Pagi-pagi sekali Reno sudah berada di depan rumah Aurel. Ia sengaja datang lebih pagi, karena dia ingin meminta maaf atas tuduhan nya kemarin. Reno mengangkat tangannya dan mencoba memencet bel pintu rumah Aurel. Memang dirinya memiliki kunci cadangan rumah Aurel. Namun, Aurel mengunci ganda dari dalam sehingga membuatnya tak bisa masuk dan mau tidak mau memencet bel yang sudah di sediakan. "Tunggu sebentar!"Terdengar suara Aurel dari dalam, hal itu membuat senyum Reno mengembang. Tidak sia-sia dia datang sepagi ini, akhirnya dia akan bertemu dengan istri pertamanya. Perlahan pintu mulai terbuka dan menampilkan sosok Aurel yang masih mengenakan baju daster sederhana. Meski sederhana, namun tidak mengurangi pesona Aurel di pagi hari ini. "Dek," panggil Reno dengan senyum mengembang. "Mas, ada apa datang sepagi ini?" tanya Aurel yang merasa heran melihat suaminya sepagi ini sudah datang ke rumahnya. Bahkan, seingatnya jatah Reno bersamanya adalah besok! tetapi kenapa suaminya da
"Kak," panggil Aurel dan itu berhasil membuyarkan lamunan Abi. "Aku sudah sangat mengenalmu, jadi tidak perlu berbasa basi!" ketus Abi. Mendengar ucapan Abi, Reno segera menarik tangan nya. Sedikit kecewa, karena lelaki yang mengaku sebagai kakak istrinya menolak untuk berjabat tangan. Bahkan, lelaki itu terkesan tak suka terhadapnya. Tunggu, dia juga mengatakan kalau dirinya sangat mengenali Reno. Reflek, ia pun menatap Aurel penuh tanya. "Jangan berpikir, jika Aurel menjelekkanmu dihadapanku! mudah bagiku, untuk tahu siapa dirimu!" Reno tercengang mendengar ucapan Abi, apa kakak iparnya ini seorang cenayang? bagaimana bisa, ia bisa tahu isi pikiran nya. "Kak," tegur Aurel. "Kenapa? sudahlah! lebih baik kita segera berangkat, lihath sudah pukul berapa ini?" Abi menarik lengan Aurel tanpa mempedulikan keberadaan Reno. "Tunggu Kak, dia suamiku! aku harus berpamitan dengan Mas Reno!" Aurel perlahan melepas genggaman tangan kakaknya dan berbalik kembali berjalan menuju sang suami
Reno mengambil nafas dalam dan membuangnya secara perlahan. Ia memejamkam matanya dan mengulangi hal yang sama untuk meredam emosinya. Reno perlahan membuka matanya dan menatap wajah Ayunda yang sudah basah oleh air mata. Seketika, rasa bersalah menghampirinya. Tak seharusnya ia membentak Ayunda, seharusnya ia membicarakan hal ini baik-baik. Ah, kenapa dirinya tidak bisa menahan emosinya. "Maaf, Dek!" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. "Memang apa yang wanita itu katakan? sehingga Mas membentak ku?" tanya Ayunda dengan nada ketus. "Dek, ingat! dia juga istri Mas, tidak pantas kau menyebutnya seperti itu!" tegur nya. "Kenapa Mas marah? pasti dia, wanita itu sudah menghasut Mas, sehingga Mas membentak ku!" Ayunda masih tak terima, karena Reno masih membela Aurel. Apalagi ini pertama kalinya Reno membentak nya. "Aurel tidak mengatakan apapun! tetapi Mas yakin, kau sudah mengatakan hal yang menyinggung nya!" ucap Reno. "Memangnya apa yang aku katakan padanya Mas, sampai-sam
Reno masih diam saja dan menatap Ayunda dengan tatapan tak percaya. Dirinya masih tak percaya dengan permintaan yang menurutnya konyol itu. Sementara Ayunda juga membalas tatapan Reno dengan menuntut. Ia menuntut sebuah jawaban dan tidak menerima penolakan. "Bagaimana Mas? kenapa diam saja?" tanyanya dengan nada menuntut jawaban. "Apa tidak ada permintaan yang lain? ayolah Ayunda, jika kau memintaku untuk menjauhi Aurel, sama saja kau menginginkan hubunganku dengan nya renggang!" Reno berusaha merayu istrinya agar meminta permintaan yang lain. "Tidak, itu sudah keputusanku! jika kau tidak mau, maka aku akan pergi!" jawabnya tegas dan segera kembali menggerakkan tangan nya untuk membereskan semua barang-barangnya. Reno mengepalkan kedua tangan nya. Ayunda memang keras kepala, apapun yang diinginkan nya harus terpenuhi. Reno ingin menolak, tetapi ia tak ingin Ayunda pergi dari sisi nya. Jika ia menyetujui, ia yakin hubungan nya dengan Aurel semakin renggang dan ia yakin Aurel past
Daniel menatap Aries dengan senyuman, Aries juga menatap Daniel dengan raut wajah yang bingung. "Tentu saja aku tahu, kau lupa siapa yang sudah membantumu mencari tahu siapa Aurel?" Daniel mengingatkan sahabatnya. Tentu saja Aries mengingatnya. Bukan masalah itu, masalahnya adalah adiknya sudah memiliki suami, ya meskipun suami yang tidak bisa dikatakan sebagai suami. Bahkan, Aries berharap Aurel berpisah saja dengan lelaki itu. Tetapi, dirinya ingat kalau ini adalah pilihan nya Aurel! jadi, dia tidak bisa ikut campur dalam hal ini. "Lalu? apa maksudmu?" tanya Aries yang penasaran. "Kau tau Aries? aku sangat mencintaimu adikmu, bahkan, kami sempat menjalin hubungan! tetapi karena kesalahanku, aku kehilangan nya. Kemarin aku sempat menawarkan untuk kembali, tetapi adikmu menolakku mentah-mentah!" kesalnya. Ha ha ha.... "Jangan tertawa, tidak lucu!" kesal Daniel karena sahabatnya ini malah menertawakan nya. "Ini pertama kalinya, seorang Daniel ditolak oleh wanita. Lebih parahnya
Daniel yang sudah menyelesaikan urusan nya, mendadak ingin ke kamar mandi. Rasanya sudah tahan dengan sakit perutnya. Daniel berlari kecil, hingga langkahnya berhenti saat mendengar suara teriakan kesakitan bahkan teriakan itu diiringi dengan tangisan. "Astaga Aurel!" pekik Daniel yang melihat Aurel sudah terduduk sembari memegangi perutnya. "Tolong aku," liriknya. Daniel segera berlari menghampiri Aurel yang tak sadarkan diri. Niat hati ingin ke kamar mandi untuk buang air besar. Kini dirinya dibuat terkejut dan khawatir setelah melihat keadaan Aurel yang tak sadarkan diri. Daniel segera menggendong Aurel untuk dibawa kerumah sakit. Rasa kawatir, membuatnya melupakan segalanya. Ia segera menyegat taxi dan membawa Aurel kerumah sakit. Ia lupa, kalau masih ada Aries yang tengah menunggu Aurel sejak tadi. Aries yang mulai kawatir, memutuskan untuk menyusul Aurel ke kamar mandi. Namun, ia tak menemukan adiknya itu. "Kemana Aurel?" gumamnya. "Mas," Aries memanggil OB yang kebet
"Kenapa diam saja, dimana suami mu? apa kamu belum menghubunginya?" kali ini Aries yang bertanya. Awalnya, ia sempat lupa kalau adiknya ini punya suami! tetapi, Daniel menanyakan nya, membuatnya mengingat tentang Reno, suami dari adiknya. Aurel masih terdiam, ia memikirkan alasan apa yang akan ia katakan pada dua orang pria yang tengah menatapnya, menunggu jawaban darinya. Daniel menatap Aurel, ia sangat tahu Aurel tengah berpikir keras mencari sebuah alasan. Yang ia yakini, pasti menyangkut suaminya ini. Daniel, bahkan curiga keadaan Aurel sekarang ini pasti ada sangkut pautnya dengan Reno. Jika tidak, tidak mungkin Aurel bisa drop seperti ini. "Aurel?" Panggil Aries, sembari memegang pundaknya. "Ah, aku belum sempat menghubunginya Kak! lagi pula, aku juga baru saja sadar dari pingsan!" jelas Aurel yang menemukan alasan yang logis. "Sebelum kamu pingsan, aku yakin kau sudah berusaha menghubunginya bukan?" tanya Daniel yang menyodorkan ponsel milik Aurel. Aurel mendengus kesal
Aurel perlahan membuka matanya saat merasakan, hangatnya sinar matahari yang masuk melalui celah-celah korden. Tangan nya segera meraih ponsel miliknya, yang ia taruh di atas nakas. Ia takut, jika Reno menghubunginya dan dirinya tidak mendengarnya. Namun, hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Reno sama sekali tak menghubunginya. Padahal dirinya juga sudah mengirimkan pesan pada lelaki itu. Jangan dibalas, dibaca tidak. Aurel memilih menghubungi nomor suaminya, karena dirinya harus pergi ke puncak pagi ini juga. Dia tidak akan tenang, jika ia belum mendapatkan ijin dari sangan suami. Ia tak ingin, terjadi kesalah pahaman untuk kedepan nya, jika dirinya tidak memberitahu kepergian nya pagi ini. "Hallo Mas," sapa Aurel saat telpon nya diangkat setelah tiga kali mencoba. "Apa kau tak tahu, jika Mas Reno sibuk? dasar pengganggu!" ketus Ayunda dan segera mematikan telpon secara sepihak. Aurel terdiam mendengar ucapan Ayunda, kenapa bisa wanita itu yang mengangkatnya? apa Reno, benar-ben