Ira pun berbalik ke depan dan menguping pembiaraan Furkam dan Mahli.
“Kamu tu jangan gitu loh, nanti Ira jadi merasa jauh dari ku, kan jadi rugi aku nya.” Kata Furkam berbisik pada Mahli
“Lalu tadi itu siapa? Aku sangat penasaran dan membuatku tidak fokus membaca tadi di perpus,” kata Mahli menggoda Ira.
.”Benarkah?” Tanya Furkam berbisik.
Mahli pun mengangguk.
“Tadi tu hanya teman saat bela diri saja, namanya Ria.” Jawab Furkam
“Dia menyukaimu kan Fur? Kelihatan saat tadi dia memanggil naa kamu.” kata Mahli.
“Memangnya ada apa saat dia memanggil? Matanya bersinar, begitukah?” sahut Ira.
“Mmmmm, ternyata dari tadi ada yang nguping pembicaraan kita, mungkin dia juga penasaran tapi tidak ingin bertanya.” Kata Mahli menggoda Ira.
Furkam tertawa senang dan malu.
“Kamu kenapa sih Mahli, bikin kesal saja.” Kata Ira tidak bisa
Sesampainya Ira dirumah, bergegaslah dia mengambil handpone dan menelepon Navi, Ira merasa sangat bersalah pada Navi, tetapi setelah menghubungi Navi Ira semakin kesal karena Navi tidak juga mengangkatnya.“Bukankah seharusnya dia juga sudah plang? Apakah masih ada les tambahan?” guman IraIra mencoba menelepon lagi, setelah beberapa kali berdering, diangkatlah Handphone Navi.“Haloo, siapa ini? Kenapa telpon terus dari tadi? Apa ada yang bisa aku sampaikan pada Navi?” terdengar suara wanita yang mengangkat telepon Navi.“Kamu siapa?” tanya Ira.“Eh kamu seorang wanita, aku kira kamu hanya mau menipu Navi, ada yang bisa dibantu? Nanti aku sampaikan pada Navi.” Jawab Wanita Itu.“Dimana Navi?” tanya Ira.“Dia sedang di kamar mandi.” Jawab Wanita itu.“Apa kalian masih ada di sekolahan?” tanya Ira.“Tidak kami pulang cepat dan pergi k
Keesokan harinya Ira sudah berada di dalam kenal dan terdiam, dia melihat kearah dimana Furkam duduk dan dia heran kenapa tidak melihatnya, padahal yang lainnya sudah masuk kelas.“Ira kamu melamun ya?” tanya Mahli.“Tidak, eh Mahli Furkam tidak masuk? Apa dia jadi ikut lomba bela diri?” jawab Ira dan bertanya pada Mahli.“Dia tidak ikut lomba Ira, tangannya sakit, jadi dia tidak masuk sekolah untuk beberapa hari ini.” Jawab Mahli.“Ohh ya sudah.” Jawab Ira“Apa ada masalah antara kamu dan Furkam Ra?” tanya Mahli.“Tidak.” Jawab Ira cepat yang membuat Mahli semakin curiga.“Kenapa kamu jawabnya seperti itu Ira, apa jangan-jangan beneran ada apa-apa ya?” tanya Mahli.Ira hanya diam saja takut dia keceplosan karena kejadian kemarin.“Mahli aku mau curhat dong.” Kata Ira mengalihkan pembicaraan.“Kenapa lagi Ira?&rdq
“Kamu mau baca apa Furkam?” tanya Ira.“Belum tahu, aku cari dulu deh.” Jawab Furkam.“Ya sudah kamu cari buku yang kamu inginkan, aku akan cari komik buat aku baca.” Kata Ira.Mereka pun mencari buku yang ingin mereka baca. Tak lama kemudian mereka sudah menemukan buku yang akan mereka baca.“Kamu sudah menemukannya Ra?” tanya Furkam.“Sudah ini baru saja.” Jawab Ira.“Kalau begitu ayo kita duduk di sebelah sana saja.” Ajak Furkam.Mereka berjalan ke meja untuk dua orang.“Awas Furkam, kamu harus berhati-hati, hampir saja kamu menabrak rak buku.” Kata Ira sambil menarik tangan Furkam.“Makasih Ira, tak tahu lagi tadi kalau aku menabrak pasti tidak bisa masuk sekolah lagi.” Jawab Furkam.“Apa aku menarik di tangan yang benar?” tanya Ira“Iya, benar kok yang sakit tangan satunya.” Jawab Fur
Sampai dirumah Ira pun berganti pakaian lalu makan, setelah itu Ira bersiap-siap untuk pergi ke warung batagor yang biasanya mereka kunjungi. Sebelum berangkat Ira berpikir dan berharap agar tidak di pertemukan dengan Navi.“Semoga nanti tidak ada Navi, semoga dia belum pulang sekolah, semoga aku tidak ketahuan sama Navi kalau sedang ada di sana.” Kata Ira bergumam.“Ira….” Suara teriakan Alala.Ira pun keluar setelah mendengar teriakan Alala.“Udah siap?” tanya Alala.“Sudah ayo.” Jawab Ira.“Lha Atin belum kesini loh.” Kata Icus.“Atin katanya langsung kesana kan rumahnya tidak terlalu jauh dari warung.” Jawab Ira.“Ya sudah kalau gitu ayo berangkat.” Ajak Icus.Mereka berangkat dengan sepeda masing-masing. Setelah sampai di warung ternyata Atin sudah ada di sana.“Hai, Atin…” teriak Ira.“H
“Sebenarnya Dea itu siapa sih Nav?” tanya Ira. “Ohh…dia itu teman satu kelasku, dia biasanya memang satu kelompok denganku karena absennya tidak jauh dariku,” jawab Navi. “Kamu sering main bersamanya?” tanya Ira. “Iya sesering kamu bermain dengan Mahli kan?” jawab Navi membandingkan dirinya dengan Ira. “Apa kamu bermaksud membalasku Nav? Kenapa kamu selalu membandingkan aku?” tanya Ira. “Tidak kok, aku cuma memberimu contoh saja,” jawab Navi. “Sudahlah Ra, tidak usah dibahas lagi ya, baru aja loh kita ini balikan masa mau berantem lagi, capek Ira,” lanjut Navi menghentikan pembicaraan tentang Dea. “Baiklah, tolong jangan berbohong padaku lagi ya!” kata Ira memperingatkan Navi untuk tidak membohonginya lagi. “Iya sayang,” jawab Navi. Waktu pun berlalu sangat cepat, mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. “Navi aku pulang ya,” kata Ira pamit. “Kamu hati-hati ya Ra, kalau aku t
Semua murid mengikuti guru itu masuk museum. “Wahhh keren sekali patung-patung yang ada di sini!” kata Ira kagum. “Benar Ira, bagus sekali mirip sama orang beneran,” jawab Rani. Mereka pun berkeliling museum hingga sore hari. “Karena hari sudah mulai sore, mari kita kembali ke hotel yang sudah kita pesan anak-anak,” kata guru. Mereka pun naik ke dalam bus dan berangkat menuju hotel. Di dalam perjalan Ira merasa pusing dan mual, akhirnya Ira pun mabuk dan muntah, tetapi Ira tidak mengatakan pada siapapun. “Ira kamu baik-baik saja?” tanya Rani. “Tidak, aku mabuk berat Ran,” jawab Ira dengan wajah pucat. “Tunggu dulu aku ambilkan plastic dulu Ra di belakang,” kata Rani dan langsung pergi ke belakang. Tak di sangka Furkam pun mabuk di saat yang sama dengan Ira. “Furkam kenapa Mahli?” tanya Rani. “Mabuk,” jawab Mahli yang memijat leher Furkam. “Wah benar-benar sehati dengan Ira,” kata Rani.
Satu tahun pun berlalu. Di dalam satu tahun ini hubungan Ira dengan Furkam baik-baik saja, tetapi tidak dengan hubungan Navi dan Ira mereka sering putus dan nyambung terus tetapi saat ini sudah baik-baik saja. “Hei Ira, sebentar lagi kan kita ujian kelulusan nih, kamu mau sekolah dimana?” tanya Furkam. “Tidak tahu masih dalam tahap masuk otak belum aku pikirkan,” jawab Ira. “Satu sekolahan saja yuk? Apa kamu mau?” tanya Furkam. “Tidak, Ira bersamaku saja,” sahut Mahli. “Memangnya kalian mau kemana?” tanya Ira. “Aku di dekat sini Ra, biar tidak jauh-jauh,” jawab Furkam. “Di sekolah sebelah ya?” kata Ira. “Iya, yang dekat dengan rumah,” jawab Furkam. “Kalau kamu Li?” tanya Ira. “Rencananya aku mau ke daerah utara Ra, lumayan jauh sih tapi katanya bagus sekolahannya,” jawab Mahli. “Sama aku aja ya Ra,” lanjut Mahli. “Tidak, Ira sama aku saja,” ujar Furkam. “Stopp,, untuk apa
Selang setengah jam Navi pun datang dengan membawa sebuah gitar.“Ira…..,” panggil Navi dari depan rumah.Ira pun keluar menemui Navi.“Ada apa Nav?” tanya Ira.“Mau main saja, aku kangen sama kamu udah lama kita tidak bertemu loh Ra,” jawab Navi.“Apa kamu lupa aku sedang kesal denganmu?” kata Ira.“Maka dari itu aku datang kesini untuk menghiburmu,” jawab Navi.“Duduk dulu saja, masuklah!” Ajak Ira masuk.Navi pun masuk, dan Ira membuatkan minum Navi.“Kamu minumlah dulu,” kata Ira.Navi meminum air dari Ira.(Hello: Di antara beribu bintang)“Maafkan aku yang selalu menyakitimu, mengecewakanmu, dan meragukanmu, tersadar aku memang kamu yang terbaik, terima aku, mencintaiku apa adanya, diantara beribu bintang hanya kaulah yang paling terang, diantara beribu cinta pilihanku hanya kau sayang, tak kan ada