Aurel membuka matanya perlahan, ia berusaha mendudukan tubuhnya yang terasa sangat lemas. Ia memijit pelan saat merasakan sakit di kepalanya. Ia mengingat tentang kejadian semalam, ia mengeluarkan seluruh uneg-unegnya kepada Reno dan menangis cukup lama, sampai ia tertidur. "Mas Reno," gumamnya sembari menoleh kesamping, mencari sosok suaminya. Namun, ia tak menemukan siapapun di samping tempat ia tidur. "Apa yang aku harapkan? sudah pasti dia kembali pada Ayunda!" gumamnya kecewa. Tak ingin terlalu banyak berpikir, Aurel segera beranjak dari berbaring nya. Ia akan membersihkan diri dan pergi untuk menemui Aries. Walau bagaimana pun, ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan pada lelaki itu. Ya, dia memutuskan untuk menerima tawaran dari Aries. Meski tanpa persetujuan Reno, ia akan tetap melakukan nya. Toh, jika ia mengatakan pada Reno, ia yakin Reno tidak akan peduli. Lagi pula, hubungan dirinya dan Reno sudah tidak bisa diselamatkan. Jadi, Aurel harus mulai t
Aurel menghembuskan nafas kasar, saat dirinya sudah sampai di depan gedung yang menjulang tinggi di hadapan nya. Dengan langkah mantap, ia memasuki gedung itu dan segera menemui Aries calon bosnya itu. TokTokTokAurel mengetuk pintu ruangan Aries dan membuka nya secara perlahan saat sudah mendapat persetujuan dari pemilik ruangan. "Kau sudah datang?" tanya Aries dan di angguki oleh Aurel. "Duduklah," Aries mempersilahkan. Aurel duduk berhadapan dengan Aries, hanya meja yang menjadi penghalang mereka. Keduanya saling menatap, entah apa yang ada di dalam pikiran merekamereka, tidak ada yang tahu. "Bagaimana keputusanmu, apa kau menyetujui nya?" tanya Aries menatap lekat Aurel. "Ya, saya menyetujuinya Pak! jadi, berapa lama saya harus bekerja dengan Anda?" tanya Aurel. "Keputusan yang tepat!" ucap Aries sembari mengeluarkan sebuah dokumen yang sudah ia siapkan sejak kemarin. "Bacalah, itu kontrak berapa lama kamu harus bekerja dengan saya dan apa saja yang harus kamu lakukan s
Aurel terdiam saat sudah sampai ke tempat Aries membawanya. Ia sangat mengenal tempat ini, seketika bayangan Aurel kecil dan Kakaknya terlintas saat bermain di taman ini. "Ini?" gumam Aurel. "Ada apa?" tanya Aries yang melihat Aurel yang terdiam dan nampak berpikir. "Pak, kenapa Anda membawa saya kesini?" tanya Aurel yang memang sangat penasaran kenapa bosnya ini malah membawanya ketempat seperti ini. "Karena aku ingin!" jawab Aries dan berjalan menuju sebuah kursi yang ada di taman ini. Aries mengedarkan pandangannya, ternyata tidak ada yang berubah di taman ini. Semuanya masih terlihat sama saja, sejak dirinya terakhir datang kesini. Meski ada beberapa yang berubah, karena ada beberapa yang rusak dan perlu diperbaiki. Namun, tak membuatnya melupakan kenangan dirinya dan seluruh keluarganya saat datang kesini untuk menikmati hari libur mereka. Ah, rasanya Aries ingin mengulang momen saat itu. Momen di mana keluarganya masih lengkap dan nampak bahagia. Ia menatap Aurel yang ju
Aries melepas pelukan nya dan menghadiahi ciuman bertubi-tubi di wajah sang adik. Sungguh, rasanya sangat bahagia, akhirnya setelah sekian lama ia bisa bertemu lagi dengan adik nya ini. "Kak, udah! ingat, gak enak dilihat orang!" ucap Aurel mendorong pelan wajah sang kakak. "Maaf Dek, Kakak begitu bahagia ketemu lagi dengan mu Dek! apa kabar kamu selama ini, maaf Kakak baru datang sekarang, " ucap Aries beruntun. Rasanya sangat bahagia, sehingga ia tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Aurel pun sama, ia juga sangat bahagia. Akhirnya dia dipertemukan kembali dengan kakak yang sudah lama ia rindukan ini. Senyum mengembanh di wajah cantiknya, kini ia merasa tidak sendiri karena kakaknya sudah ada di sisinya. "Aurel baik Kak, bagaimana dengan Kakak? aku kira Kakak tidak akan pernah kembali dan melupakanku!" ucap Aurel sendu. "Mana mungkin Kakak melupakanmu, bahkan selama ini Kaka selalu mencari keberadaan dan bagaimana keadaanmu! tapi, Orang-orang suruhan Kakak sama sekali tidak
Plak.... Satu tamparan yang cukup keras Aurel layangkan tepat di pipi kanan sang suami. Reno sampai tertoleh kesamping dan bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah sangking kerasnya Aurel menampar nya. Aurel menatap nyalang pada suaminya, sungguh ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Reno. Ia benar-benar tak menyangka jika Reno menganggapnya begitu rendah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Berani kau menampar ku Dek?" tanya Reno dengan menahan amarah. Bukan nya kalimat menenangkan yang ia dapat dari istrinya, malah dirinya mendapat sebuah tamparan yang begitu keras dari sang istri. "Tentu aku berani! karena ucapanmu sangat keterlaluan!" jawab Aurel dengan amarah yang memuncak. "Keterlaluan bagaimana? jika memang tidak, kau pasti tidak akan semarah ini. Tapi lihatlah, kau begitu marah, bukankah itu menunjukkan kalau kau benar-benar menjual tubuhmu!" ucap Reno sambil menunjuk tepat wajah Aurel. Aurel menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Reno. Tega-t
Pagi-pagi sekali Reno sudah berada di depan rumah Aurel. Ia sengaja datang lebih pagi, karena dia ingin meminta maaf atas tuduhan nya kemarin. Reno mengangkat tangannya dan mencoba memencet bel pintu rumah Aurel. Memang dirinya memiliki kunci cadangan rumah Aurel. Namun, Aurel mengunci ganda dari dalam sehingga membuatnya tak bisa masuk dan mau tidak mau memencet bel yang sudah di sediakan. "Tunggu sebentar!"Terdengar suara Aurel dari dalam, hal itu membuat senyum Reno mengembang. Tidak sia-sia dia datang sepagi ini, akhirnya dia akan bertemu dengan istri pertamanya. Perlahan pintu mulai terbuka dan menampilkan sosok Aurel yang masih mengenakan baju daster sederhana. Meski sederhana, namun tidak mengurangi pesona Aurel di pagi hari ini. "Dek," panggil Reno dengan senyum mengembang. "Mas, ada apa datang sepagi ini?" tanya Aurel yang merasa heran melihat suaminya sepagi ini sudah datang ke rumahnya. Bahkan, seingatnya jatah Reno bersamanya adalah besok! tetapi kenapa suaminya da
"Kak," panggil Aurel dan itu berhasil membuyarkan lamunan Abi. "Aku sudah sangat mengenalmu, jadi tidak perlu berbasa basi!" ketus Abi. Mendengar ucapan Abi, Reno segera menarik tangan nya. Sedikit kecewa, karena lelaki yang mengaku sebagai kakak istrinya menolak untuk berjabat tangan. Bahkan, lelaki itu terkesan tak suka terhadapnya. Tunggu, dia juga mengatakan kalau dirinya sangat mengenali Reno. Reflek, ia pun menatap Aurel penuh tanya. "Jangan berpikir, jika Aurel menjelekkanmu dihadapanku! mudah bagiku, untuk tahu siapa dirimu!" Reno tercengang mendengar ucapan Abi, apa kakak iparnya ini seorang cenayang? bagaimana bisa, ia bisa tahu isi pikiran nya. "Kak," tegur Aurel. "Kenapa? sudahlah! lebih baik kita segera berangkat, lihath sudah pukul berapa ini?" Abi menarik lengan Aurel tanpa mempedulikan keberadaan Reno. "Tunggu Kak, dia suamiku! aku harus berpamitan dengan Mas Reno!" Aurel perlahan melepas genggaman tangan kakaknya dan berbalik kembali berjalan menuju sang suami
Reno mengambil nafas dalam dan membuangnya secara perlahan. Ia memejamkam matanya dan mengulangi hal yang sama untuk meredam emosinya. Reno perlahan membuka matanya dan menatap wajah Ayunda yang sudah basah oleh air mata. Seketika, rasa bersalah menghampirinya. Tak seharusnya ia membentak Ayunda, seharusnya ia membicarakan hal ini baik-baik. Ah, kenapa dirinya tidak bisa menahan emosinya. "Maaf, Dek!" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. "Memang apa yang wanita itu katakan? sehingga Mas membentak ku?" tanya Ayunda dengan nada ketus. "Dek, ingat! dia juga istri Mas, tidak pantas kau menyebutnya seperti itu!" tegur nya. "Kenapa Mas marah? pasti dia, wanita itu sudah menghasut Mas, sehingga Mas membentak ku!" Ayunda masih tak terima, karena Reno masih membela Aurel. Apalagi ini pertama kalinya Reno membentak nya. "Aurel tidak mengatakan apapun! tetapi Mas yakin, kau sudah mengatakan hal yang menyinggung nya!" ucap Reno. "Memangnya apa yang aku katakan padanya Mas, sampai-sam