Beberapa saat kemudian Lucas menyadari pintu ruang UGD itu terbuka dan keluarlah seorang dokter dan beberapa susternya dari dalam. Lucas segera bangkit dari kursinya lalu mencegat sang dokter. "Bagaimana Dok keadaan istri saya?" tanya Lucas cemas. Dokter itu memasang raut wajah memendam kesedihan. Ia menggeleng."Dengan sangat berat hati saya harus memberitahu kalau anak anda... tidak selamat." ucap sang dokter. Lucas menahan pilu dan sesak yang meluap secara bersamaan. Ia berkaca-kaca menahan rasa kecewa yang begitu berat. "Ah.. Al.. Bayi kita... Astaga... " isak Lucas merasa sangat sedih hingga bahunya menyentuh dinding. Air matanya jatuh berguguran.Malam harinya Andrew masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan ada Rachel disana yang sedang berada di meja makan dengan beberapa hidangan makan malam. "Nah kebetulan udah datang. Kok telat Mas pulangnya?" tanya Rachel seraya menyiuk nasinya.Andrew berjalan mendekat, melonggarkan dasinya dan taruh tasnya ke sofa. "Iya tadi lagi banyak projec
Kebenciannya semakin menjadi pada satu sosok disampingnya itu.Tiba-tiba Albert mendapat telepon dari Lucas. "Halo?" Mendadak pupil mata Albert melebar ketika mendengar kabar yang diterimanya dari Lucas. "Bu Alika, kecelakaan?!"Seketika Risha, Melati dan Rani saling terkejut saat mendengar kabar yang diucap ulang oleh Albert itu."Baik, saya segera kesana sekarang." ucap Albert. Risha dan kedua temannya itu tampak menunggu kejelasan dari Albert setelah menutup telepon tersebut."Bu Alika kecelakaan Pak? Bukannya Bu Alika lagi hamil ya Pak?" tanya Risha."Iya, saat ini sedang berada di rumah sakit. Kenapa? Anda mau ikut?" ucap Albert bertanya balik. Risha langsung menolak. "Enggak Pak, makasih. Saya banyak kerjaan." ucap Risha merasa ogah harus berduaan dengan Albert.Albert segera mengakhiri makannya lalu beranjak mengembalikan tempat makan itu ke petugas kantin. Ia pergi dari sana.Beberapa menit yang lalu.Angela dan Yudistira sedang makan siang di sebuah restoran. "Eh mau ada reu
"K-kamu sudah siuman Al? Syukurlah ya Tuhan." ucap Lucas merasa sangat lega."Kenapa perutku mengecil Lucas? Apa yang terjadi? Dimana bayinya?" tanya Alika bertubi-tubi. "Jangan bilang bayiku.. Lucas... bayiku..." ucap Alika mulai panik.Lucas yang semula merasa lega dan tenang kini kembali merasa sedih dan kecewa. Raut wajahnya seakan berbicara atas hal ini."Bayi kita ada di ruangan terpisah. Kamu masih belum boleh menemuinya." ucap Lucas tersenyum lirih. Bodoh sekali, kenapa jadinya malah berbohong? Lucas hanya tidak ingin Alika langsung merasa sedih atas ini. Ia khawatir jika Alika kembali tidak sadar setelah menerima kabar menyakitkan tentang bayi mungil yang seharusnya lahir ke dunia satu bulan lagi."Ah syukurlah, aku kira kenapa. Aku tidak sabar mau melihat bayi mungil kita. Tapi kan satu bulan lagi ya harusnya? Apa terjadi sesuatu denganku kemarin? Apakah aku mengalami kontraksi atau semacamnya Lucas?" tanya Alika penasaran. Lucas masih tersenyum lirih, ia mengangguk. "Iya
"I-iya. Aamin." jawab Lucas tersenyum.Entah apa yang akan istrinya ini respon besok ketika mengetahui jika dirinya telah berbohong pada Alika, kalau sebenarnya anak keduanya itu sudah... tiada.Apakah Alika masih akan tetap menganggapnya sebagai suami yang baik, atau justru kecewa... atas kebohongan yang telah ia ciptakan sendiri. Terlepas dari kesenangan dan harapannya yang dipegang malam ini. Esok paginya di kantor Alika's group.Risha sedang sibuk menyusun jadwal pertemuan dengan klien. Yang akan bertemu dengan klien dari perusahaan A adalah Albert. Itulah alasan kenapa Risha terburu-buru melaksanakan tugasnya ini karena Albert sejak tadi terus mencecarnya agar menyelesaikan tugasnya dengan cepat.Sudah dua kali Albert bolak-balik ke ruangan Risha menagih jadwal tersebut. Hingga yang kedua kalinya Risha pun segera berkata. "Pak, apa Bapak enggak capek bolak-balik terus kesini? Nanti saya juga ke ruangan Bapak kok kalau sudah selesai." ucap Risha."Saya sengaja melakukan hal se
"Tenang aja Pak semua beres deh pokoknya. Dia katanya mau teken kontrak secepatnya." ucap Risha.Albert terkejut, ia merasa senang dengan hal itu. "Yang benar? Syukurlah, ini semua berkat kerja kerasmu. Setelah ini saya akan mentraktir kamu." ucap Albert."Eh? Enggak usah Pak. Enggak perlu." ucap Risha sok tidak butuh padahal didalam hati berkata. "Enggak perlu ditraktir tapi lebihin aja gaji saya Pak." batinnya."Oh iya flashdisknya mana? Saya mau cepat-cepat pulang setelah ini." tagih Albert. "Oh, bentar." ucap Risha yang langsung merogoh saku jasnya. Akan tetapi dirinya tidak menemukan di kedua saku baju jasnya. "Mati gue.. perasaan flashdisknya gue taruh di saku deh. Kok enggak ada sih?! HUWA GIMANA INI!" batin Risha yang langsung kelimpungan mencari entah di tas atau saku celana maupun bajunya. Tetap tidak ada. Albert menatap datar melihat Risha yang tampak panik hingga keringat bercucuran memenuhi satu ember. Albert sangat menduga jika flashdisk tersebut hilang. "Sepertinya
Dokter itu pun merasa terancam dan takut. Apalagi ia juga tahu jika Lucas adalah anak dari pengusaha besar yang namanya terkenal di luar negeri sana. Ia pun segera berlutut dihadapan Lucas saat itu juga. "Ampun, saya mohon maafkan saya. Saya hanya disuruh oleh wanita itu. Saya tidak ada maksud lain, saya cuma disuruh olehnya dengan diiming-imingi uang senilai 10 juta kalau saya merahasiakan ini semua dari kalian. Saya mohon maafkan saya. Tolong jangan masukkan saya ke penjara." ucap dokter tersebut memelas. Lucas dan Alika saling menatap. Kemudian Lucas berkata. "Siapa wanita itu?" tanyanya."Anak kedua dari keluarga Handoko, namanya Rachel." ucap dokter itu. Alika benar-benar tidak menyangka, jadi semua penuduhan terhadap Rachel ternyata benar!Alika sekarang tidak percaya lagi dengan Rachel, dia benar-benar lelah mempercayai wanita semacam Rachel!"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini? Melabrak Rachel lagi?" tanya Alika pada Lucas."Jangan, kita kumpulkan dulu buktinya bar
Malam harinya Risha sedang rebahan di atas kasurnya. Ia kembali teringat dengan perkataan Albert tadi siang yang meminta pertanggung jawabannya atas menghilangnya flashdisk kantor. Padahal flashdisk itu berisi project untuk perusahaan A. Tiap kali mengingatnya bahkan membuat Risha pusing dan berakhir mengacak rambutnya. "Bego banget sih gue! Agh! Kenapa mesti hilang coba. Gue kan jadi harus berurusan mulu sama tuh kutu biang." ucap Risha frustasi."Gue harus ikut ke Bandung lagi besok. Malesin bangat akh! Yang tadinya gue udah uncang-uncang kaki ngeliat Pak Albert mau pergi, udah ngucapin goodbye sama dia lewat mimpi eh sekarang malah suruh ikut. Kapan coba gue bisa keluar dari cengkraman Albert einstein itu." keluh Risha.Bahkan kini muncul sebuah pesan chat dari Albert yang isinya. "Jangan begadang, karena itu akan membuat saya repot. Jika pada akhirnya anda membuat saya repot, dengan sangat terpaksa anda tidak digaji." itu isi chatnya dan tak lain membuat Risha menghela nafas. Y
"Duh, siapa sih yang ngikutin kamu. Atau enggak besok-besok kamu sewa bodyguard aja." ucap Alika. "Iya sepertinya saya harus menyewa bodyguard." ucap Lucas setuju dengan perkataannya. "Kira-kira siapa ya yang mengejar kamu itu? Ah! Apa jangan-jangan itu Andrew?!" tanya Alika tidak percaya."Saya gak tahu. Mungkin iya." ucap Lucas."Tuh kan benar. Dia pasti masih tidak terima Rachel dipenjara dan kejadian tadi yang menyebabkannya babak belur seperti itu. Dia pasti berniat membalas dendam sama kamu." ucap Alika. "Iya benar. Kemungkinan besar begitu. Saya juga memang memiliki firasat kalau ini semua ulah Andrew." ucap Lucas."Lalu apakah kita harus memanggil polisi kembali untuk melaporkan kejadian ini?" tanya Alika."Jangan dulu, kita cari buktinya dulu. Nanti saya akan menyewa orang suruhan untuk menyelidiki Andrew, untuk memastikan apakah dirinya benar-benar pelaku ini atau bukan." ucap Lucas. "Yasudah kalau begitu. Oh iya, kamu sudah makan?" tanya Alika."Belum." ucap Lucas."Loh