Share

Bab 3

"Pasti ibumu yang suruh kamu bilang begitu, 'kan?"

"Wanita ini suka permainkan aku."

Kekacauan ini berakhir. Guru membuka pintu toilet dan masuk untuk mengambil kembali ponselnya.

Setelah kelas berakhir di malam hari, Elsy masih kesal dan tidak gembira.

Aku sangat mengkhawatirkan Elsy.

Malam hari, Rudy datang menjemput Elsy. Ketika mereka keluar dari gerbang, mereka dihadang oleh mobil Gavin.

Elsy menundukkan kepalanya sambil mendelik Gavin.

Gavin menatap Rudy dengan dingin. "Tannie sudah meninggal?"

Rudy menjawabnya dengan kasar, "Kalian sudah bercerai, kamu sudah mau tunangan. Ngapain tanyakan kabarnya?"

Mendengar kata "tunangan", tubuh Elsy bergidik. Dia makin marah dan matanya tertuju pada pria yang berpakaian rapi di depannya.

Jangan marah, Elsy. Nggak apa-apa, Ibu nggak ada hubungan sama dia lagi.

Kali ini, beberapa anak-anak yang dititip di kelas penitipan malam pun keluar.

Begitu melihat Elsy, mereka langsung mengkritiknya.

"Hei, bukannya si nakal itu nggak punya ayah dan ibu? Kok hari ini ada dua paman datang jemput dia?"

"Dua paman itu mau daftar jadi ayahmu?"

"Kenapa nangis? Biasanya kamu galak ke kami?"

"Ibumu sudah meninggal. Nangis pun, nanti pulang, nggak ada yang lap air matamu."

Rudy menggendong Elsy, Elsy terus meneteskan air mata.

Saking kesalnya, aku mengentakkan kakiku. Aku sungguh ingin menghajar anak-anak nakal ini.

Tiba-tiba, sebuah tangan mengangkat anak kecil yang baru selesai berbicara.

Saat ini, Gavin tampak seperti Raja Neraka yang galak. "Kelak, kalau kalian tindas Elsy lagi, aku bukan cuma buat orang tua kalian kehilangan pekerjaan, aku juga bakal potong lidah kalian."

Setelah berkata demikian, dia melirik setiap anak-anak dengan galak.

Anak-anak ketakutan hingga mengompol di celana.

Setelah mengusir anak-anak yang menindas Elsy, Gavin seolah-olah sedang memikirkan ucapan anak-anak itu.

Dia tampak agak kebingungan.

Dia memandang Rudy sambil bertanya, "Tannie benaran sudah meninggal?"

Sudah dibilang, aku sudah meninggal. Kenapa masih tidak percaya?

Mata Rudy diselimuti dengan hawa dingin. "Ya, tapi kamu nggak perlu tahu."

Rudy tahu segala sesuatu yang terjadi pada kami.

Jadi, Rudy sama sekali tidak menghargai Gavin.

"Aku nggak perlu tahu? Kalau kamu bukan ayah Elsy, mungkin wanita kejam itu diam-diam melahirkan anakku. Kasih tahu aku, Elsy anakku, 'kan?"

Aku hampir jatuh.

Tidak! Rudy, kamu tidak boleh kasih tahu dia!

Kalau sampai dia tahu Elsy adalah putrinya, dia mungkin bakal merebut Elsy dan memperlakukan Elsy dengan buruk.

Gavin akan segera bertunangan. Seperti kata pepatah, ibu tiri akan membuat seorang anak kehilangan ayah kandung.

Rudy memeluk erat Elsy, Elsy melingkarkan sepasang tangan di leher Rudy. Mereka tampak seperti ayah dan anak yang harmonis.

Namun, Rudy malah tidak membantah. "Kalau benar, memangnya kenapa? Kamu sudah mau nikah, calon istrimu mau terima anak dari mantan istrimu?"

Setelah terdiam sejenak, Rudy lanjut berkata, "Kamu tahu kenapa aku mau kasih tahu Elsy adalah anakmu? Aku mau kamu merasa bersalah atas semua perbuatanmu pada Tannie. Kamu tahu kenapa Tannie memilih untuk melahirkan anak dan membesarkan anak sendirian?"

"Orang sepertimu bisa merasa bersalah?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status