“Iya memang bohong kok, aku tidak sedang datang bulan.” Gayatri menjawab dengan seringai kecil. “Dasar.” Eliot kembali meraup bibir merah Gayatri, melanjutkan apa yang tadi terjeda dengan menggebu. Gayatri kembali menggeram kesal lantaran Eliot melepas tautan bibir mereka secara sepihak. “Tidur ... kamu kelelahan.” Eliot memutar badan Gayatri untuk ia pindahkan kembali ke samping, mengajaknya beristirahat. “Baiklah, aku memang lelah.” Gayatri menenggelamkan wajah pada ceruk leher suaminya, keputusan beristirahat adalah tepat bagi mereka yang masih bekerja keras bahkan satu hari sebelum hari pernikahan mereka. Gayatri tidak pernah tahu saat sebelum para keluarganya pulang, Eliot menemui seseorang yang dipanggil pakde dan berbicara mengenai apa yang sudah diceletukkan olehnya di punggung Gayatri dan Gayatri mendengar tanpa sengaja. Hampir sebagian besar keluarga Eliot terlibat dalam bisnis raksa
“Mama sama papa enggak bulan madu?” tanya Pilar menyeletuk ketika mereka sudah di rumah. Mereka bertiga pulang ke kediaman Eliot setelah keesokan harinya menginap di hotel tempat mereka menginap. Gayatri memutuskan tinggal di rumah Eliot karena akan lebih praktis dia yang pindah ketimbang Pilar dan Eliot yang pindah ke rumah barunya. Pertanyaan Pilar membuat Gayatri yang tengah menyeruput capucino tersedak pelan. “Pilar,” tegur Eliot saat melihat istrinya sibuk mengambil kotak tisu karena minumannya tumpah membasahi dagu. “Maaf,” seringai Pilar semakin lebar. “Pertanyaan kamu kaya bom tahu tidak, siapa yang mengajari? Tante Rachel?” berondong Gayatri menolak air minum yang diulurkan Eliot, ia hanya kaget. “Enggak, memang aku yang ingin tahu. Biasanya seperti itu kan setelah menikah akan honey moon. Aku sudah mengerti kok, Ma.” Pilar mengambil botol selai coklat di tengah meja.
“Sedang apa?” tanya Gayatri di sela sedang di ganti make upnya. “Mau meeting, kamu sedang rehat?” Eliot dari seberang bertanya balik. “Iya sedang mau sesi ke dua, ya sudah matikan saja lanjut meeting.” Gayatri segera mengakhiri percakapan agar Eliot dapat melanjutkan pekerjaannya. “Iya, love you Sayang,” jawab Eliot. “Hhmm,” gumam Gayatri. “Hm?” Elliot di seberang sana langsung menghentikan langkahnya saat mendengar jawaban istrinya. “You know i mean.” Gayatri menjawab pelan dengan menundukkan kepala, ia bukan lagi gadis belasan tahun yang harus mengumbar kalimat i love you di tengah ramainya rang make up. “Hm?” Eliot sekali lagi menegaskan. “Ish ... aku sedang didandani, sudah sana nanti terlambat mulai meetingnya,” tolak Gayatri. “Ok,” tandas Eliot akhirnya mau mengerti. Gayatri tersenyum kecil memandang layar
“Kenapa masih tidur, Pa?” Pilar bertanya dengan berbisik pelan. Gayatri dipindahkan ke kamar rawat setelah Dokter meminta dirawat beberapa hari untuk bed rest serta menunggu hasil darah keluar. “Dibuat istirahat sama dokternya,” jawab Eliot. “Benar hamil, Pa?” Pilar kembali berbisik seolah takut suaranya membangunkan Gayatri yang terlelap dengan wajah pucat. Pilar datang ke rumah sakit setelah dihubungi Eliot mengenai kondisi Gayatri, diantar sopir rumah yang biasa mengantar jemput sekolah ketika kedua orang tuanya tidak bisa menjemput. Lengkap membawakan pakaian ganti untuk ke dua orang tuanya, papanya sudah berganti pakaian sedangkan mamanya belum karena masih tidur. Eliot tertawa kecil mendengar pertanyaan penegasan dari Pilar, menarik lengan tertutup sweater Pilar, Eliot mendudukkan Pilar di tempatnya tadi duduk di samping kanan Gayatri. “Benar Sayang, mama kamu hamil ja
“Terima kasih, Sayang.” Gayatri mengangsurkan gelas yang sudah kosong setengah kepada Pilar yang mengambilkannya.Pilar mengangguk. “Mama belum lapar? Masih mual?” “Iya, nanti kalau sudah enak pasti Mama makan. Kamu terbiasa mengurusi papa kamu saat sakit ya? telaten sekali.” Gayatri merangkum wajah Pilar dan menyentuhkan kening mereka pelan. Sudah satu minggu Gayatri kembali ke rumah setelah hasil Laboratorium menyatakan semuanya baik-baik saja. Dan semenjak dari rumah sakit, Gayatri tidak pernah bisa jauh dari ranjang. Mual muntahnya teramat parah hingga berhari-hari Eliot bekerja dari rumah guna menemani masa payah sang istri. Hari ini minggu dan sedari semalam Pilar menemaninya tidur di kamar orang tuanya karena mencemaskan mamanya yang di mata Pilar terlihat begitu tersiksa. “Iya aku biasa mengurusi papa saat sakit, tapi kan papa enggak pernah muntah sampai enggak punya tenaga. Walau sakit, papa selalu berusaha makan. B
“Aku akan kerjakan langsung setelah dari sini, i’m sorry so much Gayatri, Pilar.” Sang designer menyampaikan permohonan maaf terdalamnya. Wanita muda cantik jelita bernama Ayunda adalah yang membuat dua gaun cantik milik Gayatri dan Pilar. Saat tiba-tiba kliennya melakukan panggilan video call dan memperlihatkan gaun cantik milik anaknya justru rusak di bagian dada, ia langsung bertolak ke rumah Gayatri untuk melihat langsung karena ia sendiri syok bukan kepalang. “Minggu besok acaranya tapi Yu, aku enggak perlu tahu alasannya kenapa bisa seperti ini karena punya aku baik-baik saja. Itu bisa kamu urus internal, tapi aku bilang aku sangat kecewa Yu. Kamu tahu sendiri gaun ini aku pesan ke kamu dengan cerita tersendiri, dan untuk acara ulang tahunnya Pilar.” Gayatri mendesah untuk entah ke berapa kali. “Lusa, aku akan kerjakan sendiri dan aku janji lusa pagi akan antar sendiri ke sini. Dengan hasil sama persis.” Ayunda merapik
“Ada pasti ada, aku coba tanya ke ownernya langsung.” Rachel yang hari itu menjenguk Gayatri usai ia mendengar Gayatri yang lebih banyak di kasur setelah acara kejutan untuk Pilar. Gayatri mengeluhkan rambutnya yang sedari acara Pilar tidak tersentuh sampo sedikitpun, ia sangat tersiksa masuk kamar mandi. Gayatri bertanya adakah salon yang memiliki sampo tanpa wangi apa pun. Rachel langsung menghubungi satu persatu kenalan pemilik salon yang ia miliki untuk menanyakan hal tersebut. “Loh ada Rachel? Kok enggak ada mobilnya di luar? Pakai taksi?” Eliot yang baru pulang bekerja kaget melihat Rachel duduk di samping Gayatri yang berbaring di sofa depan layar tv sebesar tembok. “Pakai ojek online, mobilnya turun mesin lagi di bengkel. Lagi cari salon yang punya sampo tanpa aroma. Kepala Gayatri kutuan katanya,” kelakar Rachel yang langsung mendapatkan hantaman bantal sofa dari Gayatri hingga Rachel tertawa lepas sekali.
“Are you ok?” lirih Eliot di telinga istrinya yang berbaring miring di sampingnya berselimut tipis. “He’em,” jawab Gayatri. “Dasar bandel.” Eliot menyangga kepala dengan telapak tangannya dan tangan satunya mencubit pelan pipi kemerahan Gayatri. Gayatri tertawa pelan, meringsekkan badan ke pelukan suaminya yang terpancar rona bahagia di wajah Eliot. Aksi mengeramasi berakhir dengan pergulatan panas di ranjang mereka. Eliot membelai punggung lembab Gayatri, mengurai lelah bersama-sama. Gayatri sendiri kembali membersihkan diri setelah dipindahkan oleh Eliot, Eliot membersihkan badan mereka tanpa keisengan seperti sebelumnya. Ia tahu Gayatri kelelahan. Setelah mereka kembali berpakaian, Gayatri tertidur pulas dengan perut kosong hingga siang datang dan Pilar pulang dari sekolahnya. “Kamu masak?” Gayatri menyapa Pilar yang mengenakan celemek di dapur sendirian. “Sudah bangun, Ma?