"Di mana kamu? Kakak ke sana sekarang."Deon tahu sekarang adalah saat di mana adiknya paling membutuhkan penemanan dari keluarga."Di Jalan Platinum. Aku kirimkan letaknya.""Oke! Kakak nggak jauh dari sana, belasan menit sudah sampai."Deon mengaktifkan mode pesawat di ponselnya.Pada saat ini, Deon tidak ingin siapapun mengganggunya untuk menemani keluarganya.Ada banyak tempat wisata viral di Jalan Platinum, juga sangat ramai. Sebagian besar adalah pasangan kekasih dan mahasiswa.Dengan mata yang jeli, Deon menemukan Diana yang memakai pakaian kasual dan masker wajah di tengah keramaian orang.Mata Diana merah, jelas karena menangis.Diana sedang menunggu di depan toko eksklusif. Dikarenakan bosan, dia mengamati produk-produk di etalase.Mata Diana terpikat oleh sebuah tas jinjing biru. Dia berseru dengan takjub,"Cantik sekali."Dulu, Nadya sering membawa pulang tas cantik ke rumah. Itu secara tidak langsung memengaruhi Diana.Staf toko wanita segera tersenyum dan bertanya, "Nona
Staf toko wanita tercengang dan menelan kembali apa yang hendak dia katakan."Gesek kartu!" kata Deon tanpa meliriknya."Kakak!" Diana termangu. Lalu, dia berseru dengan kaget, "Cepat sekali Kakak sudah sampai?""Adikku sedang murung, tentu Kakak harus segera datang."Deon tersenyum seraya berkata.Namun, staf toko wanita itu tampak cuek."Kamu kakaknya? Adikmu nggak punya uang, tapi sembarangan sentuh barang mahal. Memangnya kamu bisa bantu dia ganti rugi?""Kamu akan tahu setelah gesek kartu." Deon berkata dengan santai, "Aku beli."Diana menggerutu, "Kak, tas ini mahal sekali.""Nggak apa-apa! Kalau adikku suka, seberapa mahal pun kubeli," jawab Deon sembari tersenyum.Ekspresi dan sikap staf toko wanita berubah drastis setelah melihat nominal di mesin EDC."Maaf, tamu yang terhormat, suaraku agak keras tadi!"Staf toko wanita membungkuk dengan hormat. Dia berkata dengan ekspresi menjilat,"Bapak yakin mau beli tas ini? Kami punya tas yang lebih bagus lagi. Bapak nggak mau pertimban
Pria itu menatap Deon dengan dingin dan menyindir,"Berani sekali kamu!""Coba kamu tanyakan, siapa aku, Willy Husein, dulunya. Aku yang tagih biaya perlindungan dari toko-toko di jalanan ini!"Deon berkata dengan santai,"Ya, aku tahu. Secara halus, kamu pendekar. Secara kasar, kamu preman, 'kan?"Wajah Diana menjadi pucat karena tahu itu tidak akan berdampak baik.Diana buru-buru berujar, "Kak! Aku nggak mau tas itu, ayo kita pergi! Jangan lama-lama di sini!""Cih! Mau pergi? Telat! Berani sekali kalian!"Willy menyeringai sinis dan berseru, "Ayo! Ambilkan enam puluh juta!"Staf toko wanita terbengong. "Pak Willy? Benaran kasih mereka uang?"Willy langsung menjambak rambut staf toko wanita dan menghantamkan kepalanya ke meja konter. Kaca pun retak!Wajah staf toko wanita berlumuran darah. Dia berteriak dengan panik, "Pak Willy, ampun! Pak Willy, ampun!""Kamu yang bikin masalah ini, 'kan? Sekarang malah aku yang harus menyelesaikan masalahmu!"Willy sungguh agresif. Aksinya membuat j
"Hhmm? Dikepung?"Deon mendongak untuk memandang sekeliling. Dia berkata dengan tenang,"Bisakah kalian pergi? Bau kalian terlalu menyengat, bikin aku nggak nafsu makan ...."Para pria bertato itu saling memandang dan mengira mereka salah dengar ...."Hahaha! Mau makan kenyang dulu sebelum mati?""Dia takut kelaparan di dunia bawah, jadi mau makan yang banyak dulu."Semua orang tertawa terbahak-bahak.Diana memijat keningnya dan merasa Deon sudah tidak waras!Pemimpin dari pria bertato berkata dengan mendominasi,"Kalian berdua harusnya tahu kenapa kamu datang, 'kan? Kalian berani ambil uang Tuan Willy, harusnya kalian bisa menduga tentang ini."Deon bertanya dengan santai, "Tuan Willy? Tuan Willy yang mana?"Pria itu menyeringai sinis dan berkata, "Pura-pura bodoh! Tentu saja Tuan Willy Husein!"Detik berikutnya!Terdengar bunyi nyaring dari luar!Seseorang menjerit-jerit seraya dilempar dari lantai atas dan jatuh keras di tanah! Kepalanya pecah terbengkalai!Semua orang terkejut dan
Namun, begitu pulang,Begitu masuk ke rumah, Deon tiba-tiba bergidik."Aneh! AC sudah dinyalakan? Kenapa dingin sekali?""Deon! Kamu sudah pulang?"Luna bertanya dengan nada dingin.Tidak! Selain Luna, ada juga suara seorang wanita yang familier!Jangan-jangan ... Deon yang panik menoleh ke sana pada seorang wanita montok, berkulit putih, dan memiliki bokong yang seksi."Mira!" Deon tercengang."Deon, bukannya kita baru ketemu beberapa hari lalu? Kenapa kamu kaget melihatku?"Tidak seperti biasanya, Mira memakai kaos kaki panjang berwarna putih dan rok pendek kerja.Melihat Deon masuk, Mira mengambil cangkir kopinya dan minum dengan elegan.Luna yang duduk di seberang menyilangkan tangan di depan dada, juga memakai rok hitam pendek!"Aku kirim pesan ke kamu sejam yang lalu, kenapa baru pulang sekarang? Lebih baik jangan pulang saja!"Luna melirik Deon dan menyindirnya.Kemudian, Luna tersenyum pengertian kepada Mira."Bu Mira, aku memarahi suamiku di rumah harusnya nggak melanggar huku
Sungguh frustrasi. Tidak heran dia merasa suasananya aneh ketika masuk.Kedua wanita ini sama sekali tidak akur. Mereka masih bisa bercakap dengan ramah sebelumnya. Begitu dia masuk, mereka langsung tidak akur.Mereka bahkan pergi ke kamar mandi untuk membandingkan postur tubuh?Apakah ini hal yang dapat dibayangkan oleh organisme berbasis karbon sepertinya?"Mereka benar-benar lucu. Aku duduk di ruang tamu saja sampai mereka selesai."Di dalam kamar mandi, terdengar bahwa kedua wanita itu memuji satu sama lain."Cih! Nggak nyangka punyamu lebih besar dari kelihatannya!""Kamu juga lumayan! Sepertinya pakaianmu terlalu ketat sehingga itu menghambat performa postur tubuhmu!""Jadi, kita nggak bisa bandingkan mana dari kita yang lebih bagus hanya dengan melihat satu sama lain?""Nggak bisa jadi kontestan dan juri sekaligus, harus cari orang ketiga untuk jadi juri!""Deon! Coba kamu nilai, mana dari kami yang punya postur badan lebih bagus!"Mira berkata dengan penuh percaya diri.Deon ya
Deon sekali lagi melihat tubuh telanjang yang sempurna itu, bagaikan hasil kerajinan seni yang dipamerkan!Deon sangat menikmatinya."Kalian punya satu kesamaan, ada tahi lalat di pantat."Sambil berkata, Deon menjulurkan tangannya ke sana."Jangan gugup, jangan malu. Ini bukan pertama kali aku lihat badan kalian, sudah kulihat semuanya. Tapi memang baru kali ini diperbandingkan.""Bu Luna, sejujurnya, pantatnya nggak sebagus Nona Mira.""Nona Mira, jangan bilang aku pilih kasih, tapi nyatanya, postur tubuhmu nggak semontok Bu Luna!""Kalau dilihat begini, kalian punya keunggulan masing-masing, nggak bisa ditentukan siapa pemenangnya! Kalau begitu, aku beri kalian masing-masing nilai 90. Kalau mau dapat nilai lebih tinggi, kalian harus merayu aku si juri kalian ...."Plak! Plak!Luna dan Mira serempak menampar Deon."Nggak tahu malu!""Dasar cabul!""Keluar!"Mereka dengan jengkel memungut handuk di lantai dan segera meninggalkan kamar mandi.Deon berdiri di tempat sambil memegang pipi
"Hhmm ...."Deon tidak terkejut. Pada kenyataannya, dialah yang membantu Elena naik takhta.Semua ini karena Stefan terlalu suka memamerkan kepintarannya!Deon tidak menyukai orang yang sok pintar. Orang pintar yang sesungguhnya tidak akan terburu-buru untuk menampilkan kehebatannya.Luna bertanya dengan kaget, "Kenapa kamu tenang sekali saat dengar kabar heboh ini? Jangan-jangan kamu sudah tahu sebelumnya?""Mana mungkin? Stefan sangat licik dan keji, hanya masalah waktu kapan dia mati."Deon segera menyanggah sambil menggelengkan kepala."Kalau begitu, Elena si tuan baru sudah menghubungimu?""Dia baru saja telepon aku. Dia bilang keluarga mereka tetap akan mendukungku, bahkan lebih dari yang sebelumnya!"Mata Luna membara ketika dia berujar, "Kelihatannya jauh lebih bersahabat dibanding Stefan."Deon tersenyum seraya menyahut, "Baguslah!"Bagaimana mungkin boneka peliharaannya memperlakukan Luna dengan tidak baik?Sebenarnya, Deon mampu menjatuhkan Keluarga Yossef di Kota Sielo jika
Pria itu masih mengejek, tapi telepon dari Ernando, ayahnya sudah masuk.Dia tertegun sejenak, lalu menatap Deon dengan gugup.Tidak mungkin, 'kan?Begitu mengangkat telepon, dirinya langsung dimarahi.Pada saat ini.Sebuah kejadian heboh sedang terjadi di Kota Risan.Setelah tetua konservatif menangkap Brandon, ambisi mereka berkembang pesat. Mereka ingin mengikuti petunjuk dan menggulingkan seluruh tetua radikal.Para tetua dari faksi radikal sudah memberikan kelonggaran terhadap masalah Brandon. Mereka tidak menyangka bahwa faksi konservatif akan begitu serakah. Bagaimana mereka bisa membiarkannya begitu saja.Akibatnya, terjadi konflik sengit antara kedua belah pihak.Bahkan berubah menjadi perang panas.Seluruh Kota Risan ditutup dan berada di bawah darurat militer.Kedua belah pihak saling baku tembak dan asap memenuhi udara.Segera meluas ke seluruh Negara Lordia.Pasukan dari semua pihak sering dimobilisasi dan akan terjadi perang nasional.Pada saat kritis ini.Tetua Agung ter
Negara Siam, terletak di tenggara Negara Lordia adalah negara tetangga Negara Lordia.Ini juga merupakan negara dengan jumlah orang keturunan Negara Lordia.Banyak orang kaya di Negara Siam berimigrasi dari Negara Lordia dalam dua ratus tahun terakhir.Begitu pula dengan orang terkaya di Negara Siam saat ini."Margamu Hussein?"Deon mengangkat alisnya dan bertanya."Kamu pintar juga! Katakan saja berapa harganya!"Pria itu melambaikan tangannya dan mengeluarkan cek tersebut.Raut wajah Deon tiba-tiba menjadi dingin."Dengan aset kecil ayahmu, nggak cukup sama sekali bagiku. Kenapa kamu berpura-pura menjadi sok kaya di depanku! Cepat pergi dari sini!"Deon juga melihat bahwa pria ini hanyalah tukang membual saja.Kalaupun menindas orang lain, pasti hanya akan menggunakan uang. Meskipun keji, pasti tidak akan terlalu keji, jadi tidak repot-repot berdebat dengannya.Pria itu tertegun dan memandang Deon dengan heran."Apa kamu gila? Ayahku adalah orang terkaya di Negara Siam!""Hanya aset
Henni ingin tahu apa yang dilakukan putranya di luar hingga memprovokasi musuh seperti itu.Dia ingin tahu, apakah putranya benar-benar membunuh seratus orang?Dia ingin tahu dari mana asal cara melawan putranya ini.Apakah putranya menjalani kehidupan yang begitu mendebarkan selama beberapa tahun terakhir?"Bu, bicarakan saja di rumah."Deon menjemput Henni dan meninggalkan perusahaan.Dalam perjalanan, Deon dengan lembut menampar kepala Henni.Setelah itu, Henni pingsan.Deon menggunakan metodenya untuk menghapus sebagian ingatan Henni.Setelah sampai di rumah, Henni bangun dengan tenang."Nak! Kenapa kamu pulang tiba-tiba?"Henni sangat terkejut saat melihat Deon."Aku akan melakukan perjalanan jauh, jadi aku pulang untuk menemui Ibu dulu. Kenapa Ibu tertidur di sofa?"Deon berkata sambil tersenyum.Henni duduk dari sofa dan merasakan sakit di punggungnya."Aku sedang berbicara dengan adikmu di telepon, kenapa aku tertidur saat berbicara?"Henni mengerutkan kening dan merasa sedikit
"Ya, memang aku. Kalau nggak ada yang lolos, sekarang seluruh Keluarga Suwandi, kecuali anak-anak dan orang tua, semuanya pasti sudah mati.Deon tersenyum dan berkata.Jika tidak menggunakan cara keras untuk menakutinya, seseorang akan menggunakan metode yang sama untuk menghadapinya.Setelah mendengar ini, Milson tampak sedih dan tatapan matanya dipenuhi dengan rasa takut.Saat ini, ponsel Deon berdering.Telepon dari Briana.Deon mengangkat telepon dan menyalakan speaker ponsel."Bagaimana situasinya? Katakan padaku dan biarkan cucu di depanku ini mendengarkannya.""Ada total seratus tujuh puluh tiga orang di Keluarga Suwandi, termasuk lima puluh dua orang tua dan anak-anak, sisanya seratus orang, semuanya akan dieksekusi!"Kata Briana dengan tegas.Uh!Milson sangat marah hingga mengeluarkan seteguk besar darah."Nggak mungkin! Nggak mungkin! Keluargaku adalah Keluarga Suwandi! Keluarga Suwandi dari Kota Risan!""Bagaimana mungkin!"Milson buru-buru mengeluarkan ponselnya dan segera
"Lepaskan dia!"Jeritan terdengar.Milson melihat ke belakang tanpa sadar, ekspresinya tiba-tiba menjadi suram.Cantik! Cantik sekali!Bahkan lebih cantik dari Suzie!Bagaimana bisa ada wanita cantik di dunia ini?"Melly, kenapa kamu turun?"Mata Suzie melotot dan berteriak dengan panik.Bukankah dia sudah menyuruh mereka untuk tidak turun?"Bu Suzie, kami khawatir denganmu!"Tubuh Melly sedikit gemetar.Meskipun sangat ketakutan, Melly tetap berdiri.Tidak mungkin dia bisa menyaksikan Suzie dilecehkan begitu saja!"Oke, oke, Deon benar-benar beruntung, tapi sekarang, mereka semua milikku. Aku nggak menyangka bisa menikmati berkah seperti ini sebelum meninggalkan Negara Lordia!"Mulut Milson hampir berair.Milson melepaskan Suzie dan berjalan menuju Melly dengan tidak sabar.Melly mundur selangkah demi selangkah, tapi segera terpojok oleh Milson."Haha, gadis cantik!"Milson membuka tangannya dan bergegas menuju Melly.Melly hendak dipeluk erat olehnya.Bummm!Tembok luar perusahaan ru
Saat ini, Deon baru saja turun dari pesawat.Begitu menghidupkan ponselnya, Deon melihat deretan panjang panggilan tak terjawab dari Diana.Deon mengerutkan kening dan panik.Jika bukan karena masalah yang mendesak, Diana tidak akan meneleponnya berkali-kali.Deon hendak menelepon Diana lagi, tapi telepon Diana masuk lagi.Deon buru-buru mengangkatnya. Sebelum sempat bertanya, suara tangisan Diana terdengar,"Kak, Ibu diculik!"Tiba-tiba, raut wajah Deon menjadi suram, niat membunuh di wajahnya muncul dan udara di sekitarnya menjadi terdistorsi."Aku tahu, jangan khawatir, Ibu akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, Deon menutup telepon.Deon menelepon Briana.Briana masih berada di Kota Risan, berbaring malas di tempat tidur."Apa kamu punya informasi intelijen tentang Keluarga Suwandi di Kota Risan?"Deon menggertakkan gigi dan bertanya.Dia tahu betul bahwa Milson pasti bertanggung jawab atas masalah ini.Di Kota Sielo, hampir tidak ada orang yang berani menentangnya, kecuali
Pintu lift terbuka dan Suzie keluar.Mata Milson berbinar dan memandangnya dari atas ke bawah.Meskipun sudah melihat foto Suzie, Milson masih sangat takjub saat melihatnya dengan matanya sendiri."Bu Suzie membuatku menunggu lama sekali!"Milson berjalan menuju Milson dengan membawa senapan di tangan."Apa yang kamu inginkan dariku?"Suzie tidak memiliki ekspresi di wajahnya dan berkata dengan sikap yang dingin.Suzie tahu bahwa menunjukkan ketakutan di hadapan orang-orang yang keji ini hanya akan membuat mereka semakin sombong."Bu Suzie, kenapa kamu nggak menebaknya saja?"Milson mendatangi Suzie, menempelkan moncong senjatanya ke dagunya dan mengangkat wajahnya.Suzie menatapnya tanpa rasa takut."Mau uang? Perusahaan punya cadangan uang tunai 20 miliar. Kamu bisa mengambilnya sekarang. Aku berjanji nggak akan lapor polisi dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa. Yang penting kamu jangan melukai siap pun. Adapun dana rekening perusahaan, dengan sistem jaringan keuangan saat ini, mes
Bummm!Terdengar suara keras dan pintu rumah ditendang hingga terbuka dengan keras!Milson membawa anak buahnya masuk ke rumah Deon!"Apa yang akan kalian lakukan?"Henni terkejut dan berteriak keras."Kami? Tentu saja aku akan mengikatmu!"Milson melangkah tiga langkah sekaligus dan mendatangi Henni.Milson mengambil ponsel dari tangan Henni dan langsung menghancurkannya!"Ikat lalu bawa dia!"Milson pergi dengan cepat.Diana tercengang.Siapa orang-orang itu?Sebelum benar-benar panik, Diana buru-buru menelepon Deon dengan gemetar.Namun, Deon yang sedang terbang dengan pesawat saat ini, ponselnya sedang dimatikan."Apa operasi kalian berjalan baik di sana?"Milson memanggil bawahannya dan bertanya."Empat tembok Perusahaan Windy sudah dipasang dengan bahan peledak berkekuatan tinggi. Setelah diledakkan, seluruh bangunan akan berubah menjadi abu."Bawahan Milson melaporkan."Oke, tunggu sampai aku sampai di sana."Senyuman akhirnya muncul di wajah Milson.Segera, Milson tiba di Perus
Brandon terhuyung, tatapan matanya kosong dan kusam."Bawa pergi!"Perintah pemimpin Komisi Pengawas."Brandon, tetua Istana Negara Lordia, semuanya bawa pergi bersama dengan para saksi dan bukti.""Setelah hari ini, Keluarga Tier nggak akan ada lagi, kamu juga akan bebas."Deon menghela napas lega dan berkata pada Draco sambil tersenyum.Ekspresi kebingungan melintas di wajah Draco.Tiba-tiba dibebaskan, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan untuk sementara waktu."Kenapa? Kamu nggak bisa menemukan tujuan hidupmu?"Deon bertanya dengan nada menggoda.Draco mengangguk dan berkata."Ya, dalam tiga tahun lebih, semua ambisi dan cita-citaku musnah. Aku memang sedikit bingung.""Bagaimana kalau aku mencarikanmu pekerjaan?"Deon berkata dengan santai."Akan lebih baik kalau aku bisa mengikuti Pak Deon!"Mata Draco berbinar dan berkata dengan tergesa-gesa."Aku punya perusahaan farmasi. Kalau kamu mau, posisi kepala R&D akan kuberikan padamu."Deon hanya bercanda, tapi tidak menyangka Draco