Share

Bab 12

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-15 10:06:14
Aku berusaha tarik napas dan memutuskan untuk tidak gegabah. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri di hadapan umum. Jika aku marah, itu artinya aku menjatuhkan harga diri sendiri. Seharusnya balas saja nanti dengan cara elegan.

"Aku nggak tahu kalau kamu dan papamu sekarang sesukses ini, aku salut," ucap Mas Dimas lagi.

"Ya, setelah aku sudah kaya raya kini banyak lelaki yang mendekati, termasuk kamu," celetuk wanita yang itu.

"Bukan aku orangnya, kita kan ketemu secara tidak sengaja, artinya itu adalah jodoh, bukan aku yang mendekatimu tapi Tuhan langsung," sahut Mas Dimas.

Dulu juga Mas Dimas meyakinkan aku seperti itu, bilang bahwa kami adalah jodoh makanya dipertemukan oleh alam. Kenyataannya, setelah menikah, dia terang-terangan mengatakan bahwa aku tidak pantas bersanding dengannya.

"Ya udah yuk, kita ke kamar! Aku sudah lama nih nggak___" Aku mendengar wanita itu becanda dengan suamiku saat dia memotong pembicaraannya. Gelak tawa seakan memperlihatkan bahwa Mas Dimas memang t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 13

    Belum selesai Pak Pram menjawab, tiba-tiba telepon genggam wanita itu berdering."Aduh, aku buru-buru, Pram. Besok ketemu di kantor deh ya. Aku ada perlu setelah ambil kunci yang kutitip ke resepsionis," ucap Safitri. Ya, itu nama wanita yang tadi tidur bersama suamiku."Bye," timpal Pak Pram. Kemudian kami tidak langsung keluar lobi. Sebab dipastikan sudah ada Mas Dimas yang ada di parkiran, jadi kami menunggu mereka pergi terlebih dahulu."Biarkan mereka pergi, biarkan mereka menikmati masa-masa indah. Memang biasanya yang haram lebih enak daripada yang halal, itu untuk orang yang kurang imannya," ungkap Pak Pram membuat dahiku mengkerut."Tante," sapa Jingga mengejutkan."Ya, Sayang," timpalku."Tadi aku temenin Papa salat di mushola, papaku itu rajin salat loh," celetuk bocah itu.Baru saja aku ingin menegurnya yang berkata seperti orang beriman padahal tadi sewaktu aku melakukan ibadah, dia tetap berada di restoran. Namun ternyata itu salah, dia bicara seperti itu karena memang o

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 14

    "Iya saya sedang di mall, gimana pertemuan dengan klien?" Pak Pram mengalihkan pembicaraan. Kalau atasan memang bebas, mau jawab pertanyaan bawaannya atau tidak Itu terserah. Mas Dimas pun tak akan bisa protes."Sudah beres, Pak. Besok sudah bisa mulai kerjasamanya," jawab Mas Dimas."Oh ya sudah kalau gitu, tolong jangan telepon saya kalau tidak penting ya," timpal Pak Pram.Rasanya aku ingin tertawa saat Mas Dimas diceletuki seperti itu, Sebab Dia tidak bisa berkutik atas apa yang dikatakan Pak Pram."Ma-maaf, Pak." Dia hanya membalas seperti itu, sangat singkat sekali jawabannya. Aku menghela napas seraya menahan tawa. Kemudian Pak Pram menutup sambungan teleponnya. "Kenapa kamu? Kok kelihatan sedang nahan tawa? Pipinya agak tembem," sindir Pak Pram."Hm, selain jadi bos, ternyata bapak seperti dukun, yang bisa baca pikiran dari raut wajah," ejekku juga."Sudahlah ayo kita pulang, kasihan Bu Anis di hotel sendirian," ajak Pak Pram.Kemudian kami bergegas ke parkiran, berhubung Mas

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 15

    "Jadi kabur untuk buka open BO? Luar biasa istriku ini," ucap Mas Dimas. Dia bahkan bertepuk tangan saat mengatakan hal itu padaku. Beruntungnya kami sangat jauh dari tempat Pak Pram memarkirkan mobilnya. Aku tertawa saat dia mengatakan hal itu, bisa-bisanya berpikir aku melakukan hal buruk. "Aku pernah baca di satu buku, biasanya orang yang berprasangka buruk itu sedang berkaca dirinya sendiri, apa nggak kebalik, Mas, kamu kali yang buka jasa open BO di sini," sindirku.Mas Dimas nyaris melayangkan telapak tangannya ke wajahku, ya banting kembali dan justru memukul tangannya sendiri dengan kepalan sebelah kanan."Terus kamu ngapain di hotel? Hah!" Mas Dimas terdengar sangat marah. Ia semakin meninggikan nada bicaranya.Aku terbiasa mendengar dia marah, tapi baru kali ini mendengar Mas Dimas emosinya luar biasa, bahkan ini di depan umum, dia tak bisa mengontrolnya."Kamu marah aku di sini?" tanyaku. "Terus ada buktinya Nggak aku buka open BO di sini?" lanjutku."Aku tanya kamu ngapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 16

    "Pak Pram," ucap Mas Dimas. Wajahnya terlihat sangat kaku, dia menoleh ke belakang dengan muka pucat."Iya, ini saya," timpal Pak Pram."Saya nggak bermaksud seperti itu, Pak." Mas Dimas menyanggah ucapannya. Padahal jelas-jelas tadi dia menuduhku menjajakan diri, itu artinya secara tidak langsung Mas Dimas menuduh Pak Pram adalah langgananku.Kini mereka berdiri saling berhadapan, tatapan keduanya menangkap sempurna."Jadi maksud kamu itu apa? Bukankah tadi kamu bilang Inggit itu buka open BO?" tanya Pak Pram."Anu, Pak. Maksud saya Pak Pram kenal Inggit dari mana? Saya hanya kaget aja gitu, Pak Pram seorang pemilik perusahaan, tapi kenal dengan upik abu seperti Inggit," jelas Mas Dimas membuatku kesal sendiri. Dia masih saja menjelek-jelekkan aku di hadapan Pak Pram, Mas Dimas masih menyebutku sebagai upik abu.Aku menghela napas, kemudian bergeser sedikit supaya berada di tengah-tengah mereka berdua."Silakan kamu mengumpat aku, mencaci, menghina, dan apa saja yang kamu sukai, Mas,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 17

    "Lalu setelah ini Pak Pram akan memecat Mas Dimas?" tanyaku padanya."Nggak dong, kamu jangan berpikir pendek." Pak Pram menyunggingkan senyuman sambil mengibaskan jas yang ia kenakan. Kemudian, ia bangkit dari duduknya. "Saya pulang dulu, nanti Jingga kumat lagi minta kamu ikut ke rumah, bisa repot," sambungnya.Aku pun mengangguk sambil tersenyum. Kemudian memperhatikan Pak Pram dari kejauhan saja menuju mobilnya.Di kursi depan hotel, aku masih menatap ke arah mobil, lalu dari jauh terlihat Jingga mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan. "Dadah, Tante!" Itu teriakan Jingga membuatku sontak turut melambaikan tangan.Mobil pun melaju perlahan, aku masih terduduk sambil senyum sendirian.'Ternyata hidup itu tak serumit yang aku pikirkan, Tuhan tidak mungkin membiarkan hambanya kelaparan, apalagi sudah disertai usaha,' batinku merasa bersyukur, ternyata dibalik meninggalnya bapak, ada hikmah yang tersembunyi.Lalu aku bangkit dan menuju kamar hotel. Kasihan ibu yang sudah menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 18

    Setelah Pak Pram menutup teleponnya, aku pun bergegas siap-siap. Aku turuti saja perintah dari bosnya suamiku itu. Sebab, ini sebuah kesempatan yang tidak mungkin aku peroleh lagi."Kesempatan itu datang hanya sekali, kenapa kita kemarin nolak tawaran Pak Satria ya?" Aku bicara pada ibu sambil bersolek diri."Niat kita tidak ingin membebankan nama Bapak dalam urusan duniawi lagi." Ibu menjawab sambil membantuku merapikan rambut."Bu, memang aku seperti upik abu?" Aku melontarkan pertanyaan yang membuat ibu tersenyum."Pasti kepikiran ucapan Dimas. Kamu kayak nggak tahu aja mulut suamimu itu seperti sampah. Sepertinya dia itu mencintaimu tapi gengsi mengatakan itu," tutur ibu.Aku melirik ke arah ibu melalui cermin yang ada di hadapanku."Cinta?""Iya, benci dan cinta itu beda tipis, Dimas pasti kesepian dan merasa kehilangan kamu makanya bersikap seperti itu," timpal ibu.Aku terkekeh sambil bangkit dari duduk dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhku ini. Aku mau bertemu dengan sel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 19

    Aku meraih sebuah handuk kecil, lalu meminta Bibi untuk mengambilkan air hangat. Kemudian, aku kompres di kening Jingga. "Semoga Jingga cepat bangun, sepertinya dia pingsan karena suhunya yang panas tinggi," tuturku dengan gelagat panik."Maafkan Bibi, Non. Kurang sigap, Non Jingga tidak pernah seperti ini kalau demam, biasanya dia nurut," ucapnya.Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mata Jingga terbuka perlahan. Aku segera mengangkat kain yang menempel di keningnya."Tante." Aku terkesiap mendengar suara rintihan Jingga yang menyapaku."Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih banyak. Jingga kamu segera minum obat penurun panas ya, supaya nggak pingsan lagi," suruhku.Jingga tersenyum, ia meminta dibangunkan dan disandarkan supaya bisa meneguk obat sirup yang sudah bibi sediakan."Anak pintar," ucapku memuji Jingga.Anak dari Pak Pram yang manis dan lucu, Jingga, telah membuatku terhanyut dan merasakan menjadi seorang ibu walau hanya beberapa waktu saja. Aku merebahkan tubuhnya lagi su

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 20

    "Ada telepon dari Mas Dimas, Pak," ucapku sambil menunjukkan layar ponsel."Kita keluar dulu," perintah Pak Pram. Dia langsung membelokkan badannya ke arah pintu keluar.Aku tersenyum menyoroti Jingga. Kemudian pamit pada gadis mungil dengan senyum semringah. "Tante ke depan dulu ya, mau ngobrol sama papanya Jingga," ucapku."Kalau ngobrol sama papaku, boleh lama kok," canda Jingga."Anak manis harus istirahat ya, Tante nanti ke kamar lagi Jingga harus udah tidur," suruhku sambil bangkit dari duduk lalu ikut Pak Pram keluar dari kamar.Aku melangkahkan kaki ini dengan cepat, sebab ayunan langkah Pak Pram sangat kilat. Dia duduk di bangku yang ada di ruangan televisi. Kemudian memerintahkan aku duduk dengan memukul bangku tersebut dengan tangannya.Setelah aku duduk, dia memintaku untuk menghubungi Mas Dimas kembali."Sekarang teleponnya?" tanyaku agak sedikit malu."Iya, mau tahu dia itu ngomong apa sih?" Pak Pram penasaran, kalau aku justru tidak sama sekali."Kayaknya nggak perlu, Pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22

Bab terbaru

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    ENDING

    "Iya, nanti dibicarakan dulu pada Pram dan Inggit ya," ucap Dion supaya anaknya berhenti merengek."Tirta, pernikahan itu bukan buat mainan, kamu harus mantapkan diri dulu, jangan karena cinta yang menggebu, kamu langsung minta lamaran," tutur Safitri menasihati."Iya, aku udah yakin. Ini pertama kali aku jatuh cinta, tolong, Mah," lirih Tirta lagi.Mereka diam sejenak."Mama sarankan kamu salat istikharah, oke," ucap Safitri sambil beranjak pergi, dia tidak meladeni anaknya lagi.Safitri masuk ke kamar. Dia mengetik pesan pada sahabatnya. Safitri mengajak Inggit berjumpa di satu cafe.Inggit kebetulan ada waktu luang besok, dia menyetujui dan menentukan waktu yang dikirimkan ke Safitri. Ya, mereka berencana akan bertemu di cafe besok. Kenapa tidak bicara melalui chat atau telepon? Urusan pernikahan adalah hal yang sakral, lagi pula Safitri ingin memastikan dulu apakah Inggit menerima jika anaknya menyukai Jingga.Mereka sudah saling kenal dan sangat dekat, jadi tidak ingin persahabat

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 235. Season 2

    "Tari, saya minta maaf atas kesalahan adik saya, Lian begitu berarti untuknya," ucap Haris. "Dan satu lagi yang ingin saya katakan padamu, I love you so much," terang Haris membuat Tari seketika terkejut. Kan bukan hanya Tari, tapi Dimas yang mendengarnya pun mencari sumber suara tersebut.'Haris dengan berani mengatakan hal itu di hadapan umum?' batin Dimas.Kemudian Haris berlalu pergi darinya. Dia diboyong ke sel tahanan oleh pihak yang berwajib.Semua telah selesai, keadilan telah ditegakkan. Yang jelas-jelas bersalah akan menjalani hukumannya. Lalu orang yang hanya menjadi boneka terbebaskan.Dion diminta menemui wartawan untuk sekadar bicara di depan khalayak ramai. "Saya hanya ingin mengatakan bahwa keputusan hakim tadi mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, sesuai pertimbangan dan saksi, jadi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para saksi dan keluarga yang telah mendampingi saya. Semoga para vendor dan rekan kerja lainnya, tetap akan menjalani kerjasama dengan

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 234. Season 2

    Safitri tiba di lapas tempat Chika ditahan. Dia langsung meminta izin untuk menemui Chika."Chika sedang proses pemeriksaan dokter ahli kejiwaan, kemarin dia sempat bunuh diri, lengannya sudah disayat-sayat," ucap salah seorang petugas.Safitri terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia bahkan tidak mengetahui berita ini.Kemudian, Safitri mencari kebenarannya. Dia bahkan rela mencari tahu ke rumah sakit tempat saat ini Chika ditangani oleh dokter spesialis. Safitri yang ditemani oleh Tirta dengan mudah menemui Chika yang memang tengah diberikan penangan.Tirta menemui beberapa dokter, dan ternyata selain mengalami gangguan jiwa, ada hal yang dialami oleh Chika."Chika memiliki penyakit serius, ternyata dia menderita sakit kanker," terang Tirta pada mamanya."Ya Allah, ternyata dia sakit, pantas Haris pun terlihat frustasi tadi," timpal Safitri."Semoga keputusan hakim besok benar-benar bisa membebaskan Papa dari hukuman," jawab Tirta.Kemudian mereka pun pulang untuk memberikan informasi pa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 233. Season 2

    Jadi semuanya diperintahkan untuk diam oleh Tari, mereka tidak boleh bicara supaya Dimas tidak menghindar lagi. Jingga dan yang lainnya disuruh keluar diam-diam boleh Pram. Mereka sekarang berada di luar karena Tari ingin bicara empat mata dengan Dimas."Dimas," ucap Tari akhirnya mengeluarkan suara.Saat itu juga Dimas melangkahkan kakinya. Dia terburu-buru ingin meninggalkan Tari yang tiba-tiba datang di dekatnya.Namun tangan Tari mencekal pergelangan tangan Dimas yang hendak melangkah."Mau ke mana? Aku ingin bicara empat mata, tolong jangan pergi," tutur Tari agak merendahkan nada bicaranya.Dimas hanya bisa terdiam, kemudian dia mundur kembali, Tari menuntunnya untuk duduk."Ada apa? Aku tidak mau membicarakan masalah mata, biarkan itu menjadi ladang pahala untukku," pinta Dimas."Iya, aku paham, maaf kalau tadi sudah menyecar kamu." Tari merendahkan bicaranya lagi."Terus mau ngomong apa? Aku rasa tidak ada yang bisa diobrolkan, hubungan kerja pun tidak ada," timpal Dimas."Ak

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 232. Season 2

    Tiba-tiba Pram dan yang lainnya berkumpul. Mereka sama-sama datang dengan pura-pura tidak mengetahui pertemuan yang sebenarnya disengaja."Loh Dimas ke sini?" tanya Pram dan yang lainnya."Kalian juga di sini?" tanya Dimas balik."Iya, aku dan Inggit ajak Tari ke sini," jawab Pram.Tari masih belum mendapatkan jawaban dari apa yang ditanyakan olehnya."Dimas, kamu belum menjawab," tegas Tari. Kemudian dia melirik ke arah semua yang tiba-tiba muncul. "Apa kalian sudah tahu kalau Dimas buta?" Tari bertanya pada Pram, Inggit dan yang lainnya.Yang ditanya oleh Tari tidak ada yang jawab. Mereka menunggu aba-aba dari Pram yang memberikan usul untuk membongkar ini semua.Tiba-tiba Tari teringat saat dia bertemu dengan Dimas di rumah Pram. Dia memicingkan matanya ke arah Ronald."Apa kamu sudah tahu kondisi papamu seperti ini?" tanya Tari.Ronald mengangguk. Kemudian dia menunduk."Jadi jawabannya kalian itu membohongiku?" tanya Tari.Ini yang ditakutkan oleh Dimas. Dia takut dituduh memanfa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 231. Season 2

    Tari sempat berhenti, dia membuka kaca mobilnya, pandangannya tertuju pada Dimas."Dimas, kamu udah akur dengan Ronald?" tanya Tari tidak berprasangka apa-apa."Iya, alhamdulilah, aku pamit dulu," jawab Dimas datar yang kemudian disusul oleh Ronald melambaikan tangannya. Kemudian mereka bergegas pergi.Pram dan Inggit benar-benar terkejut melihatnya. Safitri juga yang tadinya hendak berangkat ke kantor polisi ikut tercenung sebentar.Kemudian, Tari turun dari mobilnya. Dia masih belum engeh dengan penglihatan Dimas."Kok kalian nggak bilang kalau Dimas di sini?" tanya Tari."Nggak enak, kamu sangat membenci dia," jawab Tari ngasal.Tari mengerutkan keningnya."Sejak kapan aku membenci orang? Nggak ah, kamu ngada-ngada," jawab Tari.Jantung mereka itu berdetak tak beraturan. Saat pertanyaan mengenai Dimas dilontarkan oleh Tari."Katanya mau ke sini sore, tiba-tiba datang pagi, kamu sengaja ngerjain kami?" tanya Safitri."Nggak kok, tadi abis dari makam, langsung aja deh ke sini," timpa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 230. Season 2

    Perlahan mata Tari dibuka, awalnya dia agak samar-samar melihat ruangan yang ditempati. Namun perlahan, matanya melihat jelas dokter yang ada di dekatnya."Masyaallah," ucap Tari merasa terharu dengan kondisinya saat ini."Kamu udah benar-benar melihat?" tanya Safitri.Tanpa basa-basi lagi Tari langsung menyergap tubuh Safitri."Ya Allah. Alhamdulillah aku bisa melihat lagi, ini suatu keajaiban, terima kasih Tuhan, terima kasih Dokter, Safitri, aku juga mengucapkan terima kasih pada kamu dari keluarga," ungkap Tari membuat suasana menjadi haru. Air matanya pun mulai menetes membasahi pipi."Selamat ya, Bu Tari." Ucapan dokter mengingatkan Tari untuk menanyakan siapa yang telah mendonorkan matanya."Dok, maaf, saya harus tahu siapa yang mendonorkan mata untuk saya," ucap Tari.Dokter diam seketika. Safitri juga seperti itu, dia menatap dokter yang tengah terkejut dengan pertanyaan dari Tari."Hm, Tari, tim dokter rumah sakit hanya menjalankan tugasnya, kalau kamu ingin tahu siapa orang

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 229. Season 2

    Pram datang, dia tercengang ketika melihat sang istri tengah berada di hadapan Dimas.Inggit pun langsung menghampiri Pram yang baru saja datang."Aku akan jelaskan," ucap Inggit.Dengan sabar Pram pun mendengar penjelasan sang istri dari awal hingga akhir. Pram yang tadinya marah, kini dia mulai terharu dibuatnya. Mereka ikut menghampiri Dimas. Sekarang Pram sudah ada di hadapannya."Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Tapi aku sangat salut dengan pengorbanan kamu untuk Tari," tutur Pram.Semua orang memuji kebaikan Dimas yang luar biasa. "Aku sendiri belum tentu bisa seperti kamu, Dimas," tambah Pram."Demi semuanya, aku ingin menebus semua kesalahanku yang telah banyak merugikan orang lain," ucap Dimas."Padahal kamu nggak melakukan kejahatan yang merugikan Tari dalam kecelakaan itu," timpal Pram."Tapi anakku masih menginginkan Dion bisa bebas dari hukuman, minimal dikurangi," jawab Dion lagi-lagi berhasil membuat air mata Ronald meleleh.Semua sudah dipikirkan secara matang-m

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 228. Season 2

    Bersyukur operasi berjalan dengan lancar. Suster pun keluar dan bilang pada Inggit dan Safitri bahwa dokter mengusulkan tetap di ruangan observasi tapi dihalangi dengan tirai.Kenapa mereka khawatir Tari tahu? Karena biasanya pasca bius sudah hilang, rasa nyeri akan terasa, di situlah suara Dimas akan terdengar di telinga Tari, ini yang dikhawatirkan oleh Inggit dan Safitri.Safitri dan Inggit masih menunggu mereka yang ada di ruangan observasi selama satu jam."Sus, usahakan jangan dibarengi mengeluarkan keduanya," pesan Inggit."Baik, Ibu," jawab suster.Kemudian mereka bersabar menunggu Tari keluar dari ruangan observasi. Keduanya menunggu dengan sukarela. Setelah satu jam berlalu, yang lebih dulu sadar itu Tari. Suster buru-buru memindahkan dirinya ke ruangan rawat inap atas izin dokter.Safitri dan Tari mengekor dari belakang ke arah ruangan rawat inap tempat Tari menjalani perawatan."Akhirnya kamu akan bisa melihat dunia, kapan kata dokter buka perban?" tanya Safitri ketika su

DMCA.com Protection Status