Share

51. KEKECEWAAN SARAH

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 10:55:31

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Sarah yang tertidur di atas sajadah, perlahan membuka matanya. Rasa kantuk masih menggantung di pelupuk, namun tersentak begitu menyadari shalat subuhnya belum ia tunaikan. Ia segera bangkit, mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat dengan khusyuk, meskipun hati dan pikirannya terusik.

Ketika doa panjang baru saja ia tutup, suara notifikasi ponselnya memecah keheningan kamar. Sarah melirik ke arah meja tempat ia meletakkan ponsel. Sebuah pesan muncul di layar. Nama sang suami, Mas Raka, terpampang jelas di sana. Ia menghela napas panjang. Meski rasa penasaran muncul, Sarah membiarkan ponsel itu diam di tempat.

Namun, dorongan untuk membaca pesan itu akhirnya mengalahkan keengganan yang ada. Jemarinya menggeser layar, dan rentetan kata maaf dari Raka langsung memenuhi layar ponsel.

[Sarah, maaf. Aku ketiduran di rumah Nadia. Semalam aku harus memastikan dia baik-baik saja. Aku harap kamu bisa mengerti.]

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   52. TEROR DARI NADIA

    [Kamu baru mengenal Raka. Jadi jangan harap kalau dia berubah secepat itu.]Sarah menghela napas panjang, mencoba menyingkirkan emosi yang menghantui pikiran. Ponselnya baru saja berbunyi, pesan dari nomor yang sama—nomor tak dikenal yang mengganggu hari-harinya belakangan ini.Isi pesannya membuat kepalanya berdenyut. Kali ini, foto Raka dan Nadia sedang duduk di sebuah kafe, terlihat akrab meski tidak ada sentuhan fisik.[Kamu masih yakin dia setia?]Seketika dadanya terasa sesak. Ia tahu betul bahwa pesan barusan berasal dari Nadia. Wanita itu seperti bayangan gelap dari masa lalu Raka yang terus menghantui pernikahan mereka. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali Nadia mencoba memancing amarah dan ketidakpercayaan dalam dirinya.Sarah mencoba mengabaikan rasa sakit itu, tetapi pikirannya tidak bisa lepas. Ia tahu, berbicara dengan Raka hanya akan berakhir pada janji-janji yang sama—janji yang kosong, tanpa bukti n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   53. RAKA SELINGKUH?

    Raka menatap pesan dari Nadia dengan perasaan campur aduk. Jemarinya menggenggam ponsel erat, matanya terpaku pada teks pendek itu.Raka kemudian menghela napas panjang, menyadari bahwa apapun yang ia lakukan selanjutnya akan berdampak besar pada hubungannya dengan Sarah. Membantu Nadia berarti menambah luka di hati sang istri. Namun, mengabaikannya juga tidak semudah itu. Pikirannya berputar, tetapi akhirnya ia mengetik balasan singkat dengan hati-hati.[Maaf, Nad. Istriku lebih penting.]Setelah mengirim pesan itu, ia menatap layar beberapa detik lagi, memastikan pesan terkirim. Hatinya terasa sedikit lebih ringan, meski ia tahu perjalanan untuk memperbaiki hubungannya dengan Sarah masih panjang.Raka berdiri dari sofa, melangkah ke kamar mereka. Ia mengetuk pintu perlahan sebelum masuk, menemukan Sarah duduk di ujung tempat tidur dengan kepala tertunduk. Bahunya sedikit bergetar, suara tangisnya tertahan."Sayang," panggil Raka lembut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   54. HARUS BERANI

    "Enggak bisa gini, Ra."Dini langsung menunjukkan suara protes dengan nada tegas. Wajahnya menampilkan ekspresi serius, matanya menatap Sarah tajam.Sementara itu, Lira yang duduk di sebelahnya, tampak ragu untuk berkomentar. Ia lebih memilih menjadi pendengar, meskipun jelas terlihat dari kerutan di dahinya bahwa ia merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi.Sarah sendiri hanya diam, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Ia tahu pembicaraan ini tidak akan mudah, terutama setelah Dini mendengar ceritanya soal Nadia. "Mereka enggak akan ngelakuin hal di luar batasan, toh masih di kantor juga," kata Sarah akhirnya, mencoba memberi alasan yang bahkan ia sendiri tidak sepenuhnya yakin.Namun, Dini tidak puas. Dengan nada tajam, ia berkata, "Eits, jangan salah. Pernah dengar istilah ala bisa karena terbiasa enggak sih?"Kata-kata barusan membuat Sarah terdiam sejenak. Ia hanya mampu memberikan anggukan kecil, tidak tahu harus menjawab apa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   55. MENJALANKAN RENCANA

    “Rahasia cewek, Pak,” jawab Dini dengan senyum penuh kemenangan setelah melihat anggukan kecil Sarah.Raka menaikkan satu alisnya, lalu segera masuk ke dalam kamar, sama sekali tak menaruh rasa curiga pada ketiga perempuan itu. Sekarang giliran Sarah yang jadi ketar-ketir sendiri.“A-aku harus gimana, Din?” tanyanya dengan nada ragu-ragu.“Serahin ke aku dan Lira. Pokoknya kamu nurut aja sama yang kita omongin,” Dini menjawab dengan begitu antusias, sementara Lira meresponnya dengan kekehan pelan.Keesokan paginya aksi pun dimulai walaupun udara masih terasa dingin. Sarah terbangun lebih awal dari biasanya. Dia terus menyibukkan diri hingga bias sinar matahari pagi menembus jendela kamar, memantulkan cahaya lembut di sudut-sudut ruangan. Ia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang terlihat sedikit pucat karena tidur larut malam.Sementara di dapur, aroma harum kopi dan roti panggang mulai memenuhi udara. Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   56. MEMBUAT KEJUTAN UNTUK RAKA

    “Angkat dulu, Mas. Siapa tahu penting,” kata Sarah, nadanya lembut namun tegas, ketika suara dering ponsel mulai memecah keheningan.Namun, Raka tetap bergeming. Sorot matanya masih fokus menikmati keindahan paras istrinya yang kini berada di bawah kungkungannya. Gelombang rasa sayang yang baru tumbuh itu mengalahkan semua gangguan di sekitarnya.“Biarkan saja,” gumam Raka sambil tersenyum, jemarinya dengan lembut mengusap pipi Sarah. “Lihat nih, sudah jam sepuluh malam. Tidak ada alasan untuk bekerja, Sayang.”Sarah terkekeh, rona merah di wajahnya semakin nyata. “Kalau ada yang penting gimana?” ia mencoba menggoda.“Enggak ada yang lebih penting dari istriku ini,” jawab Raka tanpa ragu, menatap Sarah dengan penuh kasih.Sarah hanya mengangguk kecil, membiarkan dirinya terhanyut dalam pelukan sang suami tercinta. Ia merasakan kehangatan yang berbeda. Setelah begitu lama terjebak dalam hub

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   57. MEMBALAS NADIA DENGAN ELEGAN

    Marah. Itulah emosi pertama yang hampir menguasai Sarah begitu melihat pemandangan di depan matanya. Namun, ia segera mengingat pesan Dini sebelum memutuskan untuk datang ke kantor Raka."Ingat ya, Ra. Pokoknya jangan biarin Bu Nadia senang. Apapun yang kamu lihat nanti, coba bawa santai aja."Baiklah, Sarah akan menurut. Ia mengatur napas dalam-dalam, mengusir semua keraguan. Wajah yang semula dipenuhi kekecewaan perlahan berubah cerah kembali. Senyum tipis terlukis di bibirnya, dan ia melangkah masuk ke ruangan Raka dengan percaya diri."Aku tiba-tiba aja kangen, Mas. Tadinya mau ajak kamu nyicipin cake rasa cokelat ini," ucapnya dengan nada ringan, menunjukkan kotak cake yang ia beli di toko terkenal di dekat kantor. "Tapi mungkin kamu lagi sibuk ya?" gumamnya, matanya sesekali melirik ke arah Nadia.Raka yang semula tampak kaget dengan kehadiran Sarah, segera bangkit dari kursinya. “Enggak, Sayang. Ayo!” katanya antusias. Ekspresi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   58. TIDAK ADA JATAH

    Sarah mendekatkan diri dan mengecup pipi Raka dengan manis. Setelah itu, ia melangkah pergi dengan anggun, meninggalkan suaminya yang terlihat begitu frustrasi. Senyuman Sarah menyiratkan kemenangan kecil, sementara Raka hanya bisa menghela napas panjang, memandangi punggung istrinya yang menghilang di balik pintu.Namun, sialnya, Sarah sempat berpapasan dengan Nadia di lobi. Kali ini, Sarah tidak mencoba menghindar. Sebaliknya, ia mendekati Nadia dengan senyuman hangat yang penuh makna."Mbak Nadia," sapa Sarah dengan nada santai, tetapi jelas terdengar menusuk. "Makasih ya udah menemani suami saya hari ini."Wajah Nadia langsung berubah tegang, tetapi ia mencoba mempertahankan sikap tenangnya."Ah, iya. Sama-sama, Sarah," jawab Nadia pelan, senyum tipisnya terlihat dipaksakan."Tapi, lain kali, jangan terlalu dekat ya. Saya enggak mau orang lain salah paham." Ucapan Sarah terdengar lembut, namun begitu tajam.Nadia terdiam, tidak bisa memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   59. PERMINTAAN PULANG

    "Dari rumah, Mas," ujar Sarah sambil melirik sekilas ke layar ponsel.Sarah menyerahkan ponsel itu kepada Raka, lalu duduk di sampingnya. Ia memasang wajah serius, bersiap mendengarkan pembicaraan yang mulai berlangsung.Raka mengangkat panggilan itu dengan malas, menempelkan gawai di telinganya. "Kenapa, Pa?" tanyanya datar.Suara Pak Herman terdengar serak di ujung sana, penuh beban. "Raka, Papa butuh kamu. Kondisi Papa semakin menurun. Pulanglah ke rumah."Ekspresi Raka berubah dingin. Ia berdeham kecil, mencoba menutupi rasa tak nyaman yang mendesak dalam hatinya. "Nanti aku pikirkan lagi, Pa."Pak Herman mendesah pelan, tetapi terdengar jelas kekecewaan di balik helaan napasnya. "Tolong, Ka. Cuma kamu yang Papa punya. Papa enggak tahu harus gimana lagi."Raka mendecak pelan, emosinya perlahan terpicu. "Papa baru sadar sekarang? Dulu, saat Mama masih ada, Papa enggak pernah peduli sama keluarga ini. Papa malah selingkuh dengan Bu Rini."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   169. HARI PERSIDANGAN

    Aula pengadilan dipenuhi dengan desas-desus dan tatapan tajam dari berbagai pihak. Sidang gugatan terhadap Ratna akhirnya dimulai, menjadi momen yang akan menentukan nasib keluarga Raka. Dengan bukti yang hilang, mereka harus mencari celah lain untuk melawan Ratna di hadapan hakim.Raka dan Sarah duduk di barisan penggugat, didampingi oleh pengacara mereka, Pak Rendy. Di seberang, Ratna tampak percaya diri dengan pengacara handalnya, seorang pria berpenampilan rapi dengan senyum yang mengintimidasi. Sorot matanya penuh dengan kesombongan, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Hakim mengetuk palu tanda sidang dimulai. "Sidang gugatan keluarga Raka Prasetya terhadap Ratna Wijayanti dibuka. Penggugat, silakan sampaikan tuntutan Anda."Pak Rendy berdiri. "Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa tergugat telah memindahkan aset keluarga secara ilegal ke rekening pribadinya, tanpa persetujuan dari pewaris sah, yang menyebabkan kerugian besar bagi kel

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   168. BUKTI YANG HILANG

    Kehidupan Raka dan Sarah dalam beberapa minggu terakhir terasa seperti berjalan di atas bara api. Terlebih saat Jeno diserang oleh beberapa orang tak dikenal.Saat ini gugatan hukum terhadap Ratna telah menjadi berita utama di keluarga besar dan di luar sana. Ratna, seperti yang diperkirakan, tidak tinggal diam. Ia menggunakan segala cara, dari intimidasi hingga permainan kotor untuk menggagalkan perjuangan Raka dan Sarah.Hari itu, Raka dan Sarah sedang mengatur dokumen-dokumen penting di ruang kerja kecil di rumah mereka. Flash drive yang berisi dokumen-dokumen penting, termasuk bukti transfer aset ilegal Ratna, menjadi inti dari rencana mereka. Raka memastikan semua file telah dicadangkan dengan baik.“Sayang, aku rasa kita harus menyimpan salinan file ini di tempat yang lebih aman. Flash drive ini terlalu berisiko kalau hanya kita simpan di sini,” kata Raka sambil memegang benda kecil itu.Sarah mengangguk, setuju dengan saran suaminya. &l

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   167. JENO CELAKA

    Raka masih memikirkan ancaman terselubung Ratna saat sidang sementara Sarah merasa tertekan setelah mengetahui kondisi Pak Herman kembali memburuk. Beban dari kasus ini mulai menyusup ke dalam hubungan mereka.“Mas, kamu yakin bukti itu aman di tangan Jeno?” tanya Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir.Raka yang duduk di kursi makan, hanya mengangguk tanpa menatap Sarah. “Jeno sudah buktikan dia bisa dipercaya, Sayang. Aku rasa kita nggak punya pilihan lain.”Sarah menghela napas panjang. “Tapi kita juga harus waspada. Ratna mungkin akan bertindak lebih gila kalau dia tahu Jeno berpihak pada kita.”Raka menatap istrinya dengan mata yang penuh beban. “Aku tahu kamu khawatir, Sayang. Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kalau kita goyah sekarang, Ratna yang menang.”Sarah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa kesal. “Aku bukan goyah, Mas. Aku cuma… aku cuma nggak mau kehilangan apa yang sudah kita perjuangkan.”Raka berdiri dan berjalan mendekati Sarah, menyentuh pundaknya lemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status