Pagi-pagi sekali melihat cucu pertamanya berada di kediamannya, Aksara tersenyum bahagia. Begitu juga dengan Naomi yang berlari masuk ke dalam dekapan sang opa.“Omi kangen opa,” ujarnya.Lekas Aksara peluk bocah tujuh tahun itu. Melayangkan tubuhnya ke udara. Meski sudah berumur, nampaknya kesehatan selalu Aksara terapkan. Olahraga rutin dan mengonsumsi makanan sehat menjadikan tubuhnya tetap bugar di usia senja.“Opa juga kangen Omi. Kangen banget.”Jika sudah di sandingkan, kedua orang ini takkan melihat sekitarnya. Mereka lebih terlihat seperti ayah dan anak, terkadang. Lalu berganti seperti kawan akrab yang sedang bertukar pikiran memecahkan masalah. Kedua alis masing-masing akan berkerut bersamaan. Tidak heran, kekompakan mereka tiada tandingan.“Makan dulu,” tegur Mija. Wanita paruh baya yang makin bersinar di usia tuanya berseru lumayan kencang. Suami dan cucunya sangat tidak bisa di kendalikan. “Opa juga. Omi, oma masak kesukaan kamu.”“Wah!” Keduanya bersamaan berlari. Bahka
Ardika dan Dante bersitegang.Mendengar bagaimana Dante mengatai putrinya ‘berengsek’ yang tak patut sama sekali untuk dilontarkan. Menyentil sebagian harga dirinya terinjak-injak. Entah Ardika yang sudah muak dengan hubungan ini atau memang sudah hampa sejak awal. Yang pasti tanpa keraguan dirinya gaungkan: PERPISAHAN. Itu saja.Yang sayangnya di tolak mentah-mentah oleh Dante. Tidak tahu maunya perempuan itu apa. Setelah mengancam dengan cara membeberkan rahasia yang sejauh ini tersimpan apik. Toh itu sudah tidak berlaku bagi Ardika. Semuanya masa lalu. Jadi di sebarkan pun takkan memiliki pengaruh apapun.“Kita nggak pernah cocok. Please, Dante. Ayo kita pisah.” Sudah sangat putus asa Ardika menyatakan keinginannya. Yang terus-terusan di tolak berupa gelengan oleh Dante. “Kamu maunya apa?”“Kamu.”Bajingan!Orang gila mana yang telah mengenalkan Ardika pada perempuan semenjijikkan Dante. Yang dengan sadar pernah Ardika tunggangi. Mengerang nikmat dan mendesah hebat. Otaknya sangat
Pulung sedang gabut di penghujung weekend ini. Pasalnya, waktu yang biasa dirinya habiskan bersama Baraja justru terambil alih oleh Maha yang membawa putranya berjalan-jalan. Janji melihat pinguin di kebun binatang benar-benar Maha kabulkan. Sedang Pulung tengah mengalami sindrom malas maksimal yang mengharuskan tubuhnya rebahan secara estetik.Jadi ya gitu. Cuma guling sana guling sini dan ketika lelahnya gegoleran sudah mendera, Pulung akan beranjak ke dapur. Mencari-cari apa saja yang bisa mengganjal perut dan melepas dahaga kerongkongannya. Dan begitu usai dengan acara ganyemnya, Pulung akan kembali melaksanakan niatnya untuk hanya mencintai kasur sepanjang hari ini. Capek dengan kasurnya kembali kakinya bertandang menuju dapur. Kali ini memasak apa saja bahan-bahan yang ada dalam kulkas. Lalu memakannya sendiri.Kerennya, bereksperimen sendiri untuk dinikmati diri sendiri. Fucek memang! Cringe jomblo nggak pernah ada baik-baiknya selain ngenes.Dan hingga sore hari di mana tubuhn
Pagi-pagi sekali kondisi rumah Maha sudah riweh maksimal.Pulung dengan tetek bengek urusan dapur. Dan Maha yang sibuk total perkara baju untuk Baraja. Tidak itu saja. Lelaki yang bertelanjang dada itu menyiapkan beberapa pakaian pengganti, popok, susu dan camilan yang biasa Bara makan lekas di susun ke dalam tas khusus bayi.Selesai dengan keribetan yang di ciptakan sendiri. Beralih pada Bara yang anteng ganyem biskuit susunya. Mukanya masih cemong dengan liurnya yang semalam banjir. Rambutnya juga awut-awutan tapi tawanya tak luntur. Menonton serial kartun kesukaannya Masha and The Bear—yang Maha tebak takkan balita dua tahun itu pahami.“Ayo mandi.”“Yeay.” Soraknya.Asli! Cuma Baraja bocil yang suka dengan air. Mendengar ajakannya untuk mandi saja, semua biskuit yang ada di tangannya tercampak ke lantai. Sungguh ironis nasib camilannya.“Ikut papa, oke.”“Owkey.”Gayanya sangat dewasa sekali. Jempol dan jarinya menyatu kala menjawab. Persis seperti orang dewasa.“Paaa inta muuu?”
Kata-katanya begini:‘Dia yang tidak menghubungimu bukan karena alasan kesibukannya. Melainkan memang dia tidak menginginkanmu. Garis bawahi untuk kalimat ini adalah menghubungimu. Cetak tebal bila perlu. Jadi, konsep cinta yang sesungguhnya bukan membuat hati ini resah melainkan tidak adanya kerumitan dari kedua belah pihak. Cinta—kalau sadar—artinya bisa saling memperjuangkan bukan malah salah satunya yang meminta.‘Dia menghubungimu bukan semata keinginannya sendiri. Melainkan kamu yang memintanya. Pun sama halnya dengan dia yang tidak memberimu apapun karena tidak takut kehilanganmu. Begitukah sikap seorang yang mencinta diri kita? Maka dari itu berhentilah. Jangan lagi mencari alasan sekadar untuk mendengar suaranya atau mencari tahu keadaannya. Kamu akan dinilai terlalu bodoh alih-alih menganggap dia yang jahat. Tidak begitu cinta. Kamu harus sadar tanpa perlu mengeraskan hati.’Dante harus di pukul dengan ucapan-ucapan pedas untuk menyeret kewarasannya ke tepian. Karena Ardika
I LOVE YOUBeberapa hari ini Ardika hanya beraktivitas di dalam apartemennya. Alih-alih menyibukkan diri dengan pekerjaan kantornya yang menggunung dan sudah dirinya atasi di ruang kerjanya. Hasilnya belum memadai untuk bisa membuatnya move on.Ya. Ardika menjadi sadboy dadakan dengan label gamon (gagal move on). Karena ternyata, setelah di raba lagi hatinya lebih dalam, dua tahun bersama Dante bukan berarti membawa serta nama perempuan yang telah memberinya satu putri cantik untuk menggeser nama Pulung dari sana. Yang ada justru bertahta paling tinggi. Paling mendalam dan Ardika serukan delapan huruf berlafal I LOVE YOU keras-keras. Sampai hatinya sesak dan penuh, baru Ardika akan terjatuh tidur.Hujan di luar sana belum mau berpisah dari bumi. Selain memasuki musim penghujan yang menjadi latar belakang menuju akhir tahun. Bersamaan dengan itu kehidupan Ardika yang ‘baik-baik saja’ pun akan segera lebur.Jari-jari Ardika menyentuh tuts-tuts piano dengan ogah-ogahan. Dentingannya terd
Maha sudah mengurus Dante. Terbilang benar dan tidaknya yang penting perempuan itu sudah tidak mengganggu dirinya perihal rencana. Dan di penghujung hari yang senggang ini, Maha habiskan waktunya dengan menemani Bara bermain puzzle.Bocah lelaki itu anteng. Sesekali mulutnya mencecap bekas ganyeman biskuit favoritnya. Dan Maha bertugas menyodorkan ketika di rasa mulut mungilnya mencari-cari.“Kamu lucu banget, deh.” Seru Maha mengungkapkan ketertarikannya pada pipi gembul Bara yang mendukung keuwuan wajahnya.“Ucu.” Ulang Bara sambil terus fokus menata susunan yang tak rapi. Menempel di sembarang tempat yang tidak lagi berbentuk seperti contoh. Pasti bagi Bara asal sudah dirinya tempel setelahnya akan di rusak dan kembali menyusun. Buang-buang waktu, memang. Namanya juga bocil, kan?Sebagai orangtua, yang bisa Maha lakukan hanya membimbing dan mengawasi. Mengarahkan baginya tidak masuk ke dalam tatanan. Karena jika otak anak bisa berkembang dengan lebih baik maka itu suatu kemajuan ya
Tidak banyak yang bisa Pulung lakukan selain terdiam. Mulutnya menganga dengan ponsel yang masih menempel di telinga kanannya. Sedang suara di seberang sana terdengar menghela napas. Justru jantung Pulung dugun-dugunnya tidak karuan. Ini masalahnya bukan pada apa yang dirinya dengar. Tapi cara Maharaja yang melamarnya tergolong unik. Jika semua lelaki akan melakukan hal seromantis mungkin guna membuat pasangannya tersipu bahkan tersanjung. Maha mengenyampingkan acara ribet itu dengan langsung menghubungi melalui sambungan nirkabel.Pulung, kudu ottoke?Maha sedang ningkah dan itu meresahkan. Pulung yang sudah biasa sendiri di tawari menuju halalnya sebuah ikatan membisu secara estetik. Sampai ingin duduk saja kedua kakinya gemetar. Lebay banget, kan?Masalahnya … Pulung yang ceria. Pulung yang diam-diam menangis. Sejak hari di mana ia elukan harapan, menjadi hari di mana kelelahan terus menderanya. Jadi untuk yang baru saja masuk ke dalam rungunya, Pulung menyangkal habis-habisan. Ke