangis, tapi suamiku sama sekali tidak peduli. Tangan besarnya seketika menyentuh area sensitif ku dengan kasar. Aku menjerit kesakitan saat jarinya yang panjang memasuki ku.
"Sakit, mas!!" ucapku tertahan karena tangan mas Akmal terus menyentuhku. Suamiku terlihat sangat berbeda. Dia begitu menakutkan di mataku.
Napas ku terengah-engah saat tangannya akhirnya melepaskan ku. Saat kulihat dia sedang melepaskan bajunya, aku berusaha bangkit untuk menjauh darinya. Tapi yang ku dapatkan adalah sebuah tamparan keras sekali lagi di wajahku. Aku bahkan sampai terjatuh dengan dahi ku membentur tembok. Tanpa ada rasa iba, mas Akmal yang masih mabuk itu menarik tubuhku dengan kasar. Dia mengangkat tubuhku layaknya mengangkat karung beras. Ia membawaku menuju ke kamar.
Mas Akmal menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku yang sudah sangat pusing tidak bisa bergerak leluasa. Tubuhku rasanya sangat sakit.
Saat aku menyadari, mas Akmal sudah memposisikan dirinya di antara kedua kakiku. Seketika aku menggeleng dan memohon pada suamiku untuk tidak melakukannya. Berharap ia mau menghentikan aksinya.
"Jangan, mas! Aku mohon, jangan!!" pintaku sambil menangis.
Aku merasakan ada yang mendesak ke dalam tubuhku bersamaan dengan tubuh mas Akmal yang mendekat padaku.
"Kamu adalah milikku, Kayla! Tidak ada satu pun laki-laki yang boleh menyentuhmu selain aku." ucapnya sambil menghentakkan tubuhnya dengan kencang yang membuatku menjerit kesakitan.
"Sakit!!!" jeritku sambil menangis. Bagian bawahku rasanya seperti dicabik-cabik saat mas Akmal berhasil memasuki ku. Dan tanpa membiarkanku untuk bernapas, mas Akmal bergerak memuaskan dirinya.
"Jangan! Lepas, mas! Sa-sakit!!" aku memohon sambil menangis.
"Kayla!" panggil Mas Akmal lalu menciumi bibirku. Ia terus bergerak memuaskan nafsunya padaku. Sementara aku hanya bisa menangis, pasrah diperkosa oleh suamiku sendiri.
@@@
Duh... Kasihan banget Kayla. Nggak menyangka Akmal bisa begitu kasar dan memperlakukan Kayla seperti itu (╥_╥)(╥_╥)
Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya ya? Bagaimana nasib Kayla setelah mengetahui suaminya seperti itu? Ditunggu kelanjutannya di bab selanjutnya....: 10 Juni 2021 :.
Kayla terbangun saat suara adzan terdengar berkumandang. Ia bergegas untuk bangun. Tapi gerakannya terhenti saat menyadari sebuah tangan kokoh sedang memeluknya. Kayla menoleh. Terlihat suaminya tidur begitu pulas.Melihat wajah sang suami, bayangan apa yang telah dialaminya semalam terulang dengan jelas di pikirannya. Kayla memperhatikan tangannya, ada lebam biru tipis di pergelangan tangan kirinya. Ia perhatikan tubuhnya yang hanya ditutupi selimut, begitu banyak bekas ciuman. Kini dia ingat, semalam suaminya mencumbunya tanpa izin darinya. Suaminya juga tega menyakitinya karena dia berusaha menolak.Air mata Kayla seketika jatuh di pipinya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa suaminya sendiri telah memperkosanya karena pengaruh alkohol. Harga dirinya kini hancur berkeping-keping.Kayla bergegas turun dari tempat tidur dengan berbalut selimut demi menutupi tubuhnya. Tapi
Kayla hanya bisa bersandar di pintu saat mendengar mobil yang dikendarai oleh suaminya telah meninggalkan rumah. Percuma saja. Meskipun ia terus berteriak meminta dibukakan pintu oleh laki-laki itu, dia sudah tidak bisa mendengar teriakannya.Sambil menghapus air matanya, Kayla segera menuju dapur. Ia membereskan peralatan makan yang tadi dipakai oleh suaminya dan meletakkannya di atas wastafel. Ia segera mencuci peralatan makan kotor tersebut lalu menuju ke kamarnya.Saat berada di kamar, bayangan saat Akmal menyetubuhinya kembali terbayang. Hal itu membuat Kayla merinding. Perasaannya terasa begitu sakit saat mengingatnya."Tenang, Kayla. Jangan kamu ingat-ingat lagi apa yang sudah kamu alami semalam. Kamu harus kuat." Kata Kayla pada dirinya sendiri. Ia mencoba menghela napas panjang beberapa kali demi menenangkan perasaannya.Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di ponselnya. Kayla segera membuka notifik
Kayla sedang mencuci perkakas kotor yang baru saja dipakainya untuk memasak sarapan saat mendengar namanya dipanggil. Awalnya Kayla merasa salah dengar, tapi begitu ia mendengar namanya dipanggil lagi, akhirnya ia menghentikan pekerjaannya. Ia segera menuju ke ruang tamu dan melihat siapa yang memanggil namanya melalui kaca jendela. Gadis itu terkejut. Ia melihat sosok adik iparnya sedang memanggil-manggil namanya dari balik gerbang rumahnya. Kayla terburu-buru membuka pintu depan dan keluar rumah. Ia mendekati Dara yang ada di sana. "Dara?" Desis gadis itu lirih. Ia segera membuka pintu rumahnya dan berjalan menuju ke arah gerbang. Kayla memandang sekeliling. Petugas satpam yang biasanya selalu berjaga di rumah kini tidak ada. "Dara!" Panggil Kayla sambil membuka kunci gerbang. Ia membuka gerbang dan membiarkan Dara masuk. "Mbak Kayla!" Desis gadis belia itu sambil memeluk tubuh sang
Akmal menghela napas begitu ia memasuki kamar. Ia melihat adiknya sedang tertidur lelap di atas ranjang. Ia hendak membangunkan Dara, namun ia segera mengurungkan niatnya. Ia tidak tega jika harus membangunkan sang adik. Akhirnya ia segera menuju walk in closet dan berganti pakaian di sana. Setelah itu ia kembali menuju ke arah dapur.Begitu tiba di dapur, laki-laki itu mendapati sang istri sedang membersihkan cumi-cumi di atas wastafel. Ia segera mendekat dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan mendengar suara istrinya yang terkejut."A-apa yang kamu lakukan, mas?" Tanya Kayla degan gugup."Aku sedang memelukmu." Jawab Akmal sambil mempererat pelukannya di pinggang sang istri. Ia meletakkan dagunya di bahu kiri Kayla."T-tolong hentikan!" Pinta perempuan itu sambil menolehkan kepalanya ke arah kiri demi menatap wajah sang suami. Tapi karena wajah suaminya begitu dekat dengan wajahnya, Kayla segera berpali
Kayla mendengar bel rumahnya berbunyi. Setelah membantu Dara memakai pakaian muslimnya yang paling kecil, ia segera menuju ke ruang tamu demi membuka pintu. Tapi ternyata suaminya telah membukanya terlebih dahulu.Perempuan itu hendak kembali ke kamarnya saat ia melihat Mia memegangi tangan Akmal. Matanya seketika membulat saat melihat gadis itu mencium suaminya. Ia sangat kaget, tak menyangka akan melihat adegan itu sekali lagi. Tanpa sadar kakinya menyentuh kaki kursi yang ada di hadapannya hingga menimbulkan suara berderit. Membuat sang suami dan juga Mia segera menoleh ke arahnya.Saat Akmal hendak memanggilnya, Kayla segera menyingkir dari tempat itu. Ia tidak ingin melihat suaminya berdekatan dengan perempuan lain karena itu ia bergegas menuju ke kamarnya.Laki-laki berusia 27 tahun itu menatap Mia dengan marah. Ia benar-benar tidak suka pada kelakuan sekertarisnya itu."Apa sebenarnya tujuanmu datan
Akmal baru saja selesai mengerjakan salah satu pekerjaan kantornya saat pintu ruangannya diketuk beberapa kali. Tanpa menoleh, ia menjawab ketukan itu sambil mulai mengetik lagi di laptopnya."Masuk!"Pintu ruangan laki-laki itu terbuka. Terlihat sosok Mia dan seorang laki-laki paruh baya memasuki kantornya."Pak Akmal!" panggil laki-laki paruh baya. Akmal segera mengalihkan pandangannya dari laptop yang ada di hadapannya dan menatap laki-laki itu."Ya, Pak Dani?" tanya Akmal sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya."Maaf, Pak. Saya ingin membahas tentang meeting hari ini. Ada beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani sebelum meeting dimulai." kata laki-laki yang dipanggil Pak Dani oleh Akmal.Laki-laki itu segera berdiri dan melangkah menuju ke sofa yang ada di ruangannya. Ia duduk di salah satu sofa. Pak Dani segera mengikutinya dan meletakkan dokumen yang di
Perempuan itu tak bisa berkata-kata saat sang ibu memperkenalkan siapa sesungguhnya laki-laki yang kini sedang berdiri di hadapannya itu. Lidahnya kelu, tubuhnya mendadak kaku. Sementara jantungnya berdebar sangat kencang mengetahui kenyataan yang baru saja diketahuinya. Laki-laki yang sedang tersenyum lembut menatapnya ini... Laki-laki tampan bertumbuh tinggi ini.... Dia... Dia...•••Kayla akhirnya bisa bernapas lega setelah akhirnya ia bisa pulang ke Jakarta. Tiga tahun ia jauh dari rumah untuk menempuh pendidikan S1 jurusan Manejemen di Yogyakarta. Alhamdulillah, kini dia sudah lulus dengan predikat summa cumlaude dengan IPK 3,80.Kayla Rahma, 23 tahun. Anak pertama dari pasangan Agus Wijayanto dan Tutik Wahyuni. Ia memiliki dua orang adik laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Namanya Kamal dan Kemal. Kayla tumbuh dalam keluarga dengan penghasilan yang terbil
Kayla menatap rumah besar di hadapannya dengan perasaan gamang. Seumur hidupnya dia belum pernah sekalipun bermimpi untuk tinggal di rumah sebesar ini. Tapi mulai sekarang, ia akan tinggal di rumah mewah ini bersama suaminya.Akmal Ghaisan. Itu nama dari laki-laki yang sudah menikahinya. Laki-laki pilihan orang tuanya, anak dari sahabat ayahnya. Akmal usianya 5 tahun di atas Kayla. Dia laki-laki yang tampan dengan tubuh tinggi semampai. Jika orang tidak tahu dia, pasti akan mengira bahwa Akmal adalah seorang model karena gayanya yang sangat modis."Kayla!" sebuah panggilan membuyarkan lamunan perempuan berusia 23 tahun ini. Sentuhan di punggungnya membuat Kayla segera menoleh ke arah belakang. Mertuanya, bu Fatma, sedang tersenyum lembut menatapnya."Kenapa tidak masuk?" tanya bu Fatma pada Kayla yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri."I-iya, tante." jawab Kayla gugup."Kok, tante? Mu
Akmal baru saja selesai mengerjakan salah satu pekerjaan kantornya saat pintu ruangannya diketuk beberapa kali. Tanpa menoleh, ia menjawab ketukan itu sambil mulai mengetik lagi di laptopnya."Masuk!"Pintu ruangan laki-laki itu terbuka. Terlihat sosok Mia dan seorang laki-laki paruh baya memasuki kantornya."Pak Akmal!" panggil laki-laki paruh baya. Akmal segera mengalihkan pandangannya dari laptop yang ada di hadapannya dan menatap laki-laki itu."Ya, Pak Dani?" tanya Akmal sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya."Maaf, Pak. Saya ingin membahas tentang meeting hari ini. Ada beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani sebelum meeting dimulai." kata laki-laki yang dipanggil Pak Dani oleh Akmal.Laki-laki itu segera berdiri dan melangkah menuju ke sofa yang ada di ruangannya. Ia duduk di salah satu sofa. Pak Dani segera mengikutinya dan meletakkan dokumen yang di
Kayla mendengar bel rumahnya berbunyi. Setelah membantu Dara memakai pakaian muslimnya yang paling kecil, ia segera menuju ke ruang tamu demi membuka pintu. Tapi ternyata suaminya telah membukanya terlebih dahulu.Perempuan itu hendak kembali ke kamarnya saat ia melihat Mia memegangi tangan Akmal. Matanya seketika membulat saat melihat gadis itu mencium suaminya. Ia sangat kaget, tak menyangka akan melihat adegan itu sekali lagi. Tanpa sadar kakinya menyentuh kaki kursi yang ada di hadapannya hingga menimbulkan suara berderit. Membuat sang suami dan juga Mia segera menoleh ke arahnya.Saat Akmal hendak memanggilnya, Kayla segera menyingkir dari tempat itu. Ia tidak ingin melihat suaminya berdekatan dengan perempuan lain karena itu ia bergegas menuju ke kamarnya.Laki-laki berusia 27 tahun itu menatap Mia dengan marah. Ia benar-benar tidak suka pada kelakuan sekertarisnya itu."Apa sebenarnya tujuanmu datan
Akmal menghela napas begitu ia memasuki kamar. Ia melihat adiknya sedang tertidur lelap di atas ranjang. Ia hendak membangunkan Dara, namun ia segera mengurungkan niatnya. Ia tidak tega jika harus membangunkan sang adik. Akhirnya ia segera menuju walk in closet dan berganti pakaian di sana. Setelah itu ia kembali menuju ke arah dapur.Begitu tiba di dapur, laki-laki itu mendapati sang istri sedang membersihkan cumi-cumi di atas wastafel. Ia segera mendekat dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan mendengar suara istrinya yang terkejut."A-apa yang kamu lakukan, mas?" Tanya Kayla degan gugup."Aku sedang memelukmu." Jawab Akmal sambil mempererat pelukannya di pinggang sang istri. Ia meletakkan dagunya di bahu kiri Kayla."T-tolong hentikan!" Pinta perempuan itu sambil menolehkan kepalanya ke arah kiri demi menatap wajah sang suami. Tapi karena wajah suaminya begitu dekat dengan wajahnya, Kayla segera berpali
Kayla sedang mencuci perkakas kotor yang baru saja dipakainya untuk memasak sarapan saat mendengar namanya dipanggil. Awalnya Kayla merasa salah dengar, tapi begitu ia mendengar namanya dipanggil lagi, akhirnya ia menghentikan pekerjaannya. Ia segera menuju ke ruang tamu dan melihat siapa yang memanggil namanya melalui kaca jendela. Gadis itu terkejut. Ia melihat sosok adik iparnya sedang memanggil-manggil namanya dari balik gerbang rumahnya. Kayla terburu-buru membuka pintu depan dan keluar rumah. Ia mendekati Dara yang ada di sana. "Dara?" Desis gadis itu lirih. Ia segera membuka pintu rumahnya dan berjalan menuju ke arah gerbang. Kayla memandang sekeliling. Petugas satpam yang biasanya selalu berjaga di rumah kini tidak ada. "Dara!" Panggil Kayla sambil membuka kunci gerbang. Ia membuka gerbang dan membiarkan Dara masuk. "Mbak Kayla!" Desis gadis belia itu sambil memeluk tubuh sang
Kayla hanya bisa bersandar di pintu saat mendengar mobil yang dikendarai oleh suaminya telah meninggalkan rumah. Percuma saja. Meskipun ia terus berteriak meminta dibukakan pintu oleh laki-laki itu, dia sudah tidak bisa mendengar teriakannya.Sambil menghapus air matanya, Kayla segera menuju dapur. Ia membereskan peralatan makan yang tadi dipakai oleh suaminya dan meletakkannya di atas wastafel. Ia segera mencuci peralatan makan kotor tersebut lalu menuju ke kamarnya.Saat berada di kamar, bayangan saat Akmal menyetubuhinya kembali terbayang. Hal itu membuat Kayla merinding. Perasaannya terasa begitu sakit saat mengingatnya."Tenang, Kayla. Jangan kamu ingat-ingat lagi apa yang sudah kamu alami semalam. Kamu harus kuat." Kata Kayla pada dirinya sendiri. Ia mencoba menghela napas panjang beberapa kali demi menenangkan perasaannya.Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di ponselnya. Kayla segera membuka notifik
Kayla terbangun saat suara adzan terdengar berkumandang. Ia bergegas untuk bangun. Tapi gerakannya terhenti saat menyadari sebuah tangan kokoh sedang memeluknya. Kayla menoleh. Terlihat suaminya tidur begitu pulas.Melihat wajah sang suami, bayangan apa yang telah dialaminya semalam terulang dengan jelas di pikirannya. Kayla memperhatikan tangannya, ada lebam biru tipis di pergelangan tangan kirinya. Ia perhatikan tubuhnya yang hanya ditutupi selimut, begitu banyak bekas ciuman. Kini dia ingat, semalam suaminya mencumbunya tanpa izin darinya. Suaminya juga tega menyakitinya karena dia berusaha menolak.Air mata Kayla seketika jatuh di pipinya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa suaminya sendiri telah memperkosanya karena pengaruh alkohol. Harga dirinya kini hancur berkeping-keping.Kayla bergegas turun dari tempat tidur dengan berbalut selimut demi menutupi tubuhnya. Tapi
KaylaAku tak bisa berkata-kata saat bertemu dengan keluarganya Mas Akmal. Mereka semua sangat baik. Terlihat sekali jika Mas Akmal begitu disayang oleh seluruh keluarganya. Mereka tampak begitu berbahagia dengan pernikahan kami. Mereka bahkan mendoakan semoga aku segera mempunyai momongan.Jantungku rasanya sakit sekali mendengar harapan mereka. Segera punya momongan? Tidak mungkin aku bisa punya momongan karena Mas Akmal menikahiku bukan karena cinta. Aku yakin dia tidak akan pernah menyentuhku, wanita yang tidak dia inginkan masuk ke dalam hidupnya.Sekitar pukul delapan malam, semua keluarga mas Akmal pamit pulang. Mama dan papa yang datang belakangan juga ikut pulang bersama semuanya. Saat kutanya mengapa papa dan mama tidak menginap saja, papa dan mama hanya tersenyum. Papa sambil tersenyum kikuk mengatakan bahwa mereka tidak ingin mengganggu malamku bersama Mas Akmal. Karena itulah mereka m
Kayla menatap rumah besar di hadapannya dengan perasaan gamang. Seumur hidupnya dia belum pernah sekalipun bermimpi untuk tinggal di rumah sebesar ini. Tapi mulai sekarang, ia akan tinggal di rumah mewah ini bersama suaminya.Akmal Ghaisan. Itu nama dari laki-laki yang sudah menikahinya. Laki-laki pilihan orang tuanya, anak dari sahabat ayahnya. Akmal usianya 5 tahun di atas Kayla. Dia laki-laki yang tampan dengan tubuh tinggi semampai. Jika orang tidak tahu dia, pasti akan mengira bahwa Akmal adalah seorang model karena gayanya yang sangat modis."Kayla!" sebuah panggilan membuyarkan lamunan perempuan berusia 23 tahun ini. Sentuhan di punggungnya membuat Kayla segera menoleh ke arah belakang. Mertuanya, bu Fatma, sedang tersenyum lembut menatapnya."Kenapa tidak masuk?" tanya bu Fatma pada Kayla yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri."I-iya, tante." jawab Kayla gugup."Kok, tante? Mu
Perempuan itu tak bisa berkata-kata saat sang ibu memperkenalkan siapa sesungguhnya laki-laki yang kini sedang berdiri di hadapannya itu. Lidahnya kelu, tubuhnya mendadak kaku. Sementara jantungnya berdebar sangat kencang mengetahui kenyataan yang baru saja diketahuinya. Laki-laki yang sedang tersenyum lembut menatapnya ini... Laki-laki tampan bertumbuh tinggi ini.... Dia... Dia...•••Kayla akhirnya bisa bernapas lega setelah akhirnya ia bisa pulang ke Jakarta. Tiga tahun ia jauh dari rumah untuk menempuh pendidikan S1 jurusan Manejemen di Yogyakarta. Alhamdulillah, kini dia sudah lulus dengan predikat summa cumlaude dengan IPK 3,80.Kayla Rahma, 23 tahun. Anak pertama dari pasangan Agus Wijayanto dan Tutik Wahyuni. Ia memiliki dua orang adik laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Namanya Kamal dan Kemal. Kayla tumbuh dalam keluarga dengan penghasilan yang terbil