Ira menemukan buku yang menurutnya menarik, lalu menarik buku itu tetapi buku itu susah untuk ditarik ternyata dari sisi lain buku itu ditarik oleh Furkam.
“Furkam, kenapa kamu lagi? Berikan buku ini padaku, aku yang pertama melihatnya,” kata Ira
“Ini buku memang akan aku kasih ke kamu kok, aku kira kamu tadi orang lain jadi tak ku biarkan mengambil buku ini,” jawab Furkam.
“Ya sudah sini kasih ke aku,” kata Ira meminta bukunya.
Furkam berjalan kearah Ira, dia mendekat dan terus mendekat hingga hampir hidungnya menyentuh hidung Ira.
“Lain kali jangan suka menuduh orang jika belum tahu apa yang akan di lakukan oleh orang tersebut,” kata Furkam dengan tiba-tiba.
Ira tercengang tidak pernah berfikir Furkam akan berani seperti itu lagi, Ira pun langsung kembali ke meja baca dengan jantung berdebar kencang.
“Apa ini? Kenapa jantungku berdegup kencang?” Gumam Ira dalam hati.
“Ira, bagus tidak buku yang tadi?” Tanya Furkam men
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu berbunyi, Ira pun langsung mengambil tas dan berjalan keluar untuk pulang, terlihat Tidan sudah menunggunya di parkiran kampus.“Hey Ira, ayo cepat.” Kata Tidan.“Sebentar aku ambil sepeda dulu,” jawab Ira.Merekapun pulang besama saat di perjalanan Tidan mengajak Ira untuk ikut dengannya ke ruah temannya.“Ira, kamu mau kan nemenin aku ke rumah temanku untuk belajar kelompok?” Tanya Tidan.“Lalu kalau aku ikut nanti ngapain disana?” Tanya Ira“Kamu ngobrol-ngobrolah dengan teman-temannku.” Kata Tidan“Tidak, aku malu.” Jawab Ira“Ayolah temenin aku ya, sebentar saja kok, tidak lama.” Bujuk Tidan“Beneran hanya sebentar saja? Disana nanti kamu jangan cuekin aku lo ya, aku terus diajak ngobrol jangan sampai aku canggung disana nanti.” Kata Ira“Baik Ira, kamu memang adikku yang pal
Ira kembali ke kamar dengan membawa jus.“Tidan, papaku membuat jus jadi minum jus saja ya?” kata Ira“Oke, malah segar kok, terimakasih ya.” Jawab Tidan“Aku taruh di atas meja ya?” kata Ira.Tidan pun mengangguk karena fokus dengan menulis. Ira yang menemani sambil mengirim pesan pada Navi. Tetapi Navi tidak ada kabar sama sekali.“Hufttt…” kata Ira menghela nafas.Tidan mendengar helaan nafas Ira pun bingung.“Ira, kenapa?” Tanya Tidan“Tidak, kamu sudah selesai belum?” Tanya Ira balik.“Belum, bagaimana kalau kamu baca komik saj, aku bawa komik bagus buat kamu, tadinya mau aku suruh kamu baca di tempat temenku tapi malah jadi seperti tadi.” Kata Tidan memberikan komik pada Ira.Ira pun tersenyum senang karena mendapat komik baru. Tidan melihat Ira tersenyum merasa lega.“Aku tau, sekarang ini hubungan kamu d
“Husttt Ira, kamu kenapa?” Tanya Mahli yang sudah mendengar dari Furkam.“Tidak papa, bukankah Furkam udah cerita padamu?” jawab Ira“Tapi kamu tidak papa kan?” Tanya Mahli“Tidak, karena di bantuin keluar dari sana, kalau tadi tidak ada Furkam entah lah bisa kesini tepat waktu apa tidak.” Jawab Ira“Lain kali kalau mau kesana ajak aku aja atau Furkam jangan sama Rani, disana lakinya pada nggak waras, kayak gila wanita gitu.” Kata Mahli“Apa lagi sama kamu, kamu udah cantik, ramah, bikin orang terpesona.” Sahut Furkam.Ira pun malu mendengar omongan Furkam.“Sudahlah jangan di bahas lagi, perhatikan dulu pelajarannya.” Kata IraMereka kembali fokus pada pelajaran tanpa memperdulikan hal lain.Satu pelajaran pun telah usai, pelajaran kedua adalah pelajaran seni rupa. Ira tidak memiliki bakat menggambar, Ira tidak tahu apa yang akan dia lak
Setelah selesai makan di kantin, mereka pun balik ke kelas karena sudah waktunya istirahat selesai. Sesampainya di kelas Ira dan yang lainnya sudah berada di dalam kelas.“Ira sudah makan?” Tanya Furkam.“Sudah tadi di rumah.” Jawabnya.“Kok di rumah, istirahat tadi tidak makan?” Tanya Furkam lagi.“Tidak tadi hanya jajan saja, masih kenyang.” Jawab Ira.“Oh ya sudah kalau begitu,” lanjut Furkam.Mereka pun mengikuti pelajaran seperti biasa.,“Heh Ira, ke perpustakaan yuk!” ajak Mahli.“Hahh, tumben sekali kamu ngajakin kesana.” Jawab Ira heran“Iya, mau tidak?” Tanya Mahli.“Kita berdua saja?” Tanya Ira.“Iyalah.” Jawab Mahli.“Aku juga ikut.” Sahut Furkam yang tidak akan membiarkan Ira dan Mahli pergi hanya berdua.“Mau ngapain kamu? Gangguin saja, tidak u
Ira pun berbalik ke depan dan menguping pembiaraan Furkam dan Mahli.“Kamu tu jangan gitu loh, nanti Ira jadi merasa jauh dari ku, kan jadi rugi aku nya.” Kata Furkam berbisik pada Mahli“Lalu tadi itu siapa? Aku sangat penasaran dan membuatku tidak fokus membaca tadi di perpus,” kata Mahli menggoda Ira..”Benarkah?” Tanya Furkam berbisik.Mahli pun mengangguk.“Tadi tu hanya teman saat bela diri saja, namanya Ria.” Jawab Furkam“Dia menyukaimu kan Fur? Kelihatan saat tadi dia memanggil naa kamu.” kata Mahli.“Memangnya ada apa saat dia memanggil? Matanya bersinar, begitukah?” sahut Ira.“Mmmmm, ternyata dari tadi ada yang nguping pembicaraan kita, mungkin dia juga penasaran tapi tidak ingin bertanya.” Kata Mahli menggoda Ira.Furkam tertawa senang dan malu.“Kamu kenapa sih Mahli, bikin kesal saja.” Kata Ira tidak bisa
Sesampainya Ira dirumah, bergegaslah dia mengambil handpone dan menelepon Navi, Ira merasa sangat bersalah pada Navi, tetapi setelah menghubungi Navi Ira semakin kesal karena Navi tidak juga mengangkatnya.“Bukankah seharusnya dia juga sudah plang? Apakah masih ada les tambahan?” guman IraIra mencoba menelepon lagi, setelah beberapa kali berdering, diangkatlah Handphone Navi.“Haloo, siapa ini? Kenapa telpon terus dari tadi? Apa ada yang bisa aku sampaikan pada Navi?” terdengar suara wanita yang mengangkat telepon Navi.“Kamu siapa?” tanya Ira.“Eh kamu seorang wanita, aku kira kamu hanya mau menipu Navi, ada yang bisa dibantu? Nanti aku sampaikan pada Navi.” Jawab Wanita Itu.“Dimana Navi?” tanya Ira.“Dia sedang di kamar mandi.” Jawab Wanita itu.“Apa kalian masih ada di sekolahan?” tanya Ira.“Tidak kami pulang cepat dan pergi k
Keesokan harinya Ira sudah berada di dalam kenal dan terdiam, dia melihat kearah dimana Furkam duduk dan dia heran kenapa tidak melihatnya, padahal yang lainnya sudah masuk kelas.“Ira kamu melamun ya?” tanya Mahli.“Tidak, eh Mahli Furkam tidak masuk? Apa dia jadi ikut lomba bela diri?” jawab Ira dan bertanya pada Mahli.“Dia tidak ikut lomba Ira, tangannya sakit, jadi dia tidak masuk sekolah untuk beberapa hari ini.” Jawab Mahli.“Ohh ya sudah.” Jawab Ira“Apa ada masalah antara kamu dan Furkam Ra?” tanya Mahli.“Tidak.” Jawab Ira cepat yang membuat Mahli semakin curiga.“Kenapa kamu jawabnya seperti itu Ira, apa jangan-jangan beneran ada apa-apa ya?” tanya Mahli.Ira hanya diam saja takut dia keceplosan karena kejadian kemarin.“Mahli aku mau curhat dong.” Kata Ira mengalihkan pembicaraan.“Kenapa lagi Ira?&rdq
“Kamu mau baca apa Furkam?” tanya Ira.“Belum tahu, aku cari dulu deh.” Jawab Furkam.“Ya sudah kamu cari buku yang kamu inginkan, aku akan cari komik buat aku baca.” Kata Ira.Mereka pun mencari buku yang ingin mereka baca. Tak lama kemudian mereka sudah menemukan buku yang akan mereka baca.“Kamu sudah menemukannya Ra?” tanya Furkam.“Sudah ini baru saja.” Jawab Ira.“Kalau begitu ayo kita duduk di sebelah sana saja.” Ajak Furkam.Mereka berjalan ke meja untuk dua orang.“Awas Furkam, kamu harus berhati-hati, hampir saja kamu menabrak rak buku.” Kata Ira sambil menarik tangan Furkam.“Makasih Ira, tak tahu lagi tadi kalau aku menabrak pasti tidak bisa masuk sekolah lagi.” Jawab Furkam.“Apa aku menarik di tangan yang benar?” tanya Ira“Iya, benar kok yang sakit tangan satunya.” Jawab Fur