Daniel yang sudah menyelesaikan urusan nya, mendadak ingin ke kamar mandi. Rasanya sudah tahan dengan sakit perutnya. Daniel berlari kecil, hingga langkahnya berhenti saat mendengar suara teriakan kesakitan bahkan teriakan itu diiringi dengan tangisan. "Astaga Aurel!" pekik Daniel yang melihat Aurel sudah terduduk sembari memegangi perutnya. "Tolong aku," liriknya. Daniel segera berlari menghampiri Aurel yang tak sadarkan diri. Niat hati ingin ke kamar mandi untuk buang air besar. Kini dirinya dibuat terkejut dan khawatir setelah melihat keadaan Aurel yang tak sadarkan diri. Daniel segera menggendong Aurel untuk dibawa kerumah sakit. Rasa kawatir, membuatnya melupakan segalanya. Ia segera menyegat taxi dan membawa Aurel kerumah sakit. Ia lupa, kalau masih ada Aries yang tengah menunggu Aurel sejak tadi. Aries yang mulai kawatir, memutuskan untuk menyusul Aurel ke kamar mandi. Namun, ia tak menemukan adiknya itu. "Kemana Aurel?" gumamnya. "Mas," Aries memanggil OB yang kebet
"Kenapa diam saja, dimana suami mu? apa kamu belum menghubunginya?" kali ini Aries yang bertanya. Awalnya, ia sempat lupa kalau adiknya ini punya suami! tetapi, Daniel menanyakan nya, membuatnya mengingat tentang Reno, suami dari adiknya. Aurel masih terdiam, ia memikirkan alasan apa yang akan ia katakan pada dua orang pria yang tengah menatapnya, menunggu jawaban darinya. Daniel menatap Aurel, ia sangat tahu Aurel tengah berpikir keras mencari sebuah alasan. Yang ia yakini, pasti menyangkut suaminya ini. Daniel, bahkan curiga keadaan Aurel sekarang ini pasti ada sangkut pautnya dengan Reno. Jika tidak, tidak mungkin Aurel bisa drop seperti ini. "Aurel?" Panggil Aries, sembari memegang pundaknya. "Ah, aku belum sempat menghubunginya Kak! lagi pula, aku juga baru saja sadar dari pingsan!" jelas Aurel yang menemukan alasan yang logis. "Sebelum kamu pingsan, aku yakin kau sudah berusaha menghubunginya bukan?" tanya Daniel yang menyodorkan ponsel milik Aurel. Aurel mendengus kesal
Aurel perlahan membuka matanya saat merasakan, hangatnya sinar matahari yang masuk melalui celah-celah korden. Tangan nya segera meraih ponsel miliknya, yang ia taruh di atas nakas. Ia takut, jika Reno menghubunginya dan dirinya tidak mendengarnya. Namun, hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Reno sama sekali tak menghubunginya. Padahal dirinya juga sudah mengirimkan pesan pada lelaki itu. Jangan dibalas, dibaca tidak. Aurel memilih menghubungi nomor suaminya, karena dirinya harus pergi ke puncak pagi ini juga. Dia tidak akan tenang, jika ia belum mendapatkan ijin dari sangan suami. Ia tak ingin, terjadi kesalah pahaman untuk kedepan nya, jika dirinya tidak memberitahu kepergian nya pagi ini. "Hallo Mas," sapa Aurel saat telpon nya diangkat setelah tiga kali mencoba. "Apa kau tak tahu, jika Mas Reno sibuk? dasar pengganggu!" ketus Ayunda dan segera mematikan telpon secara sepihak. Aurel terdiam mendengar ucapan Ayunda, kenapa bisa wanita itu yang mengangkatnya? apa Reno, benar-ben
Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Mereka bertiga segera masuk ke dalam hotel yang cukup terkenal di kota ini."Istirahatlah, masih ada waktu setengah jam!" ucap Aries setelah menunjukkan kamar yang memang dikususkan untuk para tamu. Aurel mengangguk dan menuruti ucapan sang Kakak, lagi pula tubuhnya merasa sangat lelah setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Aurel masuk kedalam kamar ia melihat-lihat kamar yang ia tempati, sangat bagus dan mewah. Ia dengar, ini adalah salah satu kamar terbaik di hotel ini. Aurel merasa beruntung mendapatkan kamar dengan fasilitas terbaik yang dimiliki oleh hotel ini. Kini perhatian Aurel, tertuju pada balkon kamar dan tanpa ragu ia melangkahkan kakinya menuju balkon yang menarik perhatian nya. "Wah, cantik sekali!" kagum Aurel saat melihat melihat pemandangan yang tampak indah dimatanya. "Sepertinya aku akan betah di sini!" gumamnya sembari tersenyum. Setelah memikirkan ucapan sang Kakak tadi,
Kedua alis Tomi saling bertaut, ia heran kenapa Daniel berkata tidak? apa lelaki ini memiliki hubungan dengan adiknya aries? "Sepertinya menarik," gumamnya dalam hati. "Kenapa tidak Tuan Daniel? wajar saja saya ingin memiliki menantu seperti Nona?" ucapnya terputus dan melihat kearah Aurel, seolah bertanya siapa nama wanita yang ada dihadapan nya ini. "Aurel Tuan," jawab Aurel yang sempat terkejut dengan ucapan Tomi tadi. "Ya, Nona Aurel! saya sangat ingin memiliki menantu yang cantik sepertinya," lanjutnya. "Maaf Tuan, tapi saya sudah menikah dan sekarang saya sedang hamil!" kali ini Aurel yang menjawab. Karena dirinya tak ingin memberi harapan pada siapapun, lagi pula dirinya memang sudah bersuami! jadi, tidak pantas jika ada orang yang ingin menjodohkanya. "Ya, dia sudah menikah Tuan! jadi, anda sudah terlambat," sahut Daniel dengan senyuman lebarnya. Dirinya merasa legas karena Aurel mengaku sudah menikah, ada untungnya juga baginya. Jadi, sekarang tidak akan ada saingan b
Aries menggandeng tangan adiknya, ia memenuhi permintaan sang adik yang ingin jalan-jalan. Tidak buruk, bukankah ini ide yang bagus? "Kenapa berhenti Kak?" tanya aurel dengan bingung. Bagaimana tidak bingung? jika sang kakak tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat saat mereka berasa di loby hotel. "Tunggu di sini! ada yang ketinggalan!" ucap Aries yang membawa tubuh Aurel di tempat tunggu dan menyuruhnya duduk. Aurel diam, dia masih bingung dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya. Aries segera berlari dan menuju kamar nya lalu mengambil sesuatu yang tertinggal. Tak butuh waktu lama untuk Aries untuk kembali ke tempat adiknya berada. Aurel melihat sang kakak yang sudah kembali dengan tersenyum. "Di luar dingin, pakailah!" titah Aries dan memakailan jaket miliknya yang dia ambil tadi. Aurel tak menolak dan segera memakai jaket yang disodorkan oleh Aries. Ternyata kakaknya sangat perhatian dan tak ingin dirinya sakit. "Terima kasih Kak," ucap Aurel tulus. "Di luar sangatlah din
Aurel menepuk pelan punggung Daniel dan memberinya sebotol air. Daniel segera menerima dan meminumnya. Aris hanya tertawa dan menggeleng pelan melihat kelakuan sahabatnya ini. "Pelan-pelan, aku tak kan meminta jagungmu!" ejeknya dengan senyuman yang menyebalkan bagi Daniel. "Sudah Kak, jangan menggodanya terus!" tegur Aurel. Hening, tak ada percakapan diantara mereka. Mereka larut dalam pemikiran mereka masing-masing. Aurel masih memikirkan tentang ucapan sang Kakak. Sekarang, dia benar-benar bingung dengan apa yang akan dia lakukan terhadap rumah tangganya nanti. Sungguh rumit memang. Jika seandainya ia tahu, rumah tangga yang dia jalani tak seindah dengan apa yang dia inginkan, makan dia pasti akan menolak menerima pinangan Reno. Tapi, mau bagaimana lagi? semuanya sudah terlanjur. Dan kini ia bingung harus bagaimana? jika ia mengatakan ingin berpisah, pasti Reno akan menolaknya seperti sebeluknya.Tetapi jika dia tetap bertahan, maka dirinya akan tetap merasa tersakiti meski
TokTokTokSamar terdengar suara pintu diketuk. Aurel memaksa matanya untuk terbuka. Karena terlalu lama menangis, matanya terasa berat dan kepalanya sangat pusing. "Jam berapa ini?" gumamnya sembari memegang kepalanya yang berdenyut. Ia memijit pelan pelipisnya, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang tengah ia rasakan. Perlahan ia bangkit dari ranjangnya dan ingin membuka pintu, melihat siapa yang sudah mengetuk pintu itu sedari tadi. "Aurel, kau baru bangun?" tanya Daniel saat pintu terbuka. "Em, Daniel! iya, baru saja aku bangun, ada apa?" tanya Aurel dengan suara seraknya. "Aurel, ka baik-baik saja?" tanya Daniel dengan nada kawatir. "Aku baik-baik saja," jawab Aurel dengan suara lemah. "Kau yakin?""Ya, ada apa kau kemari?" tanya Aurel yang mencoba mengalihkan perhatian Daniel. Ia tak ingin, lelaki yang ada di hadapannya ini mengkhawatirkan nya, karena melihat kondisinya yang tidak terlalu baik. "Ah, aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan, sekalian mencari sarapan!" je
Aurel meringis saat merasakan benda tajam menusuk lehernya, tidak dalam memang, namun, membuat lehernya mengeluarkan darah.Reno benar-benar sudah gila, mereka benar-benar tak menyangka jika lelaki itu tega melukai Aurel, wanita yang dicintainya."Jangan," pekik Zain kawatir saat melihat leher Aurel mengeluarkan darah."Kamu boleh minta apapun, asalkan lepaskan Aurel dan jangan lukai dia!" Zain mulai memberi pilihan."Suruh mereka melepaskan senjata mereka dan biarkan kami pergi!" "Baiklah!" Zain memberi kode agar para polisi melepas senjata mereka dan membiarkan Reno membawa pergi Aurel.Untuk sementara Zain harus menuruti apa yang diinginkan oleh lelaki itu. Ia tak ingin, pria gila itu menyakiti Aurel.Setelah yakin, semua polisi melepas senjatanya, Reno mulai melangkahkan kakinya dan memaksa Aurel untuk mengikutinya.Zain dan kedua anggota polisi yang bersamanya, memberi jalan pada Reno dan waspada. Mereka tak boleh gegabah dan berujung menyakiti Aurel.Tiba saat Reno akan melewat
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, terlihat beberapa penjaga mulai bergantian untuk menjaga rumah itu.Daniel, Zain dan Abi, bersiap untuk menyelinap masuk. Mereka dibantu oleh beberapa polisi. Mereka harus berhati-hati, karena bisa saja Reno melakukan hal yang nekat.Daniel juga menyuruh seseorang untuk menjadi salah satu pelayan di dalam rumah itu. Dari dia lah, mereka tahu keadaan Aurel sekarang."Kopinya datang," ucap pelayan itu mengantarkan kopi untuk penjaga yang berada di luar."Wah, untung kau datang membawa kopi, jadi hilang ngantuk ku!" ucap salah satu dari mereka."Tentu, aku tahu apa yang kalian butuhkan! selamat menikmati." Ucapnya lalu segera meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menikmati kopi buatan nya.Rani, orang salah satu teman Daniel yang menyamar untuk menjadi pelayan di rumah Aurel.Ia melihat sekeliling, semua penjaga dan pelayan sudah ia beri obat tidur. Sudah dipastikan, sekarang mereka tengah terlelap efek dari obat yang dia berikan.Sekarang, tingg
Aurel memandangi beberapa menu yang terhidang di atas meja. Hampir seluruh menu, adalah kesukaan nya.Tetapi, tak membuatnya bernafsu untuk memakan nya. Bagaiman bisa ia bernafsu, sementara ia terkurung di dalam rumah yang dulu pernah ia tempati.Tadi, sempat ia ingin kabur, tetapi Reno menyiapkan penjagaan yang begitu ketat sehingga membuatnya tak bisa berkutik."Ayo makanlah, bukankah ini menu kesukaan mu?" Reno memecah keheningan."Mas, hentikan kegilaan ini! bukankah, dulu yang menginginkan kita berpisah itu kamu Mas? dan aku sudah menuruti mu, jadi hentikan semua ini dan biarkan aku hidup tenang dengan keluarga baruku!" pinta Aurel dengan nada memohon.Berharap lelaki yang ada di hadapan nya ini terketuk hatinya dan menghentikan semua kegilaan yang sudah ia ciptakan."Makanlah, ingat! kau sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi yang cukup!" Reno lebih memilih mengabaikan ucapan Aurel dan mengambilkan makanan untuk Aurel. Ia begitu kesal, karena Aurel masih bersikukuh dengan pen
Zain dan Aurel keluar dari ruangan periksa, ada raut bahagia tercetak di wajah mereka. Zain merengkuh pundak Aurel dan membawa duduk di sebuah kursi."Aku tak menyangka, ada dua anak kita!" celetuk Zain sembari menatap hasil USG yang dipegang Aurel.Aurel mengangguk, membenarkan ucapan sang suami. Ya, dokter bilang anak mereka kembar. Hal itu, membuat Aurel semakin bahagia.Karena menurutnya, ini adalah anugrah yang paling indah dalam hidupnya. Ia tak menyangka, jika akan kembali memiliki anak kembar.Kali ini, dia akan lebih berusaha dengan keras untuk menjaga dan merawat calon anaknya sampai mereka lahir dengan selamat.Ia tak ingin kejadian di masa lalu terulang lagi. Jadi, kali ini dia akan lebih ekstra menjaga kedua anaknya."Kau bahagia Mas?" tanya Aurel menatap lekat sang suami. Ia takut, Zain tidak bahagia! pikiran buruk mulai merasuki otak kecilnya."Tentu saja aku bahagia Sayang, jangan samakan aku dengan lelaki itu! lupakan masa lalu dan kita akan mulai lembaran baru dengan
Zain hanya sebentar menatap pada lelaki yang menyandang sebagai mantan suami istrinya itu, lalu mengalihkan tatapan nya pada Aurel.Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aurel saat bertatapan langsung dengan mantan suaminya ini. Karena jika Aurel ingin sembuh, Aurel harus bisa melawan rasa takut itu sendiri dengan cara berhadapan langsung dengan Reno.Zain bisa melihat tubuh Aurel bergetar karena ketakutan dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Zain meraih tangan Aurel dan menggenggam tangan nya dengan sangat erat. Aurel menatap pada genggaman tangan suaminya dan menatap wajah teduh Zain.Lalaki itu seolah memberinya kekuatan dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aurel membalas senyuman Zain tak kalah manis.Ia memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa takutnya. Ia mengambil nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan.Dirasa cukup tenang, Aurel membuka matanya dan menatap wajah Reno yang menyunggingkan senyum kepadanya."Aurel, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi!" Reno
Zain perlahan meletakkan tubuh mungil Aurel di atas ranjang mereka. Suami Aurel itu memutuskan untuk membawa nya pulang ke apartemen nya.Selema perjalanan, Aurel hanya diam saja sembari menatap kosong keluar jendela. Zain tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya ini.Bahkan, sekarang istrinya itu masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Dibelainya lembut rambut Aurel dan diciumnya kening sang istri.Sungguh, melihat Aurel seperti ini membuat hatinya sakit. Ia yakin, luka itu terlalu dalam sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini."Sayang, bicaralah sesuatu! jangan membuatku kawatir! atau mau aku panggilkan dokter?" Zain berusaha mengajak bicara dengan Aurel.Namun, Aurel masih diam membisu tak merespon pertanyaan nya. Membuat Zain semakin kawatir.Zain melepas genggaman tangan nya dan ingin beranjak menelpon dokter, karena dia takut terjadi sesuatu pada sang istri."Tolong jangan pergi, temani aku!" Aurel mengeratkan genggaman nya membuat Zain urung melangk
Zain dan Aurel sampai lebih dulu di restauran milik Abi. Namun, lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya."Eh, Aurel, nunggu Abi ya?" tanya Gita yang baru saja keluar dari arah dapur dan mendapati Aurel dan seorang pria.Ia yakin itu adalah suami adik bosnya ini. Ia tersenyum ramah pada lelaki yang baru ia temui ini."Iya Kak, kok Abi telat datangnya ya? padahal dia yang nyuruh aku buat datang!" jawab Aurel sedikit kesal."Mungkin kena macet! tunggu saja di ruangan nya, aku akan membuatkan minuman dan mengantarkan nya kesana!" "Gak usah Kak, aku tunggu di sini saja!" tolak Aurel."Ya sudah kalau begitu, aku ambilkan minum dulu atau kalian mau sarapan?""Minum saja Kak, kami sudah sarapan tadi!" Gita mengangguk dan kembali ke dapur untuk membuatkan minum adik dan dan adik ipar bosnya ini.Tak berselang lama Gita masuk ke dapur, Abi datang dan menyapa mereka berdua. Abi tersenyum menatap sang adik dan memeluknya."Jadi bagaimana? kalian udah balikan?" tanya Abi to the poin.
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini