Share

Bab 14

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-02-17 15:20:54
"Iya saya sedang di mall, gimana pertemuan dengan klien?" Pak Pram mengalihkan pembicaraan. Kalau atasan memang bebas, mau jawab pertanyaan bawaannya atau tidak Itu terserah. Mas Dimas pun tak akan bisa protes.

"Sudah beres, Pak. Besok sudah bisa mulai kerjasamanya," jawab Mas Dimas.

"Oh ya sudah kalau gitu, tolong jangan telepon saya kalau tidak penting ya," timpal Pak Pram.

Rasanya aku ingin tertawa saat Mas Dimas diceletuki seperti itu, Sebab Dia tidak bisa berkutik atas apa yang dikatakan Pak Pram.

"Ma-maaf, Pak." Dia hanya membalas seperti itu, sangat singkat sekali jawabannya.

Aku menghela napas seraya menahan tawa. Kemudian Pak Pram menutup sambungan teleponnya.

"Kenapa kamu? Kok kelihatan sedang nahan tawa? Pipinya agak tembem," sindir Pak Pram.

"Hm, selain jadi bos, ternyata bapak seperti dukun, yang bisa baca pikiran dari raut wajah," ejekku juga.

"Sudahlah ayo kita pulang, kasihan Bu Anis di hotel sendirian," ajak Pak Pram.

Kemudian kami bergegas ke parkiran, berhubung Mas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 15

    "Jadi kabur untuk buka open BO? Luar biasa istriku ini," ucap Mas Dimas. Dia bahkan bertepuk tangan saat mengatakan hal itu padaku. Beruntungnya kami sangat jauh dari tempat Pak Pram memarkirkan mobilnya. Aku tertawa saat dia mengatakan hal itu, bisa-bisanya berpikir aku melakukan hal buruk. "Aku pernah baca di satu buku, biasanya orang yang berprasangka buruk itu sedang berkaca dirinya sendiri, apa nggak kebalik, Mas, kamu kali yang buka jasa open BO di sini," sindirku.Mas Dimas nyaris melayangkan telapak tangannya ke wajahku, ya banting kembali dan justru memukul tangannya sendiri dengan kepalan sebelah kanan."Terus kamu ngapain di hotel? Hah!" Mas Dimas terdengar sangat marah. Ia semakin meninggikan nada bicaranya.Aku terbiasa mendengar dia marah, tapi baru kali ini mendengar Mas Dimas emosinya luar biasa, bahkan ini di depan umum, dia tak bisa mengontrolnya."Kamu marah aku di sini?" tanyaku. "Terus ada buktinya Nggak aku buka open BO di sini?" lanjutku."Aku tanya kamu ngapa

    Last Updated : 2023-02-18
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 16

    "Pak Pram," ucap Mas Dimas. Wajahnya terlihat sangat kaku, dia menoleh ke belakang dengan muka pucat."Iya, ini saya," timpal Pak Pram."Saya nggak bermaksud seperti itu, Pak." Mas Dimas menyanggah ucapannya. Padahal jelas-jelas tadi dia menuduhku menjajakan diri, itu artinya secara tidak langsung Mas Dimas menuduh Pak Pram adalah langgananku.Kini mereka berdiri saling berhadapan, tatapan keduanya menangkap sempurna."Jadi maksud kamu itu apa? Bukankah tadi kamu bilang Inggit itu buka open BO?" tanya Pak Pram."Anu, Pak. Maksud saya Pak Pram kenal Inggit dari mana? Saya hanya kaget aja gitu, Pak Pram seorang pemilik perusahaan, tapi kenal dengan upik abu seperti Inggit," jelas Mas Dimas membuatku kesal sendiri. Dia masih saja menjelek-jelekkan aku di hadapan Pak Pram, Mas Dimas masih menyebutku sebagai upik abu.Aku menghela napas, kemudian bergeser sedikit supaya berada di tengah-tengah mereka berdua."Silakan kamu mengumpat aku, mencaci, menghina, dan apa saja yang kamu sukai, Mas,

    Last Updated : 2023-02-19
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 17

    "Lalu setelah ini Pak Pram akan memecat Mas Dimas?" tanyaku padanya."Nggak dong, kamu jangan berpikir pendek." Pak Pram menyunggingkan senyuman sambil mengibaskan jas yang ia kenakan. Kemudian, ia bangkit dari duduknya. "Saya pulang dulu, nanti Jingga kumat lagi minta kamu ikut ke rumah, bisa repot," sambungnya.Aku pun mengangguk sambil tersenyum. Kemudian memperhatikan Pak Pram dari kejauhan saja menuju mobilnya.Di kursi depan hotel, aku masih menatap ke arah mobil, lalu dari jauh terlihat Jingga mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan. "Dadah, Tante!" Itu teriakan Jingga membuatku sontak turut melambaikan tangan.Mobil pun melaju perlahan, aku masih terduduk sambil senyum sendirian.'Ternyata hidup itu tak serumit yang aku pikirkan, Tuhan tidak mungkin membiarkan hambanya kelaparan, apalagi sudah disertai usaha,' batinku merasa bersyukur, ternyata dibalik meninggalnya bapak, ada hikmah yang tersembunyi.Lalu aku bangkit dan menuju kamar hotel. Kasihan ibu yang sudah menunggu

    Last Updated : 2023-02-20
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 18

    Setelah Pak Pram menutup teleponnya, aku pun bergegas siap-siap. Aku turuti saja perintah dari bosnya suamiku itu. Sebab, ini sebuah kesempatan yang tidak mungkin aku peroleh lagi."Kesempatan itu datang hanya sekali, kenapa kita kemarin nolak tawaran Pak Satria ya?" Aku bicara pada ibu sambil bersolek diri."Niat kita tidak ingin membebankan nama Bapak dalam urusan duniawi lagi." Ibu menjawab sambil membantuku merapikan rambut."Bu, memang aku seperti upik abu?" Aku melontarkan pertanyaan yang membuat ibu tersenyum."Pasti kepikiran ucapan Dimas. Kamu kayak nggak tahu aja mulut suamimu itu seperti sampah. Sepertinya dia itu mencintaimu tapi gengsi mengatakan itu," tutur ibu.Aku melirik ke arah ibu melalui cermin yang ada di hadapanku."Cinta?""Iya, benci dan cinta itu beda tipis, Dimas pasti kesepian dan merasa kehilangan kamu makanya bersikap seperti itu," timpal ibu.Aku terkekeh sambil bangkit dari duduk dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhku ini. Aku mau bertemu dengan sel

    Last Updated : 2023-02-20
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 19

    Aku meraih sebuah handuk kecil, lalu meminta Bibi untuk mengambilkan air hangat. Kemudian, aku kompres di kening Jingga. "Semoga Jingga cepat bangun, sepertinya dia pingsan karena suhunya yang panas tinggi," tuturku dengan gelagat panik."Maafkan Bibi, Non. Kurang sigap, Non Jingga tidak pernah seperti ini kalau demam, biasanya dia nurut," ucapnya.Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mata Jingga terbuka perlahan. Aku segera mengangkat kain yang menempel di keningnya."Tante." Aku terkesiap mendengar suara rintihan Jingga yang menyapaku."Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih banyak. Jingga kamu segera minum obat penurun panas ya, supaya nggak pingsan lagi," suruhku.Jingga tersenyum, ia meminta dibangunkan dan disandarkan supaya bisa meneguk obat sirup yang sudah bibi sediakan."Anak pintar," ucapku memuji Jingga.Anak dari Pak Pram yang manis dan lucu, Jingga, telah membuatku terhanyut dan merasakan menjadi seorang ibu walau hanya beberapa waktu saja. Aku merebahkan tubuhnya lagi su

    Last Updated : 2023-02-21
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 20

    "Ada telepon dari Mas Dimas, Pak," ucapku sambil menunjukkan layar ponsel."Kita keluar dulu," perintah Pak Pram. Dia langsung membelokkan badannya ke arah pintu keluar.Aku tersenyum menyoroti Jingga. Kemudian pamit pada gadis mungil dengan senyum semringah. "Tante ke depan dulu ya, mau ngobrol sama papanya Jingga," ucapku."Kalau ngobrol sama papaku, boleh lama kok," canda Jingga."Anak manis harus istirahat ya, Tante nanti ke kamar lagi Jingga harus udah tidur," suruhku sambil bangkit dari duduk lalu ikut Pak Pram keluar dari kamar.Aku melangkahkan kaki ini dengan cepat, sebab ayunan langkah Pak Pram sangat kilat. Dia duduk di bangku yang ada di ruangan televisi. Kemudian memerintahkan aku duduk dengan memukul bangku tersebut dengan tangannya.Setelah aku duduk, dia memintaku untuk menghubungi Mas Dimas kembali."Sekarang teleponnya?" tanyaku agak sedikit malu."Iya, mau tahu dia itu ngomong apa sih?" Pak Pram penasaran, kalau aku justru tidak sama sekali."Kayaknya nggak perlu, Pa

    Last Updated : 2023-02-22
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 21

    "Ide apa itu, Pak?" tanyaku padanya."Kamu ikut saya aja sekarang, kita antar berkas itu," ajak Pak Pram."Tapi Jingga____" Aku memutuskan kata-kata yang ingin kusampaikan."Pamit dulu, bilang mau ikut saya, pasti dia malah setuju," ucap Pak Pram.Kemudian aku masuk ke kamar Jingga lagi untuk pamit. Dia masih membuka matanya, duduk ditemani bibi. Aku segera menghampiri dan menumbuhkan tanganku dengan tangan Jingga."Anak pintar, Tante pergi dulu sama papanya Jingga ya," ucapku padanya. Jingga tersenyum dan matanya berbinar-binar."Tante mau pergi sama papaku? Ini beneran? Aku nggak mimpi kan? Terus nanti Tante balik nggak?" Jingga tidak percaya, bahkan dia mencoba bertanya berulang-ulang."Aku akan balik ke rumah Jingga, kalau gadis manis yang di hadapanku ini sudah sembuh, mau janji makan yang banyak nggak?" Gadis kecil yang cantik dan pintar itu langsung memelukku."Tante aku sayang sama Tante, sungguh kehadiran tante Inggit menyempurnakan hidupku," ucap Jingga.Aku mengernyitkan d

    Last Updated : 2023-02-22
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 22

    "Ayo, masuk!" ajak Pak Pram.Aku terdiam karena membayangkan wajah Mas Dimas saat bertemu denganku nanti. Dia pasti maki-maki aku nantinya.Namun, saat aku ingin mengayunkan kaki lagi, ponselku berdering dan itu adalah panggilan masuk dari Mas Dimas."Pak, Mas Dimas telepon," ucapku gugup. Tanganku gemetar saat ia menghubungi."Angkat, bilang aja masih di jalan," jawab Pak Pram.Akhirnya aku usap layar ponsel dan bicara seperti yang disarankan Pak Pram. Suamiku hanya memastikan apa aku mengirimkan berkas-berkas."Kalau udah sampai kantor, kamu di depan aja, jangan masuk!"kecam Mas Dimas. Ternyata dia masih malu mengakui aku sebagai istrinya.Setelah itu dia mematikan sambungan telepon secara sepihak.Seketika aku pun berubah pikiran, apa yang tadi sudah menjadi rencana Pak Pram aku batalkan."Pak, saya nggak mau masuk. Ini titip buat Mas Dimas aja berkasnya. Saya belum siap," ucapku membuat mata Pak Pram menyipit."Heh, kamu gimana sih? Kan kita mau bikin Dimas malu," jawabnya.Namun,

    Last Updated : 2023-02-23

Latest chapter

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    ENDING

    "Iya, nanti dibicarakan dulu pada Pram dan Inggit ya," ucap Dion supaya anaknya berhenti merengek."Tirta, pernikahan itu bukan buat mainan, kamu harus mantapkan diri dulu, jangan karena cinta yang menggebu, kamu langsung minta lamaran," tutur Safitri menasihati."Iya, aku udah yakin. Ini pertama kali aku jatuh cinta, tolong, Mah," lirih Tirta lagi.Mereka diam sejenak."Mama sarankan kamu salat istikharah, oke," ucap Safitri sambil beranjak pergi, dia tidak meladeni anaknya lagi.Safitri masuk ke kamar. Dia mengetik pesan pada sahabatnya. Safitri mengajak Inggit berjumpa di satu cafe.Inggit kebetulan ada waktu luang besok, dia menyetujui dan menentukan waktu yang dikirimkan ke Safitri. Ya, mereka berencana akan bertemu di cafe besok. Kenapa tidak bicara melalui chat atau telepon? Urusan pernikahan adalah hal yang sakral, lagi pula Safitri ingin memastikan dulu apakah Inggit menerima jika anaknya menyukai Jingga.Mereka sudah saling kenal dan sangat dekat, jadi tidak ingin persahabat

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 235. Season 2

    "Tari, saya minta maaf atas kesalahan adik saya, Lian begitu berarti untuknya," ucap Haris. "Dan satu lagi yang ingin saya katakan padamu, I love you so much," terang Haris membuat Tari seketika terkejut. Kan bukan hanya Tari, tapi Dimas yang mendengarnya pun mencari sumber suara tersebut.'Haris dengan berani mengatakan hal itu di hadapan umum?' batin Dimas.Kemudian Haris berlalu pergi darinya. Dia diboyong ke sel tahanan oleh pihak yang berwajib.Semua telah selesai, keadilan telah ditegakkan. Yang jelas-jelas bersalah akan menjalani hukumannya. Lalu orang yang hanya menjadi boneka terbebaskan.Dion diminta menemui wartawan untuk sekadar bicara di depan khalayak ramai. "Saya hanya ingin mengatakan bahwa keputusan hakim tadi mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, sesuai pertimbangan dan saksi, jadi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para saksi dan keluarga yang telah mendampingi saya. Semoga para vendor dan rekan kerja lainnya, tetap akan menjalani kerjasama dengan

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 234. Season 2

    Safitri tiba di lapas tempat Chika ditahan. Dia langsung meminta izin untuk menemui Chika."Chika sedang proses pemeriksaan dokter ahli kejiwaan, kemarin dia sempat bunuh diri, lengannya sudah disayat-sayat," ucap salah seorang petugas.Safitri terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia bahkan tidak mengetahui berita ini.Kemudian, Safitri mencari kebenarannya. Dia bahkan rela mencari tahu ke rumah sakit tempat saat ini Chika ditangani oleh dokter spesialis. Safitri yang ditemani oleh Tirta dengan mudah menemui Chika yang memang tengah diberikan penangan.Tirta menemui beberapa dokter, dan ternyata selain mengalami gangguan jiwa, ada hal yang dialami oleh Chika."Chika memiliki penyakit serius, ternyata dia menderita sakit kanker," terang Tirta pada mamanya."Ya Allah, ternyata dia sakit, pantas Haris pun terlihat frustasi tadi," timpal Safitri."Semoga keputusan hakim besok benar-benar bisa membebaskan Papa dari hukuman," jawab Tirta.Kemudian mereka pun pulang untuk memberikan informasi pa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 233. Season 2

    Jadi semuanya diperintahkan untuk diam oleh Tari, mereka tidak boleh bicara supaya Dimas tidak menghindar lagi. Jingga dan yang lainnya disuruh keluar diam-diam boleh Pram. Mereka sekarang berada di luar karena Tari ingin bicara empat mata dengan Dimas."Dimas," ucap Tari akhirnya mengeluarkan suara.Saat itu juga Dimas melangkahkan kakinya. Dia terburu-buru ingin meninggalkan Tari yang tiba-tiba datang di dekatnya.Namun tangan Tari mencekal pergelangan tangan Dimas yang hendak melangkah."Mau ke mana? Aku ingin bicara empat mata, tolong jangan pergi," tutur Tari agak merendahkan nada bicaranya.Dimas hanya bisa terdiam, kemudian dia mundur kembali, Tari menuntunnya untuk duduk."Ada apa? Aku tidak mau membicarakan masalah mata, biarkan itu menjadi ladang pahala untukku," pinta Dimas."Iya, aku paham, maaf kalau tadi sudah menyecar kamu." Tari merendahkan bicaranya lagi."Terus mau ngomong apa? Aku rasa tidak ada yang bisa diobrolkan, hubungan kerja pun tidak ada," timpal Dimas."Ak

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 232. Season 2

    Tiba-tiba Pram dan yang lainnya berkumpul. Mereka sama-sama datang dengan pura-pura tidak mengetahui pertemuan yang sebenarnya disengaja."Loh Dimas ke sini?" tanya Pram dan yang lainnya."Kalian juga di sini?" tanya Dimas balik."Iya, aku dan Inggit ajak Tari ke sini," jawab Pram.Tari masih belum mendapatkan jawaban dari apa yang ditanyakan olehnya."Dimas, kamu belum menjawab," tegas Tari. Kemudian dia melirik ke arah semua yang tiba-tiba muncul. "Apa kalian sudah tahu kalau Dimas buta?" Tari bertanya pada Pram, Inggit dan yang lainnya.Yang ditanya oleh Tari tidak ada yang jawab. Mereka menunggu aba-aba dari Pram yang memberikan usul untuk membongkar ini semua.Tiba-tiba Tari teringat saat dia bertemu dengan Dimas di rumah Pram. Dia memicingkan matanya ke arah Ronald."Apa kamu sudah tahu kondisi papamu seperti ini?" tanya Tari.Ronald mengangguk. Kemudian dia menunduk."Jadi jawabannya kalian itu membohongiku?" tanya Tari.Ini yang ditakutkan oleh Dimas. Dia takut dituduh memanfa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 231. Season 2

    Tari sempat berhenti, dia membuka kaca mobilnya, pandangannya tertuju pada Dimas."Dimas, kamu udah akur dengan Ronald?" tanya Tari tidak berprasangka apa-apa."Iya, alhamdulilah, aku pamit dulu," jawab Dimas datar yang kemudian disusul oleh Ronald melambaikan tangannya. Kemudian mereka bergegas pergi.Pram dan Inggit benar-benar terkejut melihatnya. Safitri juga yang tadinya hendak berangkat ke kantor polisi ikut tercenung sebentar.Kemudian, Tari turun dari mobilnya. Dia masih belum engeh dengan penglihatan Dimas."Kok kalian nggak bilang kalau Dimas di sini?" tanya Tari."Nggak enak, kamu sangat membenci dia," jawab Tari ngasal.Tari mengerutkan keningnya."Sejak kapan aku membenci orang? Nggak ah, kamu ngada-ngada," jawab Tari.Jantung mereka itu berdetak tak beraturan. Saat pertanyaan mengenai Dimas dilontarkan oleh Tari."Katanya mau ke sini sore, tiba-tiba datang pagi, kamu sengaja ngerjain kami?" tanya Safitri."Nggak kok, tadi abis dari makam, langsung aja deh ke sini," timpa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 230. Season 2

    Perlahan mata Tari dibuka, awalnya dia agak samar-samar melihat ruangan yang ditempati. Namun perlahan, matanya melihat jelas dokter yang ada di dekatnya."Masyaallah," ucap Tari merasa terharu dengan kondisinya saat ini."Kamu udah benar-benar melihat?" tanya Safitri.Tanpa basa-basi lagi Tari langsung menyergap tubuh Safitri."Ya Allah. Alhamdulillah aku bisa melihat lagi, ini suatu keajaiban, terima kasih Tuhan, terima kasih Dokter, Safitri, aku juga mengucapkan terima kasih pada kamu dari keluarga," ungkap Tari membuat suasana menjadi haru. Air matanya pun mulai menetes membasahi pipi."Selamat ya, Bu Tari." Ucapan dokter mengingatkan Tari untuk menanyakan siapa yang telah mendonorkan matanya."Dok, maaf, saya harus tahu siapa yang mendonorkan mata untuk saya," ucap Tari.Dokter diam seketika. Safitri juga seperti itu, dia menatap dokter yang tengah terkejut dengan pertanyaan dari Tari."Hm, Tari, tim dokter rumah sakit hanya menjalankan tugasnya, kalau kamu ingin tahu siapa orang

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 229. Season 2

    Pram datang, dia tercengang ketika melihat sang istri tengah berada di hadapan Dimas.Inggit pun langsung menghampiri Pram yang baru saja datang."Aku akan jelaskan," ucap Inggit.Dengan sabar Pram pun mendengar penjelasan sang istri dari awal hingga akhir. Pram yang tadinya marah, kini dia mulai terharu dibuatnya. Mereka ikut menghampiri Dimas. Sekarang Pram sudah ada di hadapannya."Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Tapi aku sangat salut dengan pengorbanan kamu untuk Tari," tutur Pram.Semua orang memuji kebaikan Dimas yang luar biasa. "Aku sendiri belum tentu bisa seperti kamu, Dimas," tambah Pram."Demi semuanya, aku ingin menebus semua kesalahanku yang telah banyak merugikan orang lain," ucap Dimas."Padahal kamu nggak melakukan kejahatan yang merugikan Tari dalam kecelakaan itu," timpal Pram."Tapi anakku masih menginginkan Dion bisa bebas dari hukuman, minimal dikurangi," jawab Dion lagi-lagi berhasil membuat air mata Ronald meleleh.Semua sudah dipikirkan secara matang-m

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 228. Season 2

    Bersyukur operasi berjalan dengan lancar. Suster pun keluar dan bilang pada Inggit dan Safitri bahwa dokter mengusulkan tetap di ruangan observasi tapi dihalangi dengan tirai.Kenapa mereka khawatir Tari tahu? Karena biasanya pasca bius sudah hilang, rasa nyeri akan terasa, di situlah suara Dimas akan terdengar di telinga Tari, ini yang dikhawatirkan oleh Inggit dan Safitri.Safitri dan Inggit masih menunggu mereka yang ada di ruangan observasi selama satu jam."Sus, usahakan jangan dibarengi mengeluarkan keduanya," pesan Inggit."Baik, Ibu," jawab suster.Kemudian mereka bersabar menunggu Tari keluar dari ruangan observasi. Keduanya menunggu dengan sukarela. Setelah satu jam berlalu, yang lebih dulu sadar itu Tari. Suster buru-buru memindahkan dirinya ke ruangan rawat inap atas izin dokter.Safitri dan Tari mengekor dari belakang ke arah ruangan rawat inap tempat Tari menjalani perawatan."Akhirnya kamu akan bisa melihat dunia, kapan kata dokter buka perban?" tanya Safitri ketika su

DMCA.com Protection Status