Aurel terdiam dan mengurungkan niatnya untuk mengomeli Daniel. Ia menatap berapa indahnya pemandangan yang mengalihkan perhatian nya. Ia berjalan di tepi pantai, tanpa ia sadari sudut bibir Aurel melengkung keatas membentuk sebuah senyuman. Aurel memejamkan matanya dan menikmati semikir angin yang menerpa kulitnya. Ah, rasanya sangat sejuk sekali. Ia menghirup dalam aroma pantai yang begitu menenangkan, lalu membuangnya secara perlahan. Hal itu ia lakukan secara berulang. Suara gemuruh ombak terdengar begitu merdu, bagaikan alunan musik yang bisa menenangkan hati. Sejenak Aurel bisa melupakan masalah yang ia hadapi saat ini. "Bagaimana? kau menyukainya?" tanya Daniel berjalan mendekati Aurel dan berdiri tepat di sampingnya. Daniel berbicara sembari menatap wajah Aurel yang tengah memejamkan matanya. Daniel segera mengalihkan pandangan nya menjadi lurus kedepan, saat Aurel membuka matanya dan menatap nya. "Tentu aku menyukainya! Terima kasih," ucap Aurel dan tersenyum tulus. Da
Pukul sembilan malam Aurel sampai di rumahnya. Aurel segera turun dari mobil setelah menyelesaikan transaksinya. Suasana rumahnya nampak gelap dan sepi, sama seperti saat pertama kali dirinya baru menikah. Sunyi dan sepi, karena dulu Reno sering meninggalkan nya sendirian di rumah. Seharusnya dirinya terbiasa dengan hal ini, tetapi tak dapat ia pungkiri kalau dirinya merasa sangat kesepian. Aurel teringat dengan kata-kata Daniel yang ingin memulai semua dari awal dengan nya, jika ia menerima tawaran Daniel, apakah lelaki itu akan memperlakukan hal yang sama seperti Reno memperlakukan nya. "Ah, apa yang aku pikirkan?" Aurel segera menggeleng saat dirinya membayangkan hal yang tidak-tidak. Dert..... Dert.....Ponsel Aurel bergetar, Aurel segera menghentikan langkahnya dan segera mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang sudah menghubunginya. Aurel menghembuskan nafas lelah, mau tidak mau ia harus mengangkat telpon dari dari Daniel. "Hallo," "Hallo Aurel, apa kau sudah sampai
Aurel membuka matanya perlahan, ia berusaha mendudukan tubuhnya yang terasa sangat lemas. Ia memijit pelan saat merasakan sakit di kepalanya. Ia mengingat tentang kejadian semalam, ia mengeluarkan seluruh uneg-unegnya kepada Reno dan menangis cukup lama, sampai ia tertidur. "Mas Reno," gumamnya sembari menoleh kesamping, mencari sosok suaminya. Namun, ia tak menemukan siapapun di samping tempat ia tidur. "Apa yang aku harapkan? sudah pasti dia kembali pada Ayunda!" gumamnya kecewa. Tak ingin terlalu banyak berpikir, Aurel segera beranjak dari berbaring nya. Ia akan membersihkan diri dan pergi untuk menemui Aries. Walau bagaimana pun, ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan pada lelaki itu. Ya, dia memutuskan untuk menerima tawaran dari Aries. Meski tanpa persetujuan Reno, ia akan tetap melakukan nya. Toh, jika ia mengatakan pada Reno, ia yakin Reno tidak akan peduli. Lagi pula, hubungan dirinya dan Reno sudah tidak bisa diselamatkan. Jadi, Aurel harus mulai t
Aurel menghembuskan nafas kasar, saat dirinya sudah sampai di depan gedung yang menjulang tinggi di hadapan nya. Dengan langkah mantap, ia memasuki gedung itu dan segera menemui Aries calon bosnya itu. TokTokTokAurel mengetuk pintu ruangan Aries dan membuka nya secara perlahan saat sudah mendapat persetujuan dari pemilik ruangan. "Kau sudah datang?" tanya Aries dan di angguki oleh Aurel. "Duduklah," Aries mempersilahkan. Aurel duduk berhadapan dengan Aries, hanya meja yang menjadi penghalang mereka. Keduanya saling menatap, entah apa yang ada di dalam pikiran merekamereka, tidak ada yang tahu. "Bagaimana keputusanmu, apa kau menyetujui nya?" tanya Aries menatap lekat Aurel. "Ya, saya menyetujuinya Pak! jadi, berapa lama saya harus bekerja dengan Anda?" tanya Aurel. "Keputusan yang tepat!" ucap Aries sembari mengeluarkan sebuah dokumen yang sudah ia siapkan sejak kemarin. "Bacalah, itu kontrak berapa lama kamu harus bekerja dengan saya dan apa saja yang harus kamu lakukan s
Aurel terdiam saat sudah sampai ke tempat Aries membawanya. Ia sangat mengenal tempat ini, seketika bayangan Aurel kecil dan Kakaknya terlintas saat bermain di taman ini. "Ini?" gumam Aurel. "Ada apa?" tanya Aries yang melihat Aurel yang terdiam dan nampak berpikir. "Pak, kenapa Anda membawa saya kesini?" tanya Aurel yang memang sangat penasaran kenapa bosnya ini malah membawanya ketempat seperti ini. "Karena aku ingin!" jawab Aries dan berjalan menuju sebuah kursi yang ada di taman ini. Aries mengedarkan pandangannya, ternyata tidak ada yang berubah di taman ini. Semuanya masih terlihat sama saja, sejak dirinya terakhir datang kesini. Meski ada beberapa yang berubah, karena ada beberapa yang rusak dan perlu diperbaiki. Namun, tak membuatnya melupakan kenangan dirinya dan seluruh keluarganya saat datang kesini untuk menikmati hari libur mereka. Ah, rasanya Aries ingin mengulang momen saat itu. Momen di mana keluarganya masih lengkap dan nampak bahagia. Ia menatap Aurel yang ju
Aries melepas pelukan nya dan menghadiahi ciuman bertubi-tubi di wajah sang adik. Sungguh, rasanya sangat bahagia, akhirnya setelah sekian lama ia bisa bertemu lagi dengan adik nya ini. "Kak, udah! ingat, gak enak dilihat orang!" ucap Aurel mendorong pelan wajah sang kakak. "Maaf Dek, Kakak begitu bahagia ketemu lagi dengan mu Dek! apa kabar kamu selama ini, maaf Kakak baru datang sekarang, " ucap Aries beruntun. Rasanya sangat bahagia, sehingga ia tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Aurel pun sama, ia juga sangat bahagia. Akhirnya dia dipertemukan kembali dengan kakak yang sudah lama ia rindukan ini. Senyum mengembanh di wajah cantiknya, kini ia merasa tidak sendiri karena kakaknya sudah ada di sisinya. "Aurel baik Kak, bagaimana dengan Kakak? aku kira Kakak tidak akan pernah kembali dan melupakanku!" ucap Aurel sendu. "Mana mungkin Kakak melupakanmu, bahkan selama ini Kaka selalu mencari keberadaan dan bagaimana keadaanmu! tapi, Orang-orang suruhan Kakak sama sekali tidak
Plak.... Satu tamparan yang cukup keras Aurel layangkan tepat di pipi kanan sang suami. Reno sampai tertoleh kesamping dan bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah sangking kerasnya Aurel menampar nya. Aurel menatap nyalang pada suaminya, sungguh ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Reno. Ia benar-benar tak menyangka jika Reno menganggapnya begitu rendah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Berani kau menampar ku Dek?" tanya Reno dengan menahan amarah. Bukan nya kalimat menenangkan yang ia dapat dari istrinya, malah dirinya mendapat sebuah tamparan yang begitu keras dari sang istri. "Tentu aku berani! karena ucapanmu sangat keterlaluan!" jawab Aurel dengan amarah yang memuncak. "Keterlaluan bagaimana? jika memang tidak, kau pasti tidak akan semarah ini. Tapi lihatlah, kau begitu marah, bukankah itu menunjukkan kalau kau benar-benar menjual tubuhmu!" ucap Reno sambil menunjuk tepat wajah Aurel. Aurel menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Reno. Tega-t
Pagi-pagi sekali Reno sudah berada di depan rumah Aurel. Ia sengaja datang lebih pagi, karena dia ingin meminta maaf atas tuduhan nya kemarin. Reno mengangkat tangannya dan mencoba memencet bel pintu rumah Aurel. Memang dirinya memiliki kunci cadangan rumah Aurel. Namun, Aurel mengunci ganda dari dalam sehingga membuatnya tak bisa masuk dan mau tidak mau memencet bel yang sudah di sediakan. "Tunggu sebentar!"Terdengar suara Aurel dari dalam, hal itu membuat senyum Reno mengembang. Tidak sia-sia dia datang sepagi ini, akhirnya dia akan bertemu dengan istri pertamanya. Perlahan pintu mulai terbuka dan menampilkan sosok Aurel yang masih mengenakan baju daster sederhana. Meski sederhana, namun tidak mengurangi pesona Aurel di pagi hari ini. "Dek," panggil Reno dengan senyum mengembang. "Mas, ada apa datang sepagi ini?" tanya Aurel yang merasa heran melihat suaminya sepagi ini sudah datang ke rumahnya. Bahkan, seingatnya jatah Reno bersamanya adalah besok! tetapi kenapa suaminya da
Aurel meringis saat merasakan benda tajam menusuk lehernya, tidak dalam memang, namun, membuat lehernya mengeluarkan darah.Reno benar-benar sudah gila, mereka benar-benar tak menyangka jika lelaki itu tega melukai Aurel, wanita yang dicintainya."Jangan," pekik Zain kawatir saat melihat leher Aurel mengeluarkan darah."Kamu boleh minta apapun, asalkan lepaskan Aurel dan jangan lukai dia!" Zain mulai memberi pilihan."Suruh mereka melepaskan senjata mereka dan biarkan kami pergi!" "Baiklah!" Zain memberi kode agar para polisi melepas senjata mereka dan membiarkan Reno membawa pergi Aurel.Untuk sementara Zain harus menuruti apa yang diinginkan oleh lelaki itu. Ia tak ingin, pria gila itu menyakiti Aurel.Setelah yakin, semua polisi melepas senjatanya, Reno mulai melangkahkan kakinya dan memaksa Aurel untuk mengikutinya.Zain dan kedua anggota polisi yang bersamanya, memberi jalan pada Reno dan waspada. Mereka tak boleh gegabah dan berujung menyakiti Aurel.Tiba saat Reno akan melewat
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, terlihat beberapa penjaga mulai bergantian untuk menjaga rumah itu.Daniel, Zain dan Abi, bersiap untuk menyelinap masuk. Mereka dibantu oleh beberapa polisi. Mereka harus berhati-hati, karena bisa saja Reno melakukan hal yang nekat.Daniel juga menyuruh seseorang untuk menjadi salah satu pelayan di dalam rumah itu. Dari dia lah, mereka tahu keadaan Aurel sekarang."Kopinya datang," ucap pelayan itu mengantarkan kopi untuk penjaga yang berada di luar."Wah, untung kau datang membawa kopi, jadi hilang ngantuk ku!" ucap salah satu dari mereka."Tentu, aku tahu apa yang kalian butuhkan! selamat menikmati." Ucapnya lalu segera meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menikmati kopi buatan nya.Rani, orang salah satu teman Daniel yang menyamar untuk menjadi pelayan di rumah Aurel.Ia melihat sekeliling, semua penjaga dan pelayan sudah ia beri obat tidur. Sudah dipastikan, sekarang mereka tengah terlelap efek dari obat yang dia berikan.Sekarang, tingg
Aurel memandangi beberapa menu yang terhidang di atas meja. Hampir seluruh menu, adalah kesukaan nya.Tetapi, tak membuatnya bernafsu untuk memakan nya. Bagaiman bisa ia bernafsu, sementara ia terkurung di dalam rumah yang dulu pernah ia tempati.Tadi, sempat ia ingin kabur, tetapi Reno menyiapkan penjagaan yang begitu ketat sehingga membuatnya tak bisa berkutik."Ayo makanlah, bukankah ini menu kesukaan mu?" Reno memecah keheningan."Mas, hentikan kegilaan ini! bukankah, dulu yang menginginkan kita berpisah itu kamu Mas? dan aku sudah menuruti mu, jadi hentikan semua ini dan biarkan aku hidup tenang dengan keluarga baruku!" pinta Aurel dengan nada memohon.Berharap lelaki yang ada di hadapan nya ini terketuk hatinya dan menghentikan semua kegilaan yang sudah ia ciptakan."Makanlah, ingat! kau sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi yang cukup!" Reno lebih memilih mengabaikan ucapan Aurel dan mengambilkan makanan untuk Aurel. Ia begitu kesal, karena Aurel masih bersikukuh dengan pen
Zain dan Aurel keluar dari ruangan periksa, ada raut bahagia tercetak di wajah mereka. Zain merengkuh pundak Aurel dan membawa duduk di sebuah kursi."Aku tak menyangka, ada dua anak kita!" celetuk Zain sembari menatap hasil USG yang dipegang Aurel.Aurel mengangguk, membenarkan ucapan sang suami. Ya, dokter bilang anak mereka kembar. Hal itu, membuat Aurel semakin bahagia.Karena menurutnya, ini adalah anugrah yang paling indah dalam hidupnya. Ia tak menyangka, jika akan kembali memiliki anak kembar.Kali ini, dia akan lebih berusaha dengan keras untuk menjaga dan merawat calon anaknya sampai mereka lahir dengan selamat.Ia tak ingin kejadian di masa lalu terulang lagi. Jadi, kali ini dia akan lebih ekstra menjaga kedua anaknya."Kau bahagia Mas?" tanya Aurel menatap lekat sang suami. Ia takut, Zain tidak bahagia! pikiran buruk mulai merasuki otak kecilnya."Tentu saja aku bahagia Sayang, jangan samakan aku dengan lelaki itu! lupakan masa lalu dan kita akan mulai lembaran baru dengan
Zain hanya sebentar menatap pada lelaki yang menyandang sebagai mantan suami istrinya itu, lalu mengalihkan tatapan nya pada Aurel.Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aurel saat bertatapan langsung dengan mantan suaminya ini. Karena jika Aurel ingin sembuh, Aurel harus bisa melawan rasa takut itu sendiri dengan cara berhadapan langsung dengan Reno.Zain bisa melihat tubuh Aurel bergetar karena ketakutan dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Zain meraih tangan Aurel dan menggenggam tangan nya dengan sangat erat. Aurel menatap pada genggaman tangan suaminya dan menatap wajah teduh Zain.Lalaki itu seolah memberinya kekuatan dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aurel membalas senyuman Zain tak kalah manis.Ia memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa takutnya. Ia mengambil nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan.Dirasa cukup tenang, Aurel membuka matanya dan menatap wajah Reno yang menyunggingkan senyum kepadanya."Aurel, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi!" Reno
Zain perlahan meletakkan tubuh mungil Aurel di atas ranjang mereka. Suami Aurel itu memutuskan untuk membawa nya pulang ke apartemen nya.Selema perjalanan, Aurel hanya diam saja sembari menatap kosong keluar jendela. Zain tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya ini.Bahkan, sekarang istrinya itu masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Dibelainya lembut rambut Aurel dan diciumnya kening sang istri.Sungguh, melihat Aurel seperti ini membuat hatinya sakit. Ia yakin, luka itu terlalu dalam sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini."Sayang, bicaralah sesuatu! jangan membuatku kawatir! atau mau aku panggilkan dokter?" Zain berusaha mengajak bicara dengan Aurel.Namun, Aurel masih diam membisu tak merespon pertanyaan nya. Membuat Zain semakin kawatir.Zain melepas genggaman tangan nya dan ingin beranjak menelpon dokter, karena dia takut terjadi sesuatu pada sang istri."Tolong jangan pergi, temani aku!" Aurel mengeratkan genggaman nya membuat Zain urung melangk
Zain dan Aurel sampai lebih dulu di restauran milik Abi. Namun, lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya."Eh, Aurel, nunggu Abi ya?" tanya Gita yang baru saja keluar dari arah dapur dan mendapati Aurel dan seorang pria.Ia yakin itu adalah suami adik bosnya ini. Ia tersenyum ramah pada lelaki yang baru ia temui ini."Iya Kak, kok Abi telat datangnya ya? padahal dia yang nyuruh aku buat datang!" jawab Aurel sedikit kesal."Mungkin kena macet! tunggu saja di ruangan nya, aku akan membuatkan minuman dan mengantarkan nya kesana!" "Gak usah Kak, aku tunggu di sini saja!" tolak Aurel."Ya sudah kalau begitu, aku ambilkan minum dulu atau kalian mau sarapan?""Minum saja Kak, kami sudah sarapan tadi!" Gita mengangguk dan kembali ke dapur untuk membuatkan minum adik dan dan adik ipar bosnya ini.Tak berselang lama Gita masuk ke dapur, Abi datang dan menyapa mereka berdua. Abi tersenyum menatap sang adik dan memeluknya."Jadi bagaimana? kalian udah balikan?" tanya Abi to the poin.
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini