Buku Mahra sudah siap diterbitkan, Mahra harus menandatanngi sepuluh ribu eksemplar pertama untuk pemesan pre-order. Dia sangat senang. Karena yayasannya semakin berkembang tentu dia membutuh uang yang besar sebagai biaya operasional. Untuk itu dia harus memastikan kalau penjulannya laris manis. Selain itu, blog pribadinya kini yang sudah terhubung adsense. Juga sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya listrik yayasannya per bulan. Dasar, Mahra, dia sama sekali tidak memikirkan hal lain, selain yayasan. Anak yayasan tersegalanya. Selayaknya orang tua yang selalu menomor satukan keperluan anak-anaknya.Setelah menandatangani seluruh buku pre order sejumlah tiga ribu eksemplar. Mahra ditemani tim penerbit juga mengadakan meet and great di beberapa kota besar. Dia memang belum pernah mengadakan temu ramah dengan pembaca. Dengan bantuan Cika dia mempersiapkan semuanya dengan matang.Angga : Mahra!Mahra : Iya.Angga : Kapan meet and Great di Bandung?Mahra : Tanggal 25, sebe
Dari mall tempat Mahra dan tim penerbit mengadakan Meet Great. Sesuai instruksi direktur, mereka akan kopdar di sebuah restoran. Setelah manager memesan ruangan VIP. Tentu ide menarik, mengingat lama sekali Mahra tidak pernah menerbitkan buku. Meskipun buku-bukunya yang telah terbit belasa kali cetak ulang. Namun, bagai gebrakan baru ketika Mahra menulis cerita baru berteman rumah tangga. Sang direktur semakin berambisi untuk sekadar kopdar atau singkatan dari kopi darat. Atau bahasa lain ngopi bareng. Mengingat keberadaan Angga di sana sebagai bagian dari penerbit mereka. saham Angga hampir lima puluh persen di perusahaan Bintang Belia. Lebih lebih lagi, mengingat bagaimana sosok Angga yang sangat fans dengan Nadia Mahra.Akmal yang menerima ajakan Kopdar. Apalagi kalau Angga ikut. Dia tidak terkesan hanya menjadi pendengar di sana. Laki-laki tiga puluh lima tahun itu akan duduk di dekat Angga. Ini merupakan kesempatan emas untuk membuat Mahra dan Angga lebih dekat. Hanya itu yang
Mobil Pajero sport membawa Akmal dan Mahra melintas ke Bandung. Beserta dua mobil lain dari tim penerbit. Mereka akan kembali melakukan meet great di kota tersebut. Dengan antusias yang luar biasa, para penggemar Mahra sudah berkumpul di sana. Menunggu sosok penulis idaman mereka.Entah kenapa, ketika mobil masuk ke kota tersebut. Sekelebat bayangan masa lalunya memenuhi kepalanya. Hatinya terasa panas, bola matanya seakan ingin menuntaskan beban yang menggantung. Tiga tahun dia hanya menjadi perempuan rumahan yang tidak dihargai. Diceraikan dengan cara tak terhormat.Setiba di mall, Akmal menatap adiknya yang terlihat sendu bahkan sejauh perjalanan mereka. Mahra hanya terdiam."Dek kamu oke?" tanya Akmal."O-oke!" Mahra mulai menyadari raut wajahnya yang melankolis. Ah, Bandung membuat suasana hatinya buruk ketika mengingat sepenggal kisah hidupnya dilematis.Acara meet great di Bandung berlangsung sukses seperti yang diharapkan.Para penggemar Mahra juga mengantre panjang hanya demi
Setelah lama mengobrol, Angga, Mariah dan Mahra hendak menemui yang lain. Mereka semua sedang membakar jagung di samping rumah. Sembari menikmati jus stroberi langsung di samping kebunnya, sungguh menakjubkan.Tiba-tiba seorang bocah muncul di sana. Rehan, cucunya Mariah. Anak dari Animar."Om Angga kapan ke sini?" tanya dia yang baru pulang dari sekolah."Hai Re, baru pulang sekolah ya?" Angga segera memeluk bocah ompong itu.Re sejenak menatap Mahra tanpa ekspresi.Alih-alih menjawab pertanyaan Angga. Justru bocah itu balik bertanya. "Inikah pacar Om? Yang kemarin mau Om bawa ke sini?" tanya Rehan dengan polos.Angga menjadi canggung, Mahra justru merasa heran.Belum sempat Angga menjawab, Mariah memotongnya. "Lho Rehan tahu darimana Om punya pacar?" "Kata Om Angga. Dia punya pacar, cantik berkerudung seperti ibu, tapi kekasihnya lebih putih dan lebih tinggi. Aku sangat senang, karena Om Angga tidak lagi punya pacar seperti Tante Lira yang judes. Dia mengataiku anak nakal!" papar
Setelah memetik sekeranjang kecil stroberri Mahra kembali ke tempat yang lain sedang menikmati jagung bakar.Putri satu satu-satunya Mariah dan Cika hendak menyiapkan menu makan siang. Mahra kembali dengan wajah tak berekspresi. Mereka semua ingin sekali menertawakan ekspresi Mahra. Tapi, tidak ada yang tega menertawakannya. Diantara mereka semua senang melihat kedekatan Angga dan Mahra."Wah Tante udah siap petik stroberinya?" tanya Rehan."Iya Re. Ni banyak kan Tante petik!"sahut Mahra sambil sedikit berjongkok pada Rehan yang masih kecil."Tante Re ingin kali datang ke pesta Tante dan Om Angga!" tambah bocah itu lagi Sial, Mahra lagi-lagi harus menahan malu. Mukanya sudah seperti kepeting rebus. Demikian juga dengan Angga. Dia sangat kesal pada Rehan. Bisa-bisanya dia berkata yang seharusnya dia katakan saat Mahra benar-benar menerimanya. Beginikan dia jadi salah tingkah. Rehan sangat keterlaluan."Iya nanti pas Tante dan Om Angga ulang tahun Rehan datang ya!" sahut Mahra."Ada
Ponsel Mahra bergetar. Ada sebuah pesan masuk ke aplikasi whatsAppnya dari kontak Angga. Htainya mulai berdebar. Dia seperti ingin segera membalasnya.Angga : “Assalamualaikum!" Mahra : "Waalaikum salam."Angga :"Gimana?"Mahra :"Apanya?"Angga :"Aku mau belajar nulis sama kamu!"Mahra : "Ha?”Laki-laki itu menuntut haknya. Secara tidak sengaja tempo hari dia berjanji untuk mengajarinya menulis. Ah, sial sekali. Mahra pikir dia hanya bercanda. Ternyata Cika benar. Laki-laki itu memang tidak sebercanda itu.Mahra : "Aku tak sepandai itu untuk mengajarimu menulis?!" Alasan macam apa dibuat Mahra. Sungguh konyol. Bagaimana mungkin Angga terima dengan alasan seperti itu. Dia penulis best seller masa iya nggak pandai nulis.Angga : "Ah masa, terus bukumu bisa bestseller. Itu yang dikatakan tidak pandai? Xixixi," balas Rio.Mahra : "Oh bukan begitu maksudku! Aku hanya, bingung kamu di Jawa sedang aku di Aceh dan...."Angga : "Hei, kita bisa belajar online kan? Sesekali lewat chatting gini
“Mak, kemarin ada tamu ya?” tanya Akmal basa-basi untuk menyindirkan adiknya. Mereka kini sedang berkumpul di ruang keluarga.“Iya, tamu jauh! Ganteng lagi!” ujar Bu Meilinda. Perempuan lima puluh tahun itu langsung antusias.“Lama nggak Mak tamunya?” tambah Akmal lagi sambil melirik ke adiknya yang sedang sibuk dengan ponsel.“Lumayan, pokoknya cemilan yang Mamak hidangkan ludes!” jelas Bu Meilinda dengan wajah sumringah.“Ayah pasti senang banget nih kedatangan tamu jauh!” ledek Akmal lagi sambil mendudukkan putranya di atas perut.“Kasian sekali Ayah nggak ada di rumah waktu tamu itu datang!” sahut Pak Burhan.“Wah rugi sekali Ayah! Padahal tamunya datang jauh-jauh lho!” Akmal masih senang mengganggu adik perempuannya tapi Mahra pura-pura tak tahu.“Kan bukan mau ketemu Ayah!” sahut Pak Burhan lagi.“Terus mau ketemu siapa juga tamunya?” tanya Akmal. “Woi dek kok cuek aja!”“Apa si Ngoh, males ah,” sahut Mahra dengan juteknya.“Iiii wajahnya merah tuuuu! Lihat tante mu tu nak, lagi
Entah kenapa, akhir-akhir ini, Mahra merasa aneh dengan dirinya. Nama Angga terus saja terbayang-bayang di kepalanya. Dan setiap kali orang menyebutkan nama laki-laki tersebut. Dia selalu merasa kalau ada rasa aneh semacam desiran lain di hatinya. Entahlah Mahra merasa aneh dan sulit mendefinisikan perasaannya."Aduh tolong please nggak usah mikirin dia terus!" gumam Mahra seorang diri. Saat dia duduk di depan komputernya tapi, dia belum menulis apapun. Kalau boleh di jujur hatinya sedang mengeja tentang Angga. Wajahnya, cara dia tersenyum, cara di memanggil Mahra, kesukaannya. Apapun itu, Mahra merasa tidak nyaman dengan apa yang dia rasakan. Ting. Notifikasi di komputernya muncul pertanda ada chat masuk dari seseorang. Dan itu pesan di email.Mahra membukanya, sebuah pesan dari email angga0101@gmail.com."Ah dia lagi!?" Mahra merasa kesal. Kenapa laki-laki itu ada dimana-mana. Di komputernya bahkan ada, dia menyelinap bagai makhluk halus."Salam, dari Angga. Ini file naskah saya