Share

Meet Great

Author: devarisma
last update Last Updated: 2024-06-20 22:02:35

Buku Mahra sudah siap diterbitkan, Mahra harus menandatanngi sepuluh ribu eksemplar pertama untuk pemesan pre-order. Dia sangat senang. Karena yayasannya semakin berkembang tentu dia membutuh uang yang besar sebagai biaya operasional. Untuk itu dia harus memastikan kalau penjulannya laris manis. Selain itu, blog pribadinya kini yang sudah terhubung adsense. Juga sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya listrik yayasannya per bulan. Dasar, Mahra, dia sama sekali tidak memikirkan hal lain, selain yayasan. Anak yayasan tersegalanya. Selayaknya orang tua yang selalu menomor satukan keperluan anak-anaknya.

Setelah menandatangani seluruh buku pre order sejumlah tiga ribu eksemplar. Mahra ditemani tim penerbit juga mengadakan meet and great di beberapa kota besar. Dia memang belum pernah mengadakan temu ramah dengan pembaca. Dengan bantuan Cika dia mempersiapkan semuanya dengan matang.

Angga : Mahra!

Mahra : Iya.

Angga : Kapan meet and Great di Bandung?

Mahra : Tanggal 25, sebe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kopi Darat

    Dari mall tempat Mahra dan tim penerbit mengadakan Meet Great. Sesuai instruksi direktur, mereka akan kopdar di sebuah restoran. Setelah manager memesan ruangan VIP. Tentu ide menarik, mengingat lama sekali Mahra tidak pernah menerbitkan buku. Meskipun buku-bukunya yang telah terbit belasa kali cetak ulang. Namun, bagai gebrakan baru ketika Mahra menulis cerita baru berteman rumah tangga. Sang direktur semakin berambisi untuk sekadar kopdar atau singkatan dari kopi darat. Atau bahasa lain ngopi bareng. Mengingat keberadaan Angga di sana sebagai bagian dari penerbit mereka. saham Angga hampir lima puluh persen di perusahaan Bintang Belia. Lebih lebih lagi, mengingat bagaimana sosok Angga yang sangat fans dengan Nadia Mahra.Akmal yang menerima ajakan Kopdar. Apalagi kalau Angga ikut. Dia tidak terkesan hanya menjadi pendengar di sana. Laki-laki tiga puluh lima tahun itu akan duduk di dekat Angga. Ini merupakan kesempatan emas untuk membuat Mahra dan Angga lebih dekat. Hanya itu yang

    Last Updated : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Sang Editor

    Mobil Pajero sport membawa Akmal dan Mahra melintas ke Bandung. Beserta dua mobil lain dari tim penerbit. Mereka akan kembali melakukan meet great di kota tersebut. Dengan antusias yang luar biasa, para penggemar Mahra sudah berkumpul di sana. Menunggu sosok penulis idaman mereka.Entah kenapa, ketika mobil masuk ke kota tersebut. Sekelebat bayangan masa lalunya memenuhi kepalanya. Hatinya terasa panas, bola matanya seakan ingin menuntaskan beban yang menggantung. Tiga tahun dia hanya menjadi perempuan rumahan yang tidak dihargai. Diceraikan dengan cara tak terhormat.Setiba di mall, Akmal menatap adiknya yang terlihat sendu bahkan sejauh perjalanan mereka. Mahra hanya terdiam."Dek kamu oke?" tanya Akmal."O-oke!" Mahra mulai menyadari raut wajahnya yang melankolis. Ah, Bandung membuat suasana hatinya buruk ketika mengingat sepenggal kisah hidupnya dilematis.Acara meet great di Bandung berlangsung sukses seperti yang diharapkan.Para penggemar Mahra juga mengantre panjang hanya demi

    Last Updated : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Juice Stoberi

    Setelah lama mengobrol, Angga, Mariah dan Mahra hendak menemui yang lain. Mereka semua sedang membakar jagung di samping rumah. Sembari menikmati jus stroberi langsung di samping kebunnya, sungguh menakjubkan.Tiba-tiba seorang bocah muncul di sana. Rehan, cucunya Mariah. Anak dari Animar."Om Angga kapan ke sini?" tanya dia yang baru pulang dari sekolah."Hai Re, baru pulang sekolah ya?" Angga segera memeluk bocah ompong itu.Re sejenak menatap Mahra tanpa ekspresi.Alih-alih menjawab pertanyaan Angga. Justru bocah itu balik bertanya. "Inikah pacar Om? Yang kemarin mau Om bawa ke sini?" tanya Rehan dengan polos.Angga menjadi canggung, Mahra justru merasa heran.Belum sempat Angga menjawab, Mariah memotongnya. "Lho Rehan tahu darimana Om punya pacar?" "Kata Om Angga. Dia punya pacar, cantik berkerudung seperti ibu, tapi kekasihnya lebih putih dan lebih tinggi. Aku sangat senang, karena Om Angga tidak lagi punya pacar seperti Tante Lira yang judes. Dia mengataiku anak nakal!" papar

    Last Updated : 2024-06-21
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Punya Kesamaan

    Setelah memetik sekeranjang kecil stroberri Mahra kembali ke tempat yang lain sedang menikmati jagung bakar.Putri satu satu-satunya Mariah dan Cika hendak menyiapkan menu makan siang. Mahra kembali dengan wajah tak berekspresi. Mereka semua ingin sekali menertawakan ekspresi Mahra. Tapi, tidak ada yang tega menertawakannya. Diantara mereka semua senang melihat kedekatan Angga dan Mahra."Wah Tante udah siap petik stroberinya?" tanya Rehan."Iya Re. Ni banyak kan Tante petik!"sahut Mahra sambil sedikit berjongkok pada Rehan yang masih kecil."Tante Re ingin kali datang ke pesta Tante dan Om Angga!" tambah bocah itu lagi Sial, Mahra lagi-lagi harus menahan malu. Mukanya sudah seperti kepeting rebus. Demikian juga dengan Angga. Dia sangat kesal pada Rehan. Bisa-bisanya dia berkata yang seharusnya dia katakan saat Mahra benar-benar menerimanya. Beginikan dia jadi salah tingkah. Rehan sangat keterlaluan."Iya nanti pas Tante dan Om Angga ulang tahun Rehan datang ya!" sahut Mahra."Ada

    Last Updated : 2024-06-21
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Bimbingan Naskah

    Ponsel Mahra bergetar. Ada sebuah pesan masuk ke aplikasi whatsAppnya dari kontak Angga. Htainya mulai berdebar. Dia seperti ingin segera membalasnya.Angga : “Assalamualaikum!" Mahra : "Waalaikum salam."Angga :"Gimana?"Mahra :"Apanya?"Angga :"Aku mau belajar nulis sama kamu!"Mahra : "Ha?”Laki-laki itu menuntut haknya. Secara tidak sengaja tempo hari dia berjanji untuk mengajarinya menulis. Ah, sial sekali. Mahra pikir dia hanya bercanda. Ternyata Cika benar. Laki-laki itu memang tidak sebercanda itu.Mahra : "Aku tak sepandai itu untuk mengajarimu menulis?!" Alasan macam apa dibuat Mahra. Sungguh konyol. Bagaimana mungkin Angga terima dengan alasan seperti itu. Dia penulis best seller masa iya nggak pandai nulis.Angga : "Ah masa, terus bukumu bisa bestseller. Itu yang dikatakan tidak pandai? Xixixi," balas Rio.Mahra : "Oh bukan begitu maksudku! Aku hanya, bingung kamu di Jawa sedang aku di Aceh dan...."Angga : "Hei, kita bisa belajar online kan? Sesekali lewat chatting gini

    Last Updated : 2024-06-21
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Bukan Anak Kandung

    “Mak, kemarin ada tamu ya?” tanya Akmal basa-basi untuk menyindirkan adiknya. Mereka kini sedang berkumpul di ruang keluarga.“Iya, tamu jauh! Ganteng lagi!” ujar Bu Meilinda. Perempuan lima puluh tahun itu langsung antusias.“Lama nggak Mak tamunya?” tambah Akmal lagi sambil melirik ke adiknya yang sedang sibuk dengan ponsel.“Lumayan, pokoknya cemilan yang Mamak hidangkan ludes!” jelas Bu Meilinda dengan wajah sumringah.“Ayah pasti senang banget nih kedatangan tamu jauh!” ledek Akmal lagi sambil mendudukkan putranya di atas perut.“Kasian sekali Ayah nggak ada di rumah waktu tamu itu datang!” sahut Pak Burhan.“Wah rugi sekali Ayah! Padahal tamunya datang jauh-jauh lho!” Akmal masih senang mengganggu adik perempuannya tapi Mahra pura-pura tak tahu.“Kan bukan mau ketemu Ayah!” sahut Pak Burhan lagi.“Terus mau ketemu siapa juga tamunya?” tanya Akmal. “Woi dek kok cuek aja!”“Apa si Ngoh, males ah,” sahut Mahra dengan juteknya.“Iiii wajahnya merah tuuuu! Lihat tante mu tu nak, lagi

    Last Updated : 2024-06-21
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Melanjutkan Misi

    Entah kenapa, akhir-akhir ini, Mahra merasa aneh dengan dirinya. Nama Angga terus saja terbayang-bayang di kepalanya. Dan setiap kali orang menyebutkan nama laki-laki tersebut. Dia selalu merasa kalau ada rasa aneh semacam desiran lain di hatinya. Entahlah Mahra merasa aneh dan sulit mendefinisikan perasaannya."Aduh tolong please nggak usah mikirin dia terus!" gumam Mahra seorang diri. Saat dia duduk di depan komputernya tapi, dia belum menulis apapun. Kalau boleh di jujur hatinya sedang mengeja tentang Angga. Wajahnya, cara dia tersenyum, cara di memanggil Mahra, kesukaannya. Apapun itu, Mahra merasa tidak nyaman dengan apa yang dia rasakan. Ting. Notifikasi di komputernya muncul pertanda ada chat masuk dari seseorang. Dan itu pesan di email.Mahra membukanya, sebuah pesan dari email angga0101@gmail.com."Ah dia lagi!?" Mahra merasa kesal. Kenapa laki-laki itu ada dimana-mana. Di komputernya bahkan ada, dia menyelinap bagai makhluk halus."Salam, dari Angga. Ini file naskah saya

    Last Updated : 2024-06-21
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Istikarah

    "Mahra!" Panggil Angga beberapa saat setelah keheningan di ruangan itu. Angga membenarkan posisi duduknya, hatinya berdetak kencang."Iya!" sahut Mahra singkat.Sejenak hening, Angga berusaha mengumpulkan kata-kata. Dia seperti terhipnotis, sehingga kehilangan pembendaharaan kata. Padahal perempuan anggun di depannya hanya memakai baju rumahan, tanpa hiasan apapun di wajah. "Aku mau ngomong sesuatu...""Iya silahkan!" Mahra menatap laki-laki di depannya sekilas. Dia bisa merasakan detak jantungnya lebih kencang. Bahkan, sejak masuk pesan darinya lagi on the way ke rumahnya. Apalagi ketika mobilnya sudah di perkarangan rumahnya. Suasana hatinya semakin tak terkontrol."Mahra, maukah kamu menikah denganku?" tanya Angga. Secara langsung lugas dan mantap.Mahra terkesiap, matanya berpendar. Dia mencari sesuatu di wajah laki-laki yang baru saja mengajaknya menikah. Apakah laki-laki itu benar-benar mencintainya. Dan apakah laki-laki tegap di depannya akan menerima segala kekurangannya?"

    Last Updated : 2024-06-22

Latest chapter

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pensiun Dini

    Lima tahun kemudian.Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Kini anak-anak sudah tumbuh menuju dewasa. Si kembar sudah SMA menjelang tamat. Rasa-rasanya, Angga ingin segera pensiun dari pekerjaannya. Dia sudah mempercayai beberapa kerabat dekat untuk mengelola perusahaannya.“Sayang, rasanya aku di rumahnya. Pensiun lebih cepat!” ucap Angga pagi itu setelah anak-anak semua pergi sekolah. Mahra selama tidak memiliki bayi. Sudah kembali aktif menulis.“Terserah Mas! Mahra senang aja kalau Mas di rumah! Apalagi Mas sudah bekerja sejak muda. Pensiun dini lebih baik sebagai bonus kerja keras selama ini!” Mahra menghentikan pekerjaannya. Lalu duduk di sampingnya.“Kamu masih tetap cantik!” Angga menatap sang istri lebih lekat.“Mahra sudah tua, Mas! Sudah ada satu dua uban!” ujarnya tersipu.“Tapi, masih tetap cantik!” Angga menggamit tangan sang istri.“Mas juga masih gagah, orang tidak akan percaya Mas sudah menuju kepala lima!” Mahra membalas tatapan sang suami.“Karena Mas masih gant

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ustazah Alika

    “Total belanjaan Kakak seratus dua puluh ribu!” ucap Kasir.Alika merongong tasnya. Capek dia cari-cari dompet. “Duh kemana sih domper?” keluh Alika.“Kak?” panggil kasir. “Antriannya panjang sekali.”Dia baru sadar ada sepuluh orang sedang mengatri di belakang.“Aduh maaf bang, dompet saya tinggal! Saya transfer aja boleh?” tanya Mahrasambil menahan malu.“Tidak bisa kak, rekening toko lagi bersamalah!” ujar kasir.“Tapi, gimana bang saya nggak bawa dompet!” Alika sudah hampir menangis.Tiba-tiba seseorang meletakkan dua lembar pecahan dua ratus di sana. “Ini sekalian untuk bayaran ustazah ini!” ujar laki-laki itu dengan tenang. Sembari menunjukkan sebotol air mineral dan bisquit.“Oke!” kasir lamgsung mengerjakan tugasnya.Alika masih di sana terpaku. Mengingat sejenak sepertinya pernah jumpa. Tapi dimana? laki-laki dengan penampilan kasual nampak santai dengan celana training, baju kaos jersey dan sepatu olahraga.“Terima kasih Pak!” seru Alika cepat-cepat.“Sma-sama Ustazah!” lak

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Potongan Karya Alika

    Bab 1Mengenal Makhluk HidupAlika merupakan siswa kelas III SD. Alika tinggal bersama Ayah dan Ibunya dan adiknya Affa. Affa masih berumur tiga tahun. Alika sangat menyayangi adik Affa.Setiap hari Alika ke sekolah dengan berjalan kaki dengan Dini dan Andi. Mereka tinggal di satu komplek Perumahan Hijau. Dini, Andi dan Alika berteman baik sejak kelas I.“Hari ini kita belajar apa?” tanya Andi sambil mengayun langkah.“Kita akan belajar tentang makhluk hidup,” sahut Alika.“Makhluk hidup itu seperti kita ini, Ka?’’ tanya Dini.“Iya, makhluk hidup seperti kita ini manusia, hewan dan tumbuhan,” jelas Alika sambil menunjuk ke arah pohon yang memayungi jalan yang mereka lewati.“Apa saja ciri-ciri makhluk hidup, Ka?” tanya Andi lagi.“Memerlukan makan dan minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak,” sahut Alika lagi.“Pintar sekali kamu, Ka. Tahu dari mana?” tanya Dini.“Aku baca buku, Dini. Ayah dan Ibuku selalu menghadiahkan aku buku dan mengajakku ke perpustakaan,” jawab Alika.“Nanti

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pengalaman Baru

    Danil sangat kikuk duduk diantara orang-orang yayasan. Dimana penampilannya sangat mencolok. Semua laki-laki di sana menggunakan peci, serta baju koko yang cukup sopan. Belum lagi yang perempuan, membuat dia menjerit seakan sedang terjebak ke dalam tempat yang sangat sulit dia dambakan.Sebelum rapat dimulai. Angga sengaja meminta Danil duduk di sampingnya.“Maaf sebelumnya, Ustaz Ustazah semua. Perkenalkan ini Danil tangan kanan saya di perusahaan. Hari ini kebtulan saya ajak ke sini, untuk mengenal dunia pendidikan lebih jauh!” jelas Angga. Membuat semua orang memperhatikan Danil dengan seksama. Laki-laki dengan postur tubuh proposional. Hitung mancung, alis tebal dan sekilas terlihat berkarisma. Buru-buru ustazah di sana menundukkan pandang. Karena spek laki-laki di depan mereka sangat memukau, bagai artis.Danil agak terkejut dengan penuturan bosnya. Apa ini cara bosnya mengenalkan dia pada ustazah di sana. Rapat berlangsung. Beberapa ustazah menyampaikan laporan mereka. Ada juga

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Aku Percaya

    Angga pulang hampir larut. Tidak biasanya dia seperti itu. Namun, beberapa pekerjaan menjelang akhir tahun ini membuat semuanya sibuk. Apalagi dia baru memecat sekretarisnya.“Danil, tolong carikan sekretaris baru untukku! Ingat laki-laki ya!” perintahnya.“Baik, Bos. Akan segera saya dapatkan!” sahut Danil. Danil merupakan kaki tangan ANgga. Namun, dia punya jabatan yang besar di perusahaan itu.“Maafkan saya terkait Sela Bos. Saya menyesal terhadap kejadian yang menimpa Bos!” tambah Danil. Angga sedang bersiap hendak pulang.“Its Oke. Jadi kita lebih waspada ke depan!” sahut Angga. Sekali lagi dia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan jam 12 dini hari. Sudah lama dia tidak lembur selama ini.“Baik, Bos.” Danil menunggu Bosnya keluar dari ruangan.Lalu mereka berjalan beriringan untuk ke parkiran.“Danil, kalau nanti kamu bekerluarga usahakan, melindungi dan menjaga pernikahanmu. Banyak sekali wanita jalangyang mengincar kalau kita punya pekerjaan dan penghasilan y

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Penjaga Mama

    Sela keluar dari gedung pencakar langit itu dengan berat hati. Mau gimana lagi, dia benar-benar dipecat secara tidak terhormat. Bahkan bodyguard menyeretnya dengan kasar.“Saya ingin mengambil barang-barang saya dulu!” pintanya memelas karena ada beberapa barang berharganya di sana.“Ingat hanya lima menit kamu sudah keluar dari gedung ini!” tegas bodyguard tersebut. Sela berjalan cepat menuju lift lalu ke ruangannya tepat di samping ruangan Angga, sang CEO.Saat menenteng sebuah kardus keluar dari sana. Dia berpapasan dengan kedua temannya Ani dan Dini. Bukan rasa kasihan yang ditunjukkan malah diejek habis-habisan.“Aduh Sela- sela baru setengah jam lalu, kita bilang apa. Kamu mimpi ketinggian. Kasian sekali. Padahal cita-citanya mau jadi simpanan bos!” ledek Dini.“Memang kamu itu terlalu kepedean tahu. Kamu bisa tuh, incarin om sana, tapi tidak dengan Bos Angga. Dia itu spek setia. Kamu belum lihat istrinya secantik dan sekeren apa. Dibandingkan kamu bukan apa-apa Sel!” tambah Ani

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perihal Sekretaris

    Angga berjanji akan segera memecat Sela pada kedua anaknya. Mereka akan melihat langsung proses itu. Begitu pulang sekolah, Angga menjemput sendiri kedua anak kembarnya itu yang kini sudah masuk sekolah Madrasah Tsanawiyah. Masih dengan baju sekolah mereka diboyong ke kantornya. Memang sejak pagi Sela merasa aneh, bahkan bosnya itu tidak menyapanya sama sekali. Pekerjaan pun tidak ada yang diansurkan padanya. Justru staf lain yang hilir mudik mengantar sendiri.“Kenapa sih Bos?” gumamnya.“Bos mau dibuatkan kopi?” tanya Sela dengan lancang masuk ke ruangnya.“Saya tidak minum kopi, kamu tahu itu kan?!” Angga terus sibuk memperhatikan berkas di depannya tanpa menoleh.“Maaf Bos, yang lain barang kali?” tanya Sela lagi.“Tidak perlu!” jawab Angga puntung.“Untuk makan siang bagaimana Bos?” perempuan itu mendekati meja kerja bosnya. Hari ini dia sengaja memakai kemeja yang agak ketat, dengan hijab dililit ke belakang. Menurutnya cukup membakar gairah seorang laki-laki. Sejak masuk ke san

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perkara Mimpi

    “Ma semalam Kakak mimpi buruk lagi!” seru Alifa setelah duduk di samping ibunya yang sedang memakai wangi-wangian pada anak bungsunya.Mahra menoleh, ini bukan kali pertama Alifa mimpi buruk. Tiga hari yang lalu putri kembarnya itu juga bermimpi buru. Dia bermimpi dililit ular sampai napasnya tersenggal-senggal. Itu dapat dia lihat langsung saat dia memeriksa kamar anaknya. Tiga hari sebelumnya lagi juga demikian. Itu pertama kali si kakak mimpi dikejar harimau besar.“Malam ini mimpi apa kak?” tanya Mahra dengan tenang. Dia bisa melihat putrinya seperti ketakutan.“Mimpi Papa nikah lagi, dan istri baru papa jahat!” Alifa berujar dengan penuh penyesalan.Mahra membeliakkan matanya. Dia memang sempat mencari internet perihal tafsir mimpi. Namun, dia ragu apakah anak remaja seusia alifa mimpinya bisa memiliki makna?“Apa-apa?” Angga yang hanya mendengar ujungnya saja tentu shock bukan main. Mata elangnya menatap sang ayah dengan ganas.“Kenapa Kakak lihat Papa begitu?” tanya Angga. Dia

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebiasaan Lama

    Sudah dua jam, Mahra duduk di depan laptop. Menulis sebuah artikel. Selama beberapa tahun terakhir, dia membangun sebuah blogger parenting. Cukup berpenghasilan dan maju. Mahra sudah lama tidak menulis buku, karena anak-anaknya masih balita. Dia tidak ingin anak-anaknya kekurangan kasih sayangnya. Membangun blogger tidak begitu sulit dan menguras waktunya. Setidaknya dia masih menulis setiap 3 atau 2 kali seminggu.Dia menyisihkan sedikit waktu ketika putranya tidur atau bermain dengan orang lain. Seperti malam ini karena putra bungsunya sedang asyik bermain dengan Angga. Angga nampak piawai bermain dengan si bungsu yang baru bisa berdiri, bahkan sesekali sudah bisa mengangkat langkah dengan gemetar. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang belajar mengaji di mushalla rumahnya. Angga sengaja memanggil orang ke rumah. Ketiga anak itu punya guru yang berbeda. Berdasarkan tingkatan mereka belajar.Si kembar sudah belajar kitab kuning dan fasahah alquran. Sedangkan Alesya masih di iqra’. Sese

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status