"Kenapa diam saja, dimana suami mu? apa kamu belum menghubunginya?" kali ini Aries yang bertanya. Awalnya, ia sempat lupa kalau adiknya ini punya suami! tetapi, Daniel menanyakan nya, membuatnya mengingat tentang Reno, suami dari adiknya. Aurel masih terdiam, ia memikirkan alasan apa yang akan ia katakan pada dua orang pria yang tengah menatapnya, menunggu jawaban darinya. Daniel menatap Aurel, ia sangat tahu Aurel tengah berpikir keras mencari sebuah alasan. Yang ia yakini, pasti menyangkut suaminya ini. Daniel, bahkan curiga keadaan Aurel sekarang ini pasti ada sangkut pautnya dengan Reno. Jika tidak, tidak mungkin Aurel bisa drop seperti ini. "Aurel?" Panggil Aries, sembari memegang pundaknya. "Ah, aku belum sempat menghubunginya Kak! lagi pula, aku juga baru saja sadar dari pingsan!" jelas Aurel yang menemukan alasan yang logis. "Sebelum kamu pingsan, aku yakin kau sudah berusaha menghubunginya bukan?" tanya Daniel yang menyodorkan ponsel milik Aurel. Aurel mendengus kesal
Aurel perlahan membuka matanya saat merasakan, hangatnya sinar matahari yang masuk melalui celah-celah korden. Tangan nya segera meraih ponsel miliknya, yang ia taruh di atas nakas. Ia takut, jika Reno menghubunginya dan dirinya tidak mendengarnya. Namun, hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Reno sama sekali tak menghubunginya. Padahal dirinya juga sudah mengirimkan pesan pada lelaki itu. Jangan dibalas, dibaca tidak. Aurel memilih menghubungi nomor suaminya, karena dirinya harus pergi ke puncak pagi ini juga. Dia tidak akan tenang, jika ia belum mendapatkan ijin dari sangan suami. Ia tak ingin, terjadi kesalah pahaman untuk kedepan nya, jika dirinya tidak memberitahu kepergian nya pagi ini. "Hallo Mas," sapa Aurel saat telpon nya diangkat setelah tiga kali mencoba. "Apa kau tak tahu, jika Mas Reno sibuk? dasar pengganggu!" ketus Ayunda dan segera mematikan telpon secara sepihak. Aurel terdiam mendengar ucapan Ayunda, kenapa bisa wanita itu yang mengangkatnya? apa Reno, benar-ben
Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Mereka bertiga segera masuk ke dalam hotel yang cukup terkenal di kota ini."Istirahatlah, masih ada waktu setengah jam!" ucap Aries setelah menunjukkan kamar yang memang dikususkan untuk para tamu. Aurel mengangguk dan menuruti ucapan sang Kakak, lagi pula tubuhnya merasa sangat lelah setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Aurel masuk kedalam kamar ia melihat-lihat kamar yang ia tempati, sangat bagus dan mewah. Ia dengar, ini adalah salah satu kamar terbaik di hotel ini. Aurel merasa beruntung mendapatkan kamar dengan fasilitas terbaik yang dimiliki oleh hotel ini. Kini perhatian Aurel, tertuju pada balkon kamar dan tanpa ragu ia melangkahkan kakinya menuju balkon yang menarik perhatian nya. "Wah, cantik sekali!" kagum Aurel saat melihat melihat pemandangan yang tampak indah dimatanya. "Sepertinya aku akan betah di sini!" gumamnya sembari tersenyum. Setelah memikirkan ucapan sang Kakak tadi,
Kedua alis Tomi saling bertaut, ia heran kenapa Daniel berkata tidak? apa lelaki ini memiliki hubungan dengan adiknya aries? "Sepertinya menarik," gumamnya dalam hati. "Kenapa tidak Tuan Daniel? wajar saja saya ingin memiliki menantu seperti Nona?" ucapnya terputus dan melihat kearah Aurel, seolah bertanya siapa nama wanita yang ada dihadapan nya ini. "Aurel Tuan," jawab Aurel yang sempat terkejut dengan ucapan Tomi tadi. "Ya, Nona Aurel! saya sangat ingin memiliki menantu yang cantik sepertinya," lanjutnya. "Maaf Tuan, tapi saya sudah menikah dan sekarang saya sedang hamil!" kali ini Aurel yang menjawab. Karena dirinya tak ingin memberi harapan pada siapapun, lagi pula dirinya memang sudah bersuami! jadi, tidak pantas jika ada orang yang ingin menjodohkanya. "Ya, dia sudah menikah Tuan! jadi, anda sudah terlambat," sahut Daniel dengan senyuman lebarnya. Dirinya merasa legas karena Aurel mengaku sudah menikah, ada untungnya juga baginya. Jadi, sekarang tidak akan ada saingan b
Aries menggandeng tangan adiknya, ia memenuhi permintaan sang adik yang ingin jalan-jalan. Tidak buruk, bukankah ini ide yang bagus? "Kenapa berhenti Kak?" tanya aurel dengan bingung. Bagaimana tidak bingung? jika sang kakak tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat saat mereka berasa di loby hotel. "Tunggu di sini! ada yang ketinggalan!" ucap Aries yang membawa tubuh Aurel di tempat tunggu dan menyuruhnya duduk. Aurel diam, dia masih bingung dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya. Aries segera berlari dan menuju kamar nya lalu mengambil sesuatu yang tertinggal. Tak butuh waktu lama untuk Aries untuk kembali ke tempat adiknya berada. Aurel melihat sang kakak yang sudah kembali dengan tersenyum. "Di luar dingin, pakailah!" titah Aries dan memakailan jaket miliknya yang dia ambil tadi. Aurel tak menolak dan segera memakai jaket yang disodorkan oleh Aries. Ternyata kakaknya sangat perhatian dan tak ingin dirinya sakit. "Terima kasih Kak," ucap Aurel tulus. "Di luar sangatlah din
Aurel menepuk pelan punggung Daniel dan memberinya sebotol air. Daniel segera menerima dan meminumnya. Aris hanya tertawa dan menggeleng pelan melihat kelakuan sahabatnya ini. "Pelan-pelan, aku tak kan meminta jagungmu!" ejeknya dengan senyuman yang menyebalkan bagi Daniel. "Sudah Kak, jangan menggodanya terus!" tegur Aurel. Hening, tak ada percakapan diantara mereka. Mereka larut dalam pemikiran mereka masing-masing. Aurel masih memikirkan tentang ucapan sang Kakak. Sekarang, dia benar-benar bingung dengan apa yang akan dia lakukan terhadap rumah tangganya nanti. Sungguh rumit memang. Jika seandainya ia tahu, rumah tangga yang dia jalani tak seindah dengan apa yang dia inginkan, makan dia pasti akan menolak menerima pinangan Reno. Tapi, mau bagaimana lagi? semuanya sudah terlanjur. Dan kini ia bingung harus bagaimana? jika ia mengatakan ingin berpisah, pasti Reno akan menolaknya seperti sebeluknya.Tetapi jika dia tetap bertahan, maka dirinya akan tetap merasa tersakiti meski
TokTokTokSamar terdengar suara pintu diketuk. Aurel memaksa matanya untuk terbuka. Karena terlalu lama menangis, matanya terasa berat dan kepalanya sangat pusing. "Jam berapa ini?" gumamnya sembari memegang kepalanya yang berdenyut. Ia memijit pelan pelipisnya, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang tengah ia rasakan. Perlahan ia bangkit dari ranjangnya dan ingin membuka pintu, melihat siapa yang sudah mengetuk pintu itu sedari tadi. "Aurel, kau baru bangun?" tanya Daniel saat pintu terbuka. "Em, Daniel! iya, baru saja aku bangun, ada apa?" tanya Aurel dengan suara seraknya. "Aurel, ka baik-baik saja?" tanya Daniel dengan nada kawatir. "Aku baik-baik saja," jawab Aurel dengan suara lemah. "Kau yakin?""Ya, ada apa kau kemari?" tanya Aurel yang mencoba mengalihkan perhatian Daniel. Ia tak ingin, lelaki yang ada di hadapannya ini mengkhawatirkan nya, karena melihat kondisinya yang tidak terlalu baik. "Ah, aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan, sekalian mencari sarapan!" je
Pukul tiga sore, Aurel sudah sampai di rumahnya. Setelah kejadian di taman tadi, Aurel langsung meminta pulang. Karena jujur, dia tidak bisa terus berada di dekat lelaki itu. Ia takut, jika cinta itu akan tumbuh kembali dan malah akan memberikan masalah baru bagi keduanya. Mengingat statusnya, rasanya tidak pantas baginya untuk menjalin sebuah hubungan lain. Ya, Aurel akan mencoba menjauhi Daniel! meskipun, rasa itu masih ada, tetapi ia sadar jika dirinya tidak pantas untuk seorang Daniel. Daniel dan Aries tak bisa berbuat apapun, selain menuruti permintaan Aurel. Aries hanya bingung dengan tingkah adiknya yang tiba-tiba menginginkan untuk segera pulang. "Kau yakin ingin tidur di rumahmu sendirian?" tanya Aries untuk kesekian kalinya. Kini mereka sudah berada di depan pintu rumah Aurel. "Iya Kak," Aurel menjawab dengan senyuman. "Kakak ingin sekali menginap, tetapi ada sesuatu yang harus Kakak selesaikan," ucap Aries. Sebenarnya dia ingin menemani Aurel, tetapi ada sesuatu hal