"Entahlah. Kayaknya dari teman Mbak atau dari sosial media Mbak." ucap Alika."Kok mereka seberani itu ya kesini? Padahal sejak awal selalu ngajakin perang." ucap Angela"Sudahlah, dia sepertinya sudah berubah. Tadi minta maaf sama kami." ucap Alika."Minta maaf? Mereka?! Sukar dipercaya." ucap Angela tidak percaya dan dibuat terheran dengan pernyataan itu. Tertawa mentah.Malam harinya Alika yang siap untuk memejamkan kedua matanya untuk tidur, tiba-tiba mendengar suara ponsel berbunyi, termyata ada chat dan yang lebih mengejutkan lagi adalah chat itu dari... Rachel!Mau apa ya dia?Alika membaca isinya. "Hai Al, mau enggak kita ketemuan besok? Aku ingin mengajak kamu ke kafe. Kita ngobrol bareng, ada sesuatu yang ingin aku berikan ke kamu." ucap Rachel. Alika terkejut. Wah sepertinya Rachel sudah benar-benar berubah sekarang. Alika jadi penasaran hal apa yang menyebabkan Rachel bisa berubah seperti ini. Alika pun segera menjawab. "Tentu, kafe mana?" balas Alika.Sembari menunggu ba
Beberapa saat kemudian Lucas menyadari pintu ruang UGD itu terbuka dan keluarlah seorang dokter dan beberapa susternya dari dalam. Lucas segera bangkit dari kursinya lalu mencegat sang dokter. "Bagaimana Dok keadaan istri saya?" tanya Lucas cemas. Dokter itu memasang raut wajah memendam kesedihan. Ia menggeleng."Dengan sangat berat hati saya harus memberitahu kalau anak anda... tidak selamat." ucap sang dokter. Lucas menahan pilu dan sesak yang meluap secara bersamaan. Ia berkaca-kaca menahan rasa kecewa yang begitu berat. "Ah.. Al.. Bayi kita... Astaga... " isak Lucas merasa sangat sedih hingga bahunya menyentuh dinding. Air matanya jatuh berguguran.Malam harinya Andrew masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan ada Rachel disana yang sedang berada di meja makan dengan beberapa hidangan makan malam. "Nah kebetulan udah datang. Kok telat Mas pulangnya?" tanya Rachel seraya menyiuk nasinya.Andrew berjalan mendekat, melonggarkan dasinya dan taruh tasnya ke sofa. "Iya tadi lagi banyak projec
Kebenciannya semakin menjadi pada satu sosok disampingnya itu.Tiba-tiba Albert mendapat telepon dari Lucas. "Halo?" Mendadak pupil mata Albert melebar ketika mendengar kabar yang diterimanya dari Lucas. "Bu Alika, kecelakaan?!"Seketika Risha, Melati dan Rani saling terkejut saat mendengar kabar yang diucap ulang oleh Albert itu."Baik, saya segera kesana sekarang." ucap Albert. Risha dan kedua temannya itu tampak menunggu kejelasan dari Albert setelah menutup telepon tersebut."Bu Alika kecelakaan Pak? Bukannya Bu Alika lagi hamil ya Pak?" tanya Risha."Iya, saat ini sedang berada di rumah sakit. Kenapa? Anda mau ikut?" ucap Albert bertanya balik. Risha langsung menolak. "Enggak Pak, makasih. Saya banyak kerjaan." ucap Risha merasa ogah harus berduaan dengan Albert.Albert segera mengakhiri makannya lalu beranjak mengembalikan tempat makan itu ke petugas kantin. Ia pergi dari sana.Beberapa menit yang lalu.Angela dan Yudistira sedang makan siang di sebuah restoran. "Eh mau ada reu
"K-kamu sudah siuman Al? Syukurlah ya Tuhan." ucap Lucas merasa sangat lega."Kenapa perutku mengecil Lucas? Apa yang terjadi? Dimana bayinya?" tanya Alika bertubi-tubi. "Jangan bilang bayiku.. Lucas... bayiku..." ucap Alika mulai panik.Lucas yang semula merasa lega dan tenang kini kembali merasa sedih dan kecewa. Raut wajahnya seakan berbicara atas hal ini."Bayi kita ada di ruangan terpisah. Kamu masih belum boleh menemuinya." ucap Lucas tersenyum lirih. Bodoh sekali, kenapa jadinya malah berbohong? Lucas hanya tidak ingin Alika langsung merasa sedih atas ini. Ia khawatir jika Alika kembali tidak sadar setelah menerima kabar menyakitkan tentang bayi mungil yang seharusnya lahir ke dunia satu bulan lagi."Ah syukurlah, aku kira kenapa. Aku tidak sabar mau melihat bayi mungil kita. Tapi kan satu bulan lagi ya harusnya? Apa terjadi sesuatu denganku kemarin? Apakah aku mengalami kontraksi atau semacamnya Lucas?" tanya Alika penasaran. Lucas masih tersenyum lirih, ia mengangguk. "Iya
"I-iya. Aamin." jawab Lucas tersenyum.Entah apa yang akan istrinya ini respon besok ketika mengetahui jika dirinya telah berbohong pada Alika, kalau sebenarnya anak keduanya itu sudah... tiada.Apakah Alika masih akan tetap menganggapnya sebagai suami yang baik, atau justru kecewa... atas kebohongan yang telah ia ciptakan sendiri. Terlepas dari kesenangan dan harapannya yang dipegang malam ini. Esok paginya di kantor Alika's group.Risha sedang sibuk menyusun jadwal pertemuan dengan klien. Yang akan bertemu dengan klien dari perusahaan A adalah Albert. Itulah alasan kenapa Risha terburu-buru melaksanakan tugasnya ini karena Albert sejak tadi terus mencecarnya agar menyelesaikan tugasnya dengan cepat.Sudah dua kali Albert bolak-balik ke ruangan Risha menagih jadwal tersebut. Hingga yang kedua kalinya Risha pun segera berkata. "Pak, apa Bapak enggak capek bolak-balik terus kesini? Nanti saya juga ke ruangan Bapak kok kalau sudah selesai." ucap Risha."Saya sengaja melakukan hal se
"Tenang aja Pak semua beres deh pokoknya. Dia katanya mau teken kontrak secepatnya." ucap Risha.Albert terkejut, ia merasa senang dengan hal itu. "Yang benar? Syukurlah, ini semua berkat kerja kerasmu. Setelah ini saya akan mentraktir kamu." ucap Albert."Eh? Enggak usah Pak. Enggak perlu." ucap Risha sok tidak butuh padahal didalam hati berkata. "Enggak perlu ditraktir tapi lebihin aja gaji saya Pak." batinnya."Oh iya flashdisknya mana? Saya mau cepat-cepat pulang setelah ini." tagih Albert. "Oh, bentar." ucap Risha yang langsung merogoh saku jasnya. Akan tetapi dirinya tidak menemukan di kedua saku baju jasnya. "Mati gue.. perasaan flashdisknya gue taruh di saku deh. Kok enggak ada sih?! HUWA GIMANA INI!" batin Risha yang langsung kelimpungan mencari entah di tas atau saku celana maupun bajunya. Tetap tidak ada. Albert menatap datar melihat Risha yang tampak panik hingga keringat bercucuran memenuhi satu ember. Albert sangat menduga jika flashdisk tersebut hilang. "Sepertinya
Dokter itu pun merasa terancam dan takut. Apalagi ia juga tahu jika Lucas adalah anak dari pengusaha besar yang namanya terkenal di luar negeri sana. Ia pun segera berlutut dihadapan Lucas saat itu juga. "Ampun, saya mohon maafkan saya. Saya hanya disuruh oleh wanita itu. Saya tidak ada maksud lain, saya cuma disuruh olehnya dengan diiming-imingi uang senilai 10 juta kalau saya merahasiakan ini semua dari kalian. Saya mohon maafkan saya. Tolong jangan masukkan saya ke penjara." ucap dokter tersebut memelas. Lucas dan Alika saling menatap. Kemudian Lucas berkata. "Siapa wanita itu?" tanyanya."Anak kedua dari keluarga Handoko, namanya Rachel." ucap dokter itu. Alika benar-benar tidak menyangka, jadi semua penuduhan terhadap Rachel ternyata benar!Alika sekarang tidak percaya lagi dengan Rachel, dia benar-benar lelah mempercayai wanita semacam Rachel!"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini? Melabrak Rachel lagi?" tanya Alika pada Lucas."Jangan, kita kumpulkan dulu buktinya bar
Malam harinya Risha sedang rebahan di atas kasurnya. Ia kembali teringat dengan perkataan Albert tadi siang yang meminta pertanggung jawabannya atas menghilangnya flashdisk kantor. Padahal flashdisk itu berisi project untuk perusahaan A. Tiap kali mengingatnya bahkan membuat Risha pusing dan berakhir mengacak rambutnya. "Bego banget sih gue! Agh! Kenapa mesti hilang coba. Gue kan jadi harus berurusan mulu sama tuh kutu biang." ucap Risha frustasi."Gue harus ikut ke Bandung lagi besok. Malesin bangat akh! Yang tadinya gue udah uncang-uncang kaki ngeliat Pak Albert mau pergi, udah ngucapin goodbye sama dia lewat mimpi eh sekarang malah suruh ikut. Kapan coba gue bisa keluar dari cengkraman Albert einstein itu." keluh Risha.Bahkan kini muncul sebuah pesan chat dari Albert yang isinya. "Jangan begadang, karena itu akan membuat saya repot. Jika pada akhirnya anda membuat saya repot, dengan sangat terpaksa anda tidak digaji." itu isi chatnya dan tak lain membuat Risha menghela nafas. Y
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper
"O-oh gitu. Iya, Pak." ucap Kinanti.Alika menyuap sayur pada Shanice akan tetapi Shanice langsung memuntahkan sayur itu ke lantai. "Ya ampun kenapa dimuntahin sih Nak? Kamu enggak liat Bi Inem udah masuk ke kamar mau tidur?" tanya Alika."Enggak enak." ucap Shanice."Sayur itu enak Nak, bikin kamu sehat. Katanya mau tambah tinggi? Ya makan sayur." ucap Alika yang langsung memunguti sayurnya dengan tisu. Alika merasa jika dirinya terus dilihati oleh Kinanti. "S-saya ambil alat pel sebentar." ucap Kinanti mengalihkan dengan cepat. Ia kabur detik itu juga meski Alika tampak menolak. "Tunggu, Kinan! Biar saya aja. Udah kabur lagi." ucap Alika."Mau makan sayur disuapin sama Papa ya Nis?" tanya Lucas.Shanice menggeleng. "Udah deh kalau enggak mau makan sayur, makan lauknya aja ya Nis?" tanya Lucas.Shanice mengangguk senang. Alika menghela nafas lalu berkata. "Itu memang maunya dia." ucap Alika. Lucas tertawa kecil.Kinanti segera mendekati mereka dengan membawa alat pel lalu ia gos
Apa sebenarnya yang mereka bicarakan saat ini? Entah kenapa Alika jadi begitu penasaran dengan hal itu. Risha terus melihat ke depan kaca mobil yang ada dihadapannya, hujan yang lebat membuat kacanya buram meski diluruhkan berkali-kali dengan wiper. "Rumah kamu dimana?" tanya Albert."Eh? Di villa mutiara harapan satu, dekat bekasi kota." ucap Risha. Albert langsung mengetik di ponselnya meski sulit karena keadaan sedang menyetir. Hingga akhirnya Risha pun mengambil alih ponselnya dan bantu ketik. "Bahaya kalo megang hape sambil nyetir." ucapnya seraya terus mengetik. Albert tersenyum tipis. Setidaknya kesadarannya itu cukup menyelamatkannya.Setelah beberapa saat Risha pun selesai mengutak-atik ponselnya hingga pada akhirnya ponsel dengan mode map menyala itu ditempelkan ke tempatnya disebelah kanan setir. "Bapak yakin mau nganter saya sampai rumah?" tanya Risha."Memangnya hal apa yang membuat saya tidak yakin?" tanya Albert."Eh, enggak sih. Ngerasa tumben aja.""Saya hanya ya
"Iya, entah ya. Apakah ini cuma alasan mereka untuk membela diri tidak mau ikut terlibat atau bagaimana. Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan mereka. Selepas aku dikhianati oleh Rachel beberapa waktu lalu hingga akhirnya bayiku meninggal di tangannya." ucap Alika."Iya sih ya. Mencurigakan juga kalau tiba-tiba mereka ada di pihak kita. Mungkin memang benar kalau Rachel hanya sekedar membela diri aja, karena enggak mau dikatakan salah bahkan sampai masuk penjara bersama Michael." ucap Ratna. Alika mengiyakannya. Sore ini hujan turun lebat. Sudah waktunya pulang kerja. Banyak orang yang mau pulang jadi mengurungkan niatnya dikarenakan terjebak hujan. Alhasil mereka pun jadi saling menunggu didepan kantor atau salah satu dari mereka ada yang menerabas jalan hingga ke tempat parkiran. Albert ikut menunggu didepan kantor bersama banyak orang. Beberapa orang tampak menyapa Albert hormat. Disaat yang sama Risha juga keluar dari dalam kantor dengan membawa tasnya, kedua kakinya tiba-