"Dua ratusan orang dari Klub Meranda sudah kubunuh. Aku nggak bisa bunuh anak dari adipati?"Deon tetap memberi perintah, "Aldy, kamu atur!""Baik." Aldy menggotong Adam ke lantai atas.Suzie bergegas berlari ke sana dan berseru, "Gila! Apa kalian sudah gila?""Dia sudah disiksa sampai sekarat! Kalau dibebaskan, dia nggak akan hidup seberapa lama lagi. Buat apa harus dibunuh sekarang?""Lebih baik bebaskan dia. Dengan adanya bukti rekaman suara dan video, Keluarga Riyanto nggak bisa mengelak. Mereka nggak akan berani balas dendam secara terang-terangan! Tapi kalau kalian bunuh dia, masalahnya beda lagi!"Deon mengangkat bahu dan berkata acuh tak acuh,""Bu Suzie, sudah kubilang, aku akan membuatnya menjadi mati secara nggak sengaja karena mabuk."Suzie pun panik."Jangan pikir Adipati Marcel itu bodoh! Dia dulunya adalah pejabat di Kota Risan, dia sangat licik."Deon malah bersiul dengan santai."Nggak peduli dia percaya atau nggak, dia harus akui hal ini!""Kenapa kamu merasa kamu bis
"Kamu bisa sendirian?"Deon bertanya dengan setengah ragu.Aldy tersenyum berseri dan menjawab,"Hahaha! Tuan Deon bercanda? Pandera KTV adalah wilayahku. Orang luar nggak akan bisa mengalahkan tuan rumah! Sesombong-sombongnya Keluarga Riyanto, mereka nggak akan berani macam-macam denganku!"Deon tidak berkomentar lagi setelah mendengar itu. Dia pun pergi.Dua menit kemudian.Benar saja, banyak mobil berplat Kota Risan di luar!Aldy sudah punya persiapan. Dia membawa anak buahnya ke depan pintu, bersiap untuk menghadapi intel dari Keluarga Riyanto."Loh, bukankah ini Keluarga Riyanto, keluarga adipati yang terkenal itu? Ramai sekalian kalian datang ke Pandera KTV, aku benar-benar merasa terhormat!"Para intel Keluarga Riyanto yang memakai jas hitam dan topi melirik Aldy dengan sikap dingin."Apa yang terjadi dengan Tuan Muda Adam?""Aduh! Omong-omong soal ini, semua ini salahku!"Aldy segera bersandiwara."Aku tahu Adam pemabuk, tapi aku nggak tahu dia pecandu narkoba! Dia mabuk dan mi
Para anggota Keluarga Riyanto menjadi pucat wajahnya!Itukah raja baru yang menyatukan wilayah dari puluhan raja bawah tanah dan menaklukkan dunia bawah tanah Provinsi Hollow dengan seorang diri?Entah berapa banyak orang yang telah dibunuh olehnya!Arga memancarkan aura agresif!Arga menyilangkan tangan di belakang. Dia melambai ke belakang dan berkata,"Cepat sapa Adipati!""Hormat pada Adipati!" Seketika, terdengar seruan yang menggelegar!Semua intel Keluarga Riyanto sangat kaget! Mereka setidaknya ada ribuan orang dan banyak di antaranya adalah master bela diri ....Mereka tidak selevel dengan anak buah dari Keluarga Tahera!Aldy pun terbengong. Mengapa Raja Bawah Tanah Provinsi Hollow datang kemari?"Cih! Mau menakutiku?"Walau dalam situasi menegangkan, Marcel yang berwawasan luas menyeringai sinis dan berkata dengan tenang,"Saat aku di Kota Risan waktu itu, pemimpin mafia terpayah yang kutemui pun sekelas internasional! Kamu hanyalah preman dari provinsi kecil seperti Provinsi
Mendengar itu.Kepala Marcel bermandikan keringat dingin. Dia tidak bisa berkata-kata, seolah-olah tenggorokannya tersumbat oleh dahak.Liana bertanya lagi, "Mau perang atau nggak? Ayo jawab!"Marcel menarik napas dalam-dalam dan menenangkan hati. Lalu, dia mengembuskan napas."Nggak nyangka Tuan Muda Adam dari Keluarga Riyanto begitu semena-mena, jadi pemabuk dan pecandu narkoba, bahkan nggak sengaja jatuh dari gedung. Sayang sekali! Sayang sekali!"Semua anggota Keluarga Riyanto di belakangnya terperanjat."Ayah! Bukankah Ayah bilang Kak Adam mati karena dijebak?""Ya! Adam baik-baik saja sebelum pergi, kenapa sekarang jadi bunuh diri?""Keluarga kita adalah keluarga bangsawan adipati! Kalau orang-orang tahu, bagaimana dengan reputasi Keluarga Riyanto?"Mereka semua memprotes dengan tegas dan logis.Namun, Marcel menampar mereka dan berteriak dengan marah,"Kurang ajar! Mana bisa kalian omong kosong soal kematian! Dia bunuh diri! Dia memang bunuh diri!"Anehnya, nada Marcel penuh key
"Di mana kamu? Kakak ke sana sekarang."Deon tahu sekarang adalah saat di mana adiknya paling membutuhkan penemanan dari keluarga."Di Jalan Platinum. Aku kirimkan letaknya.""Oke! Kakak nggak jauh dari sana, belasan menit sudah sampai."Deon mengaktifkan mode pesawat di ponselnya.Pada saat ini, Deon tidak ingin siapapun mengganggunya untuk menemani keluarganya.Ada banyak tempat wisata viral di Jalan Platinum, juga sangat ramai. Sebagian besar adalah pasangan kekasih dan mahasiswa.Dengan mata yang jeli, Deon menemukan Diana yang memakai pakaian kasual dan masker wajah di tengah keramaian orang.Mata Diana merah, jelas karena menangis.Diana sedang menunggu di depan toko eksklusif. Dikarenakan bosan, dia mengamati produk-produk di etalase.Mata Diana terpikat oleh sebuah tas jinjing biru. Dia berseru dengan takjub,"Cantik sekali."Dulu, Nadya sering membawa pulang tas cantik ke rumah. Itu secara tidak langsung memengaruhi Diana.Staf toko wanita segera tersenyum dan bertanya, "Nona
Staf toko wanita tercengang dan menelan kembali apa yang hendak dia katakan."Gesek kartu!" kata Deon tanpa meliriknya."Kakak!" Diana termangu. Lalu, dia berseru dengan kaget, "Cepat sekali Kakak sudah sampai?""Adikku sedang murung, tentu Kakak harus segera datang."Deon tersenyum seraya berkata.Namun, staf toko wanita itu tampak cuek."Kamu kakaknya? Adikmu nggak punya uang, tapi sembarangan sentuh barang mahal. Memangnya kamu bisa bantu dia ganti rugi?""Kamu akan tahu setelah gesek kartu." Deon berkata dengan santai, "Aku beli."Diana menggerutu, "Kak, tas ini mahal sekali.""Nggak apa-apa! Kalau adikku suka, seberapa mahal pun kubeli," jawab Deon sembari tersenyum.Ekspresi dan sikap staf toko wanita berubah drastis setelah melihat nominal di mesin EDC."Maaf, tamu yang terhormat, suaraku agak keras tadi!"Staf toko wanita membungkuk dengan hormat. Dia berkata dengan ekspresi menjilat,"Bapak yakin mau beli tas ini? Kami punya tas yang lebih bagus lagi. Bapak nggak mau pertimban
Pria itu menatap Deon dengan dingin dan menyindir,"Berani sekali kamu!""Coba kamu tanyakan, siapa aku, Willy Husein, dulunya. Aku yang tagih biaya perlindungan dari toko-toko di jalanan ini!"Deon berkata dengan santai,"Ya, aku tahu. Secara halus, kamu pendekar. Secara kasar, kamu preman, 'kan?"Wajah Diana menjadi pucat karena tahu itu tidak akan berdampak baik.Diana buru-buru berujar, "Kak! Aku nggak mau tas itu, ayo kita pergi! Jangan lama-lama di sini!""Cih! Mau pergi? Telat! Berani sekali kalian!"Willy menyeringai sinis dan berseru, "Ayo! Ambilkan enam puluh juta!"Staf toko wanita terbengong. "Pak Willy? Benaran kasih mereka uang?"Willy langsung menjambak rambut staf toko wanita dan menghantamkan kepalanya ke meja konter. Kaca pun retak!Wajah staf toko wanita berlumuran darah. Dia berteriak dengan panik, "Pak Willy, ampun! Pak Willy, ampun!""Kamu yang bikin masalah ini, 'kan? Sekarang malah aku yang harus menyelesaikan masalahmu!"Willy sungguh agresif. Aksinya membuat j
"Hhmm? Dikepung?"Deon mendongak untuk memandang sekeliling. Dia berkata dengan tenang,"Bisakah kalian pergi? Bau kalian terlalu menyengat, bikin aku nggak nafsu makan ...."Para pria bertato itu saling memandang dan mengira mereka salah dengar ...."Hahaha! Mau makan kenyang dulu sebelum mati?""Dia takut kelaparan di dunia bawah, jadi mau makan yang banyak dulu."Semua orang tertawa terbahak-bahak.Diana memijat keningnya dan merasa Deon sudah tidak waras!Pemimpin dari pria bertato berkata dengan mendominasi,"Kalian berdua harusnya tahu kenapa kamu datang, 'kan? Kalian berani ambil uang Tuan Willy, harusnya kalian bisa menduga tentang ini."Deon bertanya dengan santai, "Tuan Willy? Tuan Willy yang mana?"Pria itu menyeringai sinis dan berkata, "Pura-pura bodoh! Tentu saja Tuan Willy Husein!"Detik berikutnya!Terdengar bunyi nyaring dari luar!Seseorang menjerit-jerit seraya dilempar dari lantai atas dan jatuh keras di tanah! Kepalanya pecah terbengkalai!Semua orang terkejut dan
Pria itu masih mengejek, tapi telepon dari Ernando, ayahnya sudah masuk.Dia tertegun sejenak, lalu menatap Deon dengan gugup.Tidak mungkin, 'kan?Begitu mengangkat telepon, dirinya langsung dimarahi.Pada saat ini.Sebuah kejadian heboh sedang terjadi di Kota Risan.Setelah tetua konservatif menangkap Brandon, ambisi mereka berkembang pesat. Mereka ingin mengikuti petunjuk dan menggulingkan seluruh tetua radikal.Para tetua dari faksi radikal sudah memberikan kelonggaran terhadap masalah Brandon. Mereka tidak menyangka bahwa faksi konservatif akan begitu serakah. Bagaimana mereka bisa membiarkannya begitu saja.Akibatnya, terjadi konflik sengit antara kedua belah pihak.Bahkan berubah menjadi perang panas.Seluruh Kota Risan ditutup dan berada di bawah darurat militer.Kedua belah pihak saling baku tembak dan asap memenuhi udara.Segera meluas ke seluruh Negara Lordia.Pasukan dari semua pihak sering dimobilisasi dan akan terjadi perang nasional.Pada saat kritis ini.Tetua Agung ter
Negara Siam, terletak di tenggara Negara Lordia adalah negara tetangga Negara Lordia.Ini juga merupakan negara dengan jumlah orang keturunan Negara Lordia.Banyak orang kaya di Negara Siam berimigrasi dari Negara Lordia dalam dua ratus tahun terakhir.Begitu pula dengan orang terkaya di Negara Siam saat ini."Margamu Hussein?"Deon mengangkat alisnya dan bertanya."Kamu pintar juga! Katakan saja berapa harganya!"Pria itu melambaikan tangannya dan mengeluarkan cek tersebut.Raut wajah Deon tiba-tiba menjadi dingin."Dengan aset kecil ayahmu, nggak cukup sama sekali bagiku. Kenapa kamu berpura-pura menjadi sok kaya di depanku! Cepat pergi dari sini!"Deon juga melihat bahwa pria ini hanyalah tukang membual saja.Kalaupun menindas orang lain, pasti hanya akan menggunakan uang. Meskipun keji, pasti tidak akan terlalu keji, jadi tidak repot-repot berdebat dengannya.Pria itu tertegun dan memandang Deon dengan heran."Apa kamu gila? Ayahku adalah orang terkaya di Negara Siam!""Hanya aset
Henni ingin tahu apa yang dilakukan putranya di luar hingga memprovokasi musuh seperti itu.Dia ingin tahu, apakah putranya benar-benar membunuh seratus orang?Dia ingin tahu dari mana asal cara melawan putranya ini.Apakah putranya menjalani kehidupan yang begitu mendebarkan selama beberapa tahun terakhir?"Bu, bicarakan saja di rumah."Deon menjemput Henni dan meninggalkan perusahaan.Dalam perjalanan, Deon dengan lembut menampar kepala Henni.Setelah itu, Henni pingsan.Deon menggunakan metodenya untuk menghapus sebagian ingatan Henni.Setelah sampai di rumah, Henni bangun dengan tenang."Nak! Kenapa kamu pulang tiba-tiba?"Henni sangat terkejut saat melihat Deon."Aku akan melakukan perjalanan jauh, jadi aku pulang untuk menemui Ibu dulu. Kenapa Ibu tertidur di sofa?"Deon berkata sambil tersenyum.Henni duduk dari sofa dan merasakan sakit di punggungnya."Aku sedang berbicara dengan adikmu di telepon, kenapa aku tertidur saat berbicara?"Henni mengerutkan kening dan merasa sedikit
"Ya, memang aku. Kalau nggak ada yang lolos, sekarang seluruh Keluarga Suwandi, kecuali anak-anak dan orang tua, semuanya pasti sudah mati.Deon tersenyum dan berkata.Jika tidak menggunakan cara keras untuk menakutinya, seseorang akan menggunakan metode yang sama untuk menghadapinya.Setelah mendengar ini, Milson tampak sedih dan tatapan matanya dipenuhi dengan rasa takut.Saat ini, ponsel Deon berdering.Telepon dari Briana.Deon mengangkat telepon dan menyalakan speaker ponsel."Bagaimana situasinya? Katakan padaku dan biarkan cucu di depanku ini mendengarkannya.""Ada total seratus tujuh puluh tiga orang di Keluarga Suwandi, termasuk lima puluh dua orang tua dan anak-anak, sisanya seratus orang, semuanya akan dieksekusi!"Kata Briana dengan tegas.Uh!Milson sangat marah hingga mengeluarkan seteguk besar darah."Nggak mungkin! Nggak mungkin! Keluargaku adalah Keluarga Suwandi! Keluarga Suwandi dari Kota Risan!""Bagaimana mungkin!"Milson buru-buru mengeluarkan ponselnya dan segera
"Lepaskan dia!"Jeritan terdengar.Milson melihat ke belakang tanpa sadar, ekspresinya tiba-tiba menjadi suram.Cantik! Cantik sekali!Bahkan lebih cantik dari Suzie!Bagaimana bisa ada wanita cantik di dunia ini?"Melly, kenapa kamu turun?"Mata Suzie melotot dan berteriak dengan panik.Bukankah dia sudah menyuruh mereka untuk tidak turun?"Bu Suzie, kami khawatir denganmu!"Tubuh Melly sedikit gemetar.Meskipun sangat ketakutan, Melly tetap berdiri.Tidak mungkin dia bisa menyaksikan Suzie dilecehkan begitu saja!"Oke, oke, Deon benar-benar beruntung, tapi sekarang, mereka semua milikku. Aku nggak menyangka bisa menikmati berkah seperti ini sebelum meninggalkan Negara Lordia!"Mulut Milson hampir berair.Milson melepaskan Suzie dan berjalan menuju Melly dengan tidak sabar.Melly mundur selangkah demi selangkah, tapi segera terpojok oleh Milson."Haha, gadis cantik!"Milson membuka tangannya dan bergegas menuju Melly.Melly hendak dipeluk erat olehnya.Bummm!Tembok luar perusahaan ru
Saat ini, Deon baru saja turun dari pesawat.Begitu menghidupkan ponselnya, Deon melihat deretan panjang panggilan tak terjawab dari Diana.Deon mengerutkan kening dan panik.Jika bukan karena masalah yang mendesak, Diana tidak akan meneleponnya berkali-kali.Deon hendak menelepon Diana lagi, tapi telepon Diana masuk lagi.Deon buru-buru mengangkatnya. Sebelum sempat bertanya, suara tangisan Diana terdengar,"Kak, Ibu diculik!"Tiba-tiba, raut wajah Deon menjadi suram, niat membunuh di wajahnya muncul dan udara di sekitarnya menjadi terdistorsi."Aku tahu, jangan khawatir, Ibu akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, Deon menutup telepon.Deon menelepon Briana.Briana masih berada di Kota Risan, berbaring malas di tempat tidur."Apa kamu punya informasi intelijen tentang Keluarga Suwandi di Kota Risan?"Deon menggertakkan gigi dan bertanya.Dia tahu betul bahwa Milson pasti bertanggung jawab atas masalah ini.Di Kota Sielo, hampir tidak ada orang yang berani menentangnya, kecuali
Pintu lift terbuka dan Suzie keluar.Mata Milson berbinar dan memandangnya dari atas ke bawah.Meskipun sudah melihat foto Suzie, Milson masih sangat takjub saat melihatnya dengan matanya sendiri."Bu Suzie membuatku menunggu lama sekali!"Milson berjalan menuju Milson dengan membawa senapan di tangan."Apa yang kamu inginkan dariku?"Suzie tidak memiliki ekspresi di wajahnya dan berkata dengan sikap yang dingin.Suzie tahu bahwa menunjukkan ketakutan di hadapan orang-orang yang keji ini hanya akan membuat mereka semakin sombong."Bu Suzie, kenapa kamu nggak menebaknya saja?"Milson mendatangi Suzie, menempelkan moncong senjatanya ke dagunya dan mengangkat wajahnya.Suzie menatapnya tanpa rasa takut."Mau uang? Perusahaan punya cadangan uang tunai 20 miliar. Kamu bisa mengambilnya sekarang. Aku berjanji nggak akan lapor polisi dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa. Yang penting kamu jangan melukai siap pun. Adapun dana rekening perusahaan, dengan sistem jaringan keuangan saat ini, mes
Bummm!Terdengar suara keras dan pintu rumah ditendang hingga terbuka dengan keras!Milson membawa anak buahnya masuk ke rumah Deon!"Apa yang akan kalian lakukan?"Henni terkejut dan berteriak keras."Kami? Tentu saja aku akan mengikatmu!"Milson melangkah tiga langkah sekaligus dan mendatangi Henni.Milson mengambil ponsel dari tangan Henni dan langsung menghancurkannya!"Ikat lalu bawa dia!"Milson pergi dengan cepat.Diana tercengang.Siapa orang-orang itu?Sebelum benar-benar panik, Diana buru-buru menelepon Deon dengan gemetar.Namun, Deon yang sedang terbang dengan pesawat saat ini, ponselnya sedang dimatikan."Apa operasi kalian berjalan baik di sana?"Milson memanggil bawahannya dan bertanya."Empat tembok Perusahaan Windy sudah dipasang dengan bahan peledak berkekuatan tinggi. Setelah diledakkan, seluruh bangunan akan berubah menjadi abu."Bawahan Milson melaporkan."Oke, tunggu sampai aku sampai di sana."Senyuman akhirnya muncul di wajah Milson.Segera, Milson tiba di Perus
Brandon terhuyung, tatapan matanya kosong dan kusam."Bawa pergi!"Perintah pemimpin Komisi Pengawas."Brandon, tetua Istana Negara Lordia, semuanya bawa pergi bersama dengan para saksi dan bukti.""Setelah hari ini, Keluarga Tier nggak akan ada lagi, kamu juga akan bebas."Deon menghela napas lega dan berkata pada Draco sambil tersenyum.Ekspresi kebingungan melintas di wajah Draco.Tiba-tiba dibebaskan, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan untuk sementara waktu."Kenapa? Kamu nggak bisa menemukan tujuan hidupmu?"Deon bertanya dengan nada menggoda.Draco mengangguk dan berkata."Ya, dalam tiga tahun lebih, semua ambisi dan cita-citaku musnah. Aku memang sedikit bingung.""Bagaimana kalau aku mencarikanmu pekerjaan?"Deon berkata dengan santai."Akan lebih baik kalau aku bisa mengikuti Pak Deon!"Mata Draco berbinar dan berkata dengan tergesa-gesa."Aku punya perusahaan farmasi. Kalau kamu mau, posisi kepala R&D akan kuberikan padamu."Deon hanya bercanda, tapi tidak menyangka Draco