“Kamu mau baca apa Furkam?” tanya Ira.
“Belum tahu, aku cari dulu deh.” Jawab Furkam.
“Ya sudah kamu cari buku yang kamu inginkan, aku akan cari komik buat aku baca.” Kata Ira.
Mereka pun mencari buku yang ingin mereka baca. Tak lama kemudian mereka sudah menemukan buku yang akan mereka baca.
“Kamu sudah menemukannya Ra?” tanya Furkam.
“Sudah ini baru saja.” Jawab Ira.
“Kalau begitu ayo kita duduk di sebelah sana saja.” Ajak Furkam.
Mereka berjalan ke meja untuk dua orang.
“Awas Furkam, kamu harus berhati-hati, hampir saja kamu menabrak rak buku.” Kata Ira sambil menarik tangan Furkam.
“Makasih Ira, tak tahu lagi tadi kalau aku menabrak pasti tidak bisa masuk sekolah lagi.” Jawab Furkam.
“Apa aku menarik di tangan yang benar?” tanya Ira
“Iya, benar kok yang sakit tangan satunya.” Jawab Fur
Sampai dirumah Ira pun berganti pakaian lalu makan, setelah itu Ira bersiap-siap untuk pergi ke warung batagor yang biasanya mereka kunjungi. Sebelum berangkat Ira berpikir dan berharap agar tidak di pertemukan dengan Navi.“Semoga nanti tidak ada Navi, semoga dia belum pulang sekolah, semoga aku tidak ketahuan sama Navi kalau sedang ada di sana.” Kata Ira bergumam.“Ira….” Suara teriakan Alala.Ira pun keluar setelah mendengar teriakan Alala.“Udah siap?” tanya Alala.“Sudah ayo.” Jawab Ira.“Lha Atin belum kesini loh.” Kata Icus.“Atin katanya langsung kesana kan rumahnya tidak terlalu jauh dari warung.” Jawab Ira.“Ya sudah kalau gitu ayo berangkat.” Ajak Icus.Mereka berangkat dengan sepeda masing-masing. Setelah sampai di warung ternyata Atin sudah ada di sana.“Hai, Atin…” teriak Ira.“H
“Sebenarnya Dea itu siapa sih Nav?” tanya Ira. “Ohh…dia itu teman satu kelasku, dia biasanya memang satu kelompok denganku karena absennya tidak jauh dariku,” jawab Navi. “Kamu sering main bersamanya?” tanya Ira. “Iya sesering kamu bermain dengan Mahli kan?” jawab Navi membandingkan dirinya dengan Ira. “Apa kamu bermaksud membalasku Nav? Kenapa kamu selalu membandingkan aku?” tanya Ira. “Tidak kok, aku cuma memberimu contoh saja,” jawab Navi. “Sudahlah Ra, tidak usah dibahas lagi ya, baru aja loh kita ini balikan masa mau berantem lagi, capek Ira,” lanjut Navi menghentikan pembicaraan tentang Dea. “Baiklah, tolong jangan berbohong padaku lagi ya!” kata Ira memperingatkan Navi untuk tidak membohonginya lagi. “Iya sayang,” jawab Navi. Waktu pun berlalu sangat cepat, mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. “Navi aku pulang ya,” kata Ira pamit. “Kamu hati-hati ya Ra, kalau aku t
Semua murid mengikuti guru itu masuk museum. “Wahhh keren sekali patung-patung yang ada di sini!” kata Ira kagum. “Benar Ira, bagus sekali mirip sama orang beneran,” jawab Rani. Mereka pun berkeliling museum hingga sore hari. “Karena hari sudah mulai sore, mari kita kembali ke hotel yang sudah kita pesan anak-anak,” kata guru. Mereka pun naik ke dalam bus dan berangkat menuju hotel. Di dalam perjalan Ira merasa pusing dan mual, akhirnya Ira pun mabuk dan muntah, tetapi Ira tidak mengatakan pada siapapun. “Ira kamu baik-baik saja?” tanya Rani. “Tidak, aku mabuk berat Ran,” jawab Ira dengan wajah pucat. “Tunggu dulu aku ambilkan plastic dulu Ra di belakang,” kata Rani dan langsung pergi ke belakang. Tak di sangka Furkam pun mabuk di saat yang sama dengan Ira. “Furkam kenapa Mahli?” tanya Rani. “Mabuk,” jawab Mahli yang memijat leher Furkam. “Wah benar-benar sehati dengan Ira,” kata Rani.
Satu tahun pun berlalu. Di dalam satu tahun ini hubungan Ira dengan Furkam baik-baik saja, tetapi tidak dengan hubungan Navi dan Ira mereka sering putus dan nyambung terus tetapi saat ini sudah baik-baik saja. “Hei Ira, sebentar lagi kan kita ujian kelulusan nih, kamu mau sekolah dimana?” tanya Furkam. “Tidak tahu masih dalam tahap masuk otak belum aku pikirkan,” jawab Ira. “Satu sekolahan saja yuk? Apa kamu mau?” tanya Furkam. “Tidak, Ira bersamaku saja,” sahut Mahli. “Memangnya kalian mau kemana?” tanya Ira. “Aku di dekat sini Ra, biar tidak jauh-jauh,” jawab Furkam. “Di sekolah sebelah ya?” kata Ira. “Iya, yang dekat dengan rumah,” jawab Furkam. “Kalau kamu Li?” tanya Ira. “Rencananya aku mau ke daerah utara Ra, lumayan jauh sih tapi katanya bagus sekolahannya,” jawab Mahli. “Sama aku aja ya Ra,” lanjut Mahli. “Tidak, Ira sama aku saja,” ujar Furkam. “Stopp,, untuk apa
Selang setengah jam Navi pun datang dengan membawa sebuah gitar.“Ira…..,” panggil Navi dari depan rumah.Ira pun keluar menemui Navi.“Ada apa Nav?” tanya Ira.“Mau main saja, aku kangen sama kamu udah lama kita tidak bertemu loh Ra,” jawab Navi.“Apa kamu lupa aku sedang kesal denganmu?” kata Ira.“Maka dari itu aku datang kesini untuk menghiburmu,” jawab Navi.“Duduk dulu saja, masuklah!” Ajak Ira masuk.Navi pun masuk, dan Ira membuatkan minum Navi.“Kamu minumlah dulu,” kata Ira.Navi meminum air dari Ira.(Hello: Di antara beribu bintang)“Maafkan aku yang selalu menyakitimu, mengecewakanmu, dan meragukanmu, tersadar aku memang kamu yang terbaik, terima aku, mencintaiku apa adanya, diantara beribu bintang hanya kaulah yang paling terang, diantara beribu cinta pilihanku hanya kau sayang, tak kan ada
Mereka pun duduk dan diam-diaman selama pelajar, tidak ada kata dan keusilan seperti biasanya, Mahli yang melihat kesunyian ini pun tidak tahan.“Kalian berdua ayo ikut aku ke perpustakaan, aku ingin mencari buku disana, kalian hanya boleh membantuku mencari puku, tidak ada yang boleh membaca satu buku pun,” kata Mahli setelah mendengar Bel istirahat.“Apa kamu sedang menghukum kami? Di perpustakaan kalau tidak membaca mau apa?” kata Ira yang menolak.“Memang kamu butuh buku apa?” tanya Furkam.“Ya pokoknya kalian ikut aku saja dulu sampai disana aku kasih tau mau cari buku apa,” kata Mahli menarik tangan Ira dan Furkam.Mereka pun ke perpustakaan dengan dipaksa oleh Mahli.“Baiklah carikan aku buku puisi, apapun itu carikanlah,” kata Mahli melepaskan gandengan tangannya.Mereka pun mulai mencari apa yang disuruh oleh Mahli.“Kau sebelah sana, aku akan cari disin
“Ira kamu akan langsung pulang?” tanya Furkam.“Iya, kenapa?” tanya Ira.“Bagaimana kalau kita main-main dulu di sekolahan, yak an Mahli,” jawab Furkam menyenggol Mahli.“Ha…..ah ide bagus Furkam, kita kan jadi bisa bebas mau ngapain aja, di perpustakaan juga bisa, di lapangan basket juga bisa, gimana Ra menurutmu?” tanya Mahli yang mendukung Furkam ingin lebih lama dengan Ira.“Bagus juga idenya, tapi aku harus bilang ke Tidan dulu, biar dia tidak menunggu ku,” jawab Ira yang setuju.“Kalau begitu biar aku saja yang bilang sama Tidan, sekalian ajak dia bermain juga,” jawab Furkam senang.“Ayo Ira kita temui Tidan,” lanjut Furkam menarik tangan Ira untuk menemui Tidan.Mahli pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Furkam yang sangat senang.“Furkam kamu bersemangat sekali,” gumam Mahli lirih.“Ke
“Lihatlah mereka Rani, senang sekali melihat mereka seperti sekarang ini,” kata Mahli yang melihat Furkam mengajari Ira bermain basket.“Benar Li, aku harap mereka segera bersama,” jawab Rani.“Tidak Ran, mereka tidak bisa bersama, hati Ira masih terikat dengan Navi,” kata Mahli.“Tapi aku lihat Ira mulai menyukai Furkam,” kata Rani.“Iya memang benar, tetapi kemungkinan besar dia akan tetap memilih bersama Navi,” jawab Mahli.“Kenapa bisa bicara seperti itu Li?” tanya Rani yang penasaran.“Aku suda memikirkan ini berkali-kali, Furkam akan kalah dengan sesorang yang sudah lama berada di hati Ira dari pada yang baru saja muncul untuk menjadi penggoyah dalam hubungan Navi dan Ira,” kata Mahli.“Jadi maksud kamu Furkam di takdirkan untuk menjadi rintangan dalam hubungan Ira dan Navi?” tanya Rani menegaskan.“Ya, aku telah menyadar
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k