Share

Bab 9 Bahasa Bunga Angelica

Penulis: Bunga Bakung
Mata Nadia kedap-kedip, dia menatap Gio dengan tidak percaya, "Saya sama sekali nggak bersalah ...."

"Aku bilang minta maaf! Nadia, aku nggak ingin mengulang ucapanku untuk ketiga kalinya!" seru Gio dengan dingin.

Menghadapi kemarahan Gio, Nadia hanya bisa menelan rasa tidak adil yang dia rasakan.

'Ya. Yuvira adalah wanita pujaan hatinya.'

'Sedangkan aku hanya seorang pengganti, pasangan ranjang yang nggak layak untuk dikasihani.'

'Perasaanku nggak berarti sama sekali baginya dibandingkan dengan wanita pujaan hatinya ini.'

Hati Nadia terasa sangat sakit, tetapi dia menunduk dan berkata dengan suara tersendat, "Maaf."

Yuvira mengangkat kepalanya dari pelukan Gio dan berkata, "Gio, jangan salahkan Bu Nadia. Aku yang salah ...."

Gio memeluk Yuvira dengan penuh kasih dan berkata, "Kamu nggak perlu membelanya, ayo kita pulang."

Melihat kedua orang itu pergi dengan mesra, pandangan Nadia menjadi buram seakan-akan ada kabut yang muncul mendadak.

Air mata dengan cepat mengalir dari matanya.

....

Senja hari.

Nadia pergi ke rumah sakit setelah pulang kerja.

Kebetulan dia bertemu Sam yang sedang menjelaskan sesuatu kepada perawat di depan pintu kamar rawat.

Nadia mengangguk, isyarat menyapa Sam. Ketika Nadia hendak masuk ke kamar rawat, Sam menghentikannya.

"Nadia, ibumu baru saja tertidur setelah kemoterapi. Sebaiknya kamu nggak masuk dulu."

Nadia pun berhenti dan bertanya kepada Sam dengan pelan, "Dokter Sam, ibuku sudah melakukan kemoterapi tahap 5, sekarang gimana kondisinya?"

"Jangan terlalu khawatir. Operasi ibumu dilakukan lebih awal dan proses pemulihan lebih baik dari yang diperkirakan," hibur Sam.

Mendengar itu, Nadia menghela napas lega, lalu bertanya, "Apa saldo di rekening untuk pembayaran rumah sakit masih cukup?"

Alis Sam terangkat. Dia sedikit heran dan bertanya, "Bukannya kemarin kamu baru saja menyetor 2 miliar?"

Seketika, Nadia tercengang.

Bagaimana mungkin dia bisa langsung menyetor 2 miliar.

Kecuali ....

Nadia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Yuda.

"Halo, Bu Nadia."

"Apa Pak Gio membayar biaya pengobatan ibuku?" tanya Nadia langsung.

"Ya. Tuan Gio nggak mengizinkanku memberitahumu. Sebenarnya, kemarin dia menyetor 2 miliar ke rekening ibumu tepat setelah tiba di rumah sakit," jawab Yuda.

Mendengar ini, Nadia tanpa sadar menggenggam ponselnya dengan erat.

Setelah ragu-ragu sejenak, Nadia pun menelepon Gio, "Pak Gio, kamu di mana?"

"Langsung bilang ada perlu apa?" ujar Gio dengan dingin.

"Aku pasti akan mengembalikan 2 miliar itu padamu!" ujar Nadia dengan tegas.

Gio mendengus dingin, seakan-akan meremehkan perkataan yang baru dia dengar itu.

"Datang ke Pondok Asri."

Selesai mengatakan itu, Gio langsung menutup ponselnya.

Nadia termenung sejenak, lalu berbalik dan meninggalkan rumah sakit.

Pondok Asri.

Begitu Nadia masuk ke vila, Bibi Ratih, pelayan yang dipekerjakan oleh Gio menghampirinya.

"Anda Nona Nadia? Tuan sedang di ruang kerja," ujar Ratih.

Nadia memandang pelayan baru itu dan agak terkejut. "Oke, aku akan menemuinya di sana," ujar Nadia.

Ruang kerja ada di lantai atas. Setelah tiba, Nadia membuka pintu ruangan itu.

Di dalamnya gelap gulita.

Nadia secara alami ingin menyalakan lampu. Akan tetapi, sebelum ujung jarinya dapat menyentuh tombol lampu, tercium aroma familier yang tiba-tiba mendekat.

Nadia merasakan pinggangnya dipeluk oleh sepanjang lengan dengan erat. Seluruh tubuhnya tenggelam ke pelukan hangat itu.

Ketika tercium embusan napas beraroma kayu cedar, Nadia tahu itu adalah aroma yang dimiliki Gio.

Kemudian, Nadia merasakan dirinya melayang. Dia digendong oleh Gio yang berjalan menuju sofa.

Nadia mendorongnya dan berkata dengan gugup, "Pak Gio! Aku kemari untuk bicara masalah pembayaran uang itu!"

Gio tidak menggubrisnya.

Setelah menindih Nadia di atas sofa, Gio baru berkata dengan suara yang berat, "Diam!"

Setelah itu, Gio dengan mudah membuka pengait bra Nadia.

Sambil mengunci rahang bawah Nadia dengan tangannya yang lebar itu, Gio mencium leher Nadia dengan ganas.

"Pak Gio ...."

"Diam!" seru Gio dengan tidak sabar.

Setelah itu, Gio menarik pinggang Nadia. Sekarang, Nadia dipeluk di pangkuan Gio.

Jari-jari Gio yang terasa kasar itu membelai bibir Nadia dengan lembut. "Puaskan diriku dulu kalau ingin bicara hal itu," ujar Gio.

Nadia menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan terpaksa, "O ... oke."

Setelah atraksi menggairahkan selesai ....

Nadia menahan rasa sakit di tubuh sambil menutupinya dengan pakaian.

Dia bangkit duduk dengan perlahan, lalu berkata dengan pelan, "Kamu nggak takut wanita pujaan hatimu akan cemburu?"

Sambil menyalakan rokok yang tergantung di mulut, Gio berkata, "Bukan hal yang perlu kamu khawatirkan."

"Aku akan mengembalikan dua miliar itu," ujar Nadia sambil mengenakan pakaiannya.

Gio mengembuskan lingkaran asap. Sambil menatap Nadia dengan mata yang hitam pekat itu, dia berkata, "Mengembalikan? Dengan tubuhmu?"

Merasa terhina, Nadia mencengkeram pakaiannya dan menjawab, "Itu urusanku."

Gio tiba-tiba terlihat kesal dan berkata dengan sinis, "Anggap saja uang itu termasuk kompensasi yang sudah kujanjikan. Nadia, kamu hanya tertarik dengan uang, 'kan? Jadi, kamu hanya perlu patuh dan nggak punya hak untuk komplain."

Perkataan Gio membuat Nadia merasa seolah-olah dia telah ditampar oleh tangan yang tidak kasat mata. Terasa sakit bagaikan terbakar.

'Ya. Di matanya, aku hanyalah wanita matre yang nggak berhak berlagak suci.'

Tidak lama kemudian, Gio meninggalkan ruang kerja setelah mengenakan pakaian.

Ketika Nadia hendak membersihkan tisu-tisu yang tergeletak di lantai, Ratih masuk ke dalam ruangan.

Melihat ada banyak bekas ciuman di leher Nadia, Ratih menjadi canggung dan hendak berbalik keluar.

"Masuklah," ujar Nadia dengan pelan ketika melihat Ratih datang.

Nadia merasa harga dirinya di sini sudah tidak ada, jadi dia tidak takut pelayan Gio mengetahui hal tersebut.

Ratih tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap Nadia dengan cemas, lalu ikut bantu membersihkan.

Setelah membersihkan tisu-tisu di lantai itu, Ratih hendak mengelap lukisan yang digantung di dinding.

Ratih menarik sebuah kursi dan hendak naik ke atas. Namun, tiba-tiba terdengar suara dia mendesis kesakitan.

Melihat ada koyok di lutut Ratih, Nadia pun menghampirinya dan berkata, "Kakimu nggak akan kuat. Biar kubantu lap."

Ratih segera menolak, "Jangan, jangan. Mana boleh aku membiarkanmu melakukan pekerjaan kasar seperti ini."

Akan tetapi, Nadia bersikeras mengambil kain lap dan berkata, " Nggak apa, biar aku saja."

Setelah mengatakan itu, Nadia berdiri di kursi.

"Terima kasih, Nona Nadia," ujar Ratih terharu.

"Bukan hal besar," balas Nadia.

Ketika pandangan Ratih ke lukisan itu, dia pun memuji, "Nona Nadia, lukisan ini sungguh realistis, ya."

"Hanya saja, aku belum pernah lihat bunga di lukisan ini," lanjut Ratih.

Nadia memandangi bunga kecil berbentuk payung berwarna putih di lukisan itu, lalu menjelaskan, "Nama bunga ini adalah Angelica. Bahasa bunganya adalah gigih dan kerinduan abadi."

Ketika Nadia pertama kali melihat lukisan di ruang kerja Gio itu, reaksinya sama seperti dengan Ratih.

Gio juga menjelaskan hal yang sama padanya saat itu.

Selesai berbicara, Nadia menyadari bahwa lukisan itu akan terjatuh.

Dia mencoba untuk menahannya, tetapi karena terlalu berat, lukisan itu pun jatuh ke lantai.

Bersamaan dengan suara jatuh yang keras, pecahan kaca bingkai lukisan itu berserakan di lantai.

Ratih terkejut dan buru-buru berkata, "Astaga! Nona Nadia, hati-hati! Banyak serpihan kaca, aku ambil sapu dulu!"

"Oke," balas Nadia.

Nadia mengernyit. Ketika Ratih pergi mengambil sapu, Nadia turun dari kursi dengan hati-hati.

Dia mencoba mengambil lukisan itu, tapi bingkainya terlepas.

Tiba-tiba, sebuah foto jatuh dari balik bingkai.

Mata Nadia tertuju pada foto itu.

Seorang pria merangkul bahu seorang wanita di pantai.

Wanita di foto itu mengenakan gaun berwarna putih. Rambutnya terurai panjang mencapai pinggang.

Meskipun hanya foto punggung, keduanya tampak sangat serasi.

Hanya melihat sekilas, Nadia bisa mengenali punggung pria itu. Pria itu adalah Gio.

'Siapa wanita yang dia rangkul ini?'

'Kenapa foto ini disembunyikan di belakang lukisan?'

Nadia tertegun untuk waktu yang lama. Tiba-tiba, dia teringat apa yang baru saja dia katakan pada Ratih.

Bahasa bunga angelica melambangkan kerinduan abadi.

Dengan kata lain, wanita di foto itu adalah orang yang sangat dirindukan Gio?

Bab terkait

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 10 Wanita di Foto

    'Mungkinkah wanita pujaan hati yang dicari-cari Gio adalah wanita di foto ini?''Nggak, nggak mungkin.''Gio pernah bilang gadis kecil itu tiba-tiba menghilang setelah menyelamatkannya.''Gio bahkan nggak tahu wajah gadis itu setelah tumbuh dewasa.''Berarti, wanita di foto ini bukan gadis kecil itu.''Jadi, siapa dia?''Selama tiga tahun ini, Gio nggak pernah menceritakan tentang wanita ini.''Tapi dilihat dari foto ini, terlihat jelas bahwa wanita ini sangat penting baginya.'Nadia termenung sambil menatap foto itu dan ada perasaan sedih muncul di hatinya.Nadia berpikir dia cukup mengenal Gio, tapi sekarang dia menyadari bahwa dia sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang Gio.Nadia hanya tahu apa yang Gio ingin dia ketahui saja.Nadia merasa tidak peduli berapa banyak tempat yang ada di hati Gio, Gio tidak akan pernah memberikan satu pun untuknya.'Nggak heran. Wanita simpanan nggak pantas untuk berharap lebih, bukan?' pikir Nadia dalam hati.Ketika Ratih kembali dengan membawa sapu, N

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 11 Terjadi Sesuatu pada Bu Nadia

    Kaki Nadia seperti terpaku di tempat.'Ternyata pagi ini, Gio buru-buru keluar bukan karena marah padaku, tapi karena wanita di foto itu muncul di kantor.''Ya. Di mata Gio, aku hanyalah tempat untuk pelampiasannya, jadi nggak mungkin dia akan buang-buang tenaga marah padaku, 'kan?'Nadia tersenyum pahit dan berjalan menuju kantor sambil membawa paketnya.Sore hari. Setelah kerjaan di kantor selesai, Nadia pergi ke rumah sakit sambil membawa suplemen nutrisi yang dibelinya.Di pertengahan jalan, ada panggilan dari nomor tak dikenal.Begitu diangkat, terdengar suara teriakan ayahnya yang bisa membuat telinga sakit."Nadia! Selamatin ayah! Mereka mau potong jariku! Cepat datang selamatin ayah!"Ekspresi Nadia langsung berubah. Sebelum dia dapat berbicara, terdengar suara orang lain berkata, "Nona Nadia, ya? Hari ini ayahmu kalah 200 juta di tempat judi kami. Karena dia nggak bisa bayar, kami terpaksa cari kamu.""Aku nggak punya uang!" seru Nadia dengan marah."Oh, nggak ada uang, ya?" P

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 12 Bukan Urusanmu

    Ekspresi Gio seketika berubah dan berseru, "Periksa lokasinya di mana!"Yuda langsung mengoperasikan ponselnya dan dengan cepat menemukan lokasi Nadia.Dia terkejut, lalu berkata kepada Gio, "Di sebelah ...."Gio tiba-tiba berdiri, Yuvira yang tidak tahu apa yang sedang terjadi buru-buru mengikutinya.Begitu di depan pintu VIP 2, Gio langsung menendang pintu tersebut hingga terbuka.Pipi Nadia merah dan bengkak, tubuhnya berlumuran darah dan sedang ditekan oleh seseorang. Melihat semua itu, kemarahan Gio langsung menyelimuti seluruh tubuhnya.Sorot mata Gio memancarkan keinginan membunuh orang.Dia menghampiri pria yang memiliki bekas luka di wajah itu, lalu menendangnya dengan ekspresi sangat dingin.Dia melanjutkannya dengan mengambil botol anggur di meja dan dihantamkan ke kepala pria tersebut.Aura dingin dan kejam di sekujur tubuhnya terlihat seperti dewa kematian yang sedang merenggut jiwa manusia.Tidak ada seorang pun di antara penonton yang berani menghentikannya.Setelah meny

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 13 Beri Aku Penjelasan

    Jam 8 pagi, di kantor.Nadia pergi ke toilet ketika Gio sedang rapat.Saat keluar, dia bertemu Yuvira yang sedang cuci tangan.Nadia tidak memedulikannya, tetapi Yuvira tersenyum dan berkata, "Bu Nadia sungguh orang yang bertanggung jawab. Sudah dipukuli seperti itu, tapi masih bisa kerja."Nadia terdiam sejenak sambil berpikir, 'Waktu itu, apa Yuvira ada di sana juga? Jadi, Gio menutup teleponku karena ada Yuvira, ya?'"Bu Yuvira, urus saja dirimu sendiri," ujar Nadia dengan ekspresi datar."Apa Gio nggak marah padamu?" tanya Yuvira sambil tersenyum lebar.Selesai cuci tangan, Nadia menatap Yuvira dengan dingin dan berkata, "Apa yang ingin kamu katakan?"Yuvira menyeka tangannya perlahan dengan tisu sambil berkata, "Kalau nggak salah, sekarang Gio seharusnya muak denganmu, 'kan? Lagi pula, nggak ada pria yang suka wanita yang menggunakan tubuh untuk melunasi utang judi."Teringat percakapan di video pengawas telah diubah, Nadia langsung mengerti apa yang dikatakan Yuvira.Penyebab dia

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 14 Mengakhiri Hubungan Ini

    Tengah malam.Nadia yang susah payah tertidur terbangun karena dering ponsel.Melihat panggilan itu dari Yosef, Nadia segera mengangkatnya."Bu Nadia, sudah tidur?" tanya Yosef.Nadia bangkit duduk dan bertanya, "Ada apa, Pak Yosef?"Sambil melirik ke arah Gio yang mabuk karena dia dan Felix, Yosef berkata, "Pak Gio terlalu banyak minum, bisa jemput dia?"Nadia hanya terdiam.Ada Yosef berarti juga ada Felix. Mereka berdua adalah sahabat Gio dan selalu mahir mengorek informasi dengan membuat mabuk orang lain.Nadia tahu trik itu, tetapi tidak tahu tujuan mereka apa, jadi dia tidak ingin terlibat.Nadia tanpa basa-basi langsung menolak, "Pak Yosef, kalian hubungi Pak Yuda saja. Nggak aman aku keluar selarut ini. Kalau nggak ada urusan lain aku tutup teleponnya.""Sebentar!" seru Yosef dengan cepat."Yuda sekarang lagi sibuk memergoki pacarnya yang berselingkuh," bohong Yosef dengan mudahnya.Mendengar itu, Nadia kehilangan kata-kata.Dia sudah mengenal Yuda cukup lama, tetapi belum pern

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 15 Hamil

    Mendengar ucapan Nadia, perasaan Gio menjadi kacau sesaat.Detik berikutnya, dia menggenggam dagu Nadia sambil berkata dengan kasar, "Nadia, aku yang berhak mengakhiri kontrak ini! Bukan kamu!""Mulai hari ini, kamu nggak boleh keluar dari Pondok Asri tanpa izinku!" teriak Gio.....Nadia tidak ingat bagaimana dia keluar dari kamar Gio.Yang dia ingat, setelah memberikan larangan itu, Gio 'memakannya' secara brutal.Nadia ingin sekali menarik ucapannya itu.Dengan begitu, setidaknya dia masih bisa ke rumah sakit dan kantor.Tidak seperti sekarang ini, dia benar-benar seperti hewan peliharaan Gio. Dimainkan dan dibuang semau Gio.Selama seminggu dikurung, Nadia sibuk mengerjakan rancangan desain.Setelah mendapat bayaran, dia langsung mentransfer uang itu ke rekening ibunya.Saat hendak keluar dari aplikasi sosial media, muncul notifikasi pesan masuk dari Sena Yoan.Sena: "Nadia, Di Yolania ada kompetisi desain pakaian secara daring. Kamu mau ikut nggak?"Nadia terkejut, lalu membalas p

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 16 Tuan Gio Ikut Datang.

    Jam sepuluh malam.Mendengar suara mesin mobil, Nadia bergegas turun ke bawah. Kemudian, dia melihat Gio masuk ke ruang tamu.Seminggu tidak bertemu, wajah Gio terlihat sangat kelelahan.Nadia mengetahui jadwal Gio. Selama satu minggu ini dia pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.Melihat Nadia menyambutnya, Gio terkejut sesaat. "Ada urusan?"Nadia mengangguk dan berkata, "Besok, aku ingin menjenguk ibuku di rumah sakit."Sambil berjalan menuju tangga, Gio berkata, "Kita bicara di atas."Nadia mengikutinya sampai ke ruang kerja.Gio duduk di depan meja kerjanya sambil melepaskan dasi dan bertanya, "Jam berapa?"Sambil menuangkan air minum Nadia menatapnya dan berkata, "Besok pagi, boleh?"Selesai mengatakan itu, dia membawakan air hangat untuk Gio.Gio menatap gelas air itu sesaat, lalu berkata denga dingin, "Selesai menjenguk, aku akan menyuruh Yuda mengantarmu ke kantor."Nadia tidak menyangka bahwa Gio akan langsung setuju. Bukan hanya itu, Gio juga mengizinkan dia kembali bekerja.

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 17 Harus Turun ke Bawah

    Apa yang ditakutkan Nadia benar-benar terjadi.Dia buru-buru melepaskan diri dari gendongan Sam.Saat kakinya menyentuh tanah, Nadia kembali meringis kesakitan.Dia menengadah dan berkata kepada Sam, "Dokter Sam, tolong jaga ibuku, ya."Sam mengangguk dan melihat Nadia pergi dengan tertatih-tatih.Setelah sosok Nadia berangsur-angsur menjauh, pandangan Sam berpindah ke mobil Maybach di depan pintu rumah sakit.Nadia tiba di samping mobil dan Yuda membantu membukakan pintu untuknya.Seketika, hawa dingin yang menakutkan langsung melanda keluar."Masuk!" seru Gio dengan geram.Nadia menurutinya dan masuk ke dalam mobil dengan gugup.Begitu masuk, Gio langsung meraih dagu Nadia. Dia memaksa Nadia menatap langsung ke matanya.Gio sangat marah sampai menggertakkan gigi, lalu berteriak, "Nadia, apa semua perkataanku kamu anggap angin lewat?"Nadia yang terlihat pucat itu mencoba menjelaskan, "Gio, bukan begitu. Apa yang kamu lihat tadi ....""Apa? Nadia, aku hanya percaya pada apa yang kulih

Bab terbaru

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 169 Kenapa Tidak Pernah Ketahuan?

    Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 168 Siapa yang Membocorkannya?

    "Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 167 Akan Kuhancurkan Reputasinya

    Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 166 Mengusik Batas Kesabaran

    Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 165 Akan Kubuat Dia Tersiksa dan Jatuh Miskin

    Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 164 Aku Bisa Memberimu Kompensasi

    "Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 163 Bukan Urusanku

    Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 162 Jaga Dia Baik-Baik

    "Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 161 Aku dan Dia Hanyalah Masa Lalu

    Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status