"Kepala Sekolah Linho, kamu datang tepat waktu. Aku nggak akan menulis surat pengunduran diri apa pun. Aku akan langsung mengundurkan diri secara lisan."Sanio melihat Linho, lalu berkata kepadanya, di matanya ada sedikit keengganan tersembunyi.Lagipula, dia juga sudah bertugas di Sekolah Didik Kasih selama beberapa tahun, jadi kalau bilang dia tidak punya perasaan, itu tidak mungkin."Hah? Mengundurkan diri?"Linho tercengang.Peran Sanio di Sekolah Didik Kasih tidak tergantikan. Selama ada dia, itu berarti sudah menetapkan tolok ukur untuk Sekolah Didik Kasih dan dia juga merupakan totem spiritual dari Sekolah Didik Kasih!"Profesor Sanio, apakah ada sesuatu yang nggak kami lakukan dengan baik? Kami akan segera mengubahnya!"Linho bingung dan segera bertanya.Sanio menggelengkan kepalanya sambil menghela napas."Kepala Sekolah Linho, terima kasih atas perhatianmu, aku sangat bahagia di Sekolah Didik Kasih beberapa tahun terakhir ini. Karena Pak Abi nggak mengizinkan Tuan Dean bergab
Namun, Deon tetap acuh tak acuh, mendorong Abi dengan kakinya."Ini salahmu sendiri, nggak boleh hidup."Dia berkata dengan nada dingin.Segera, Abi dibawa pergi oleh petugas penegak hukum."Tuan Dean ...."Linho menggosok tangannya sambil memandang Deon dengan ekspresi menyanjung.Jika ada kenalannya yang melihat tampilan ini, mereka akan terkejut.Linho adalah orang hebat di bidang pendidikan.Bahkan saat dia tiba di Departemen Pendidikan, dia adalah tamu dari para eksekutif senior. Jika dia mengemukakan saran di bidang pendidikan, para pekerja di industri pendidikan seluruh negeri harus mendengarkannya!"Panggil saja aku Dean."Wajah Deon terlihat lebih baik, dia mengangguk ke arah Linho.Linho menghela napas lega.Dilihat dari sikapnya, masih ada peluang untuk direkrut ke Sekolah Didik Kasih."Kalau begitu aku akan memanggilmu pak guru Dean.""Pak guru Dean, ini hanya sebuah kesalahpahaman kecil. Lihatlah, kesalahpahaman itu sudah terselesaikan sekarang. Sekolah Didik Kasih kami de
Linho sangat gembira dan segera meminta Dean menandatangani kontrak kerja.Deon tidak perlu menyebutkan persyaratan material, Linho langsung memenuhi semuanya!Vila keluarga tunggal yang terletak di Jalan Lingkar Kedua Kota Risan, mobil Maybach s680, dan tempat tinggal terdaftar di Kota Risan!Deon tidak menolak, karena itu semua di bawah nama Dean.Selain itu, karena dia memiliki tempat tinggal terdaftar di luar negeri, Dean langsung menyelesaikan tempat tinggal terdaftar di Kota Risan, agar lebih gampang mengurus pekerjaan.Setelah menolak lamaran jamuan Linho, Deon dan Sanio berjalan melewati kampus."Tuan Dean, kamu ... kamu nggak boleh bertaruh dengan Kepala Sekolah Linho."Sanio hendak berbicara tetapi berhenti."Kenapa, kamu juga nggak percaya padaku?"Deon meliriknya sambil berkata."Ugh ...."Sanio merasa sedikit canggung.Namun sebenarnya bisa penelitian ilmiah yang baik, belum tentu bisa mengajar dan mendidik orang.Apalagi siswa sekolah menengah tidak membutuhkan ilmu-ilmu
Alasan mengapa mereka tidak ingin Deon menjadi wali kelas Kelas C bukan karena takut Deon akan memenangkan taruhan, melainkan karena takut nyawa Deon berada dalam bahaya.Pada saat yang sama.Kabar kedatangan kepala pengajaran dan penelitian baru di Didik Kasih juga menyebabkan kegemparan di sekolah tersebut."Bukankah ini nggak masuk akal!? Pak Regi telah bekerja dengan baik selama bertahun-tahun, terus diganti begitu saja?""Ditambah lagi yang menggantikannya adalah seorang bocah nakal. Apa yang dia ketahui tentang pengajaran dan penelitian?""Ini namanya kacang lupa pada kulitnya!"Tiga profesor tua berkumpul di kantor sambil memukul meja dengan marah."Ayo pergi dan temui bocah itu!"Ketiga profesor tua itu bergegas berjalan menuju kantor kepala pengajaran dan penelitian.Deon telah pindah ke kantor kepala pengajaran dan penelitian dan sedang mempelajari kemajuan pengajaran di sekolah.Sekolah ini memang SMA nomor satu di negara ini.Di tahun pertama SMP, mereka telah mempelajari s
"A ... aku cuma bisa menjawab yang pertama dalam sepuluh pertanyaan! Pak Warno, berapa banyak yang bisa kamu jawab?"Seorang guru pria paruh baya yang mengenakan kacamata berbingkai emas bertanya kepada orang di sampingnya dengan suara rendah."Pak Sean, kamu sendiri cuma bisa menjawab satu, terus apa gunanya aku memberitahumu? Aku nggak bisa menjawab satu pun!"Pak Warno berkata sambil tersenyum pahit.Pak Sean ini adalah salah satu dari sepuluh guru berprestasi tahun ini dan satu-satunya guru kimia di antara sepuluh guru berprestasi di negara ini.Sampai batas tertentu, bisa dikatakan kalau dia adalah guru kimia terbaik di Negara Lordia."Semoga bocah nakal ini bisa mundur. Reputasi Didik Kasih terlalu besar dan bukanlah sesuatu yang bisa dia gapai."Pak Sean menggelengkan kepala dan raut wajahnya penuh dengan penghinaan terhadap Deon."Inikah level ketua kelompok pengajaran dan penelitian kimia di Didik Kasih?"Akan tetapi setelah mendengarkan sepuluh pertanyaan ini, bibir Deon mele
Sudut bibir Deon agak terangkat.Dia menghapus langkah-langkah untuk menyelesaikan pertanyaan di papan tulis dan menuliskan sepuluh pertanyaan tanpa jeda."Nggak cuma Profesor Charlie, tapi kalau semua guru yang hadir bisa menyelesaikan salah satu pertanyaan ini, aku akan langsung mengundurkan diri sebagai kepala pengajaran dan penelitian!"Deon meletakkan kapur dan berkata dengan bangga.Sontak seluruh guru kimia yang hadir sangat marah.Mereka adalah guru kimia terbaik di negeri ini.Mereka diremehkan oleh seorang anak muda.Semua guru kimia berkumpul di depan papan tulis dan mereka pasti akan menjawab sepuluh pertanyaan ini tanpa ragu.Akan tetapi, mereka langsung tertegun di tempat.Sepuluh soal ini memang merupakan ruang lingkup ilmu kimia SMA.Akan tetapi, mereka tidak tahu.Waktu berlalu menit demi menit.Akhirnya suara Profesor Sean yang agak kewalahan terdengar."Kami kalah."Profesor Sean agak kecewa dan berbalik untuk pergi."Aku akan maju untuk mengujimu!"Ketua kelompok pe
Yang diserahkan Linho kepada Deon adalah Kelas 37 SMA, satu-satunya Kelas C di tahun ketiga SMA.Begitu berjalan ke koridor, Deon mendengar suara berisik.Harus diketahui kalau sekarang adalah waktunya kelas.Deon mengerutkan kening dan berjalan keluar ruangan Kelas 37.Semua jendelanya ditutupi kertas dinding hitam, sehingga mustahil untuk melihat apa yang terjadi di dalam.Deon berjalan ke pintu dan memutar kenop.Tidak bisa diputar.Dia mengetuk pintu.Kebisingan di dalam masih ada dan tidak ada yang membukakan pintu untuknya untuk waktu yang lama.Deon menendang pintu hingga terbuka.Saat melihat adegan di dalam, Deon agak terkejut meski sudah terbiasa dengan adegan besar.Di ruang kelas.Seorang guru dengan setelan jas memiliki selotip yang melilit tubuhnya dan diikat ke kursi.Pakaian di tubuhnya compang-camping dan banyak kancingnya yang hilang.Seorang siswa naik ke panggung sambil memegang air mineral dan menuangkannya ke kepala guru.Seorang siswa memegang cambuk dan memukul
Deon mengangkat alisnya."Siapa lagi yang mau ikut?"Para siswa berdiri satu per satu.Deon berbalik."Satu, dua, tiga, patung!"Deon berbalik dan semua siswa tidak bergerak.Akan tetapi, pistol sudah ada di tangan pemuda tampan itu.Tangannya yang lain memegang peluru.Tatapan Deon menyapunya dengan tenang."Satu, dua, tiga, patung!"Saat Deon berbalik lagi, peluru sudah dimasukkan ke dalam pistolnya, tetapi dia belum sempat mematikan pengamannya."Satu, dua, tiga, patung!"Kali ini siswa itu membuka pengaman dan meletakkan jarinya di pelatuk."Satu, dua, tiga, patung!"Deon berbalik.Semua siswa menatapnya dengan angkuh.Pistol di tangan siswa itu diarahkan ke jantung Deon.Sudut bibirnya melengkung dan dia berkata, "Dor!"Lalu pelatuknya ditarik.Peluru itu ditembakkan ke arah jantung Deon.Deon tidak bergerak seolah ketakutan."Hahaha!"Para siswa tertawa dengan senyuman mengerikan di wajah mereka.Tepat saat peluru hendak menembus jantung Deon.Dia meraih peluru itu dengan tangann