Share

Puncak Bukit Buas

Bagian 22

Puncak Bukit Buas

Maya masih menyemburkan sisa-sisa racun di mulutnya. Beberapa anak kera yang terkena bisa beracun tersebut kulitnya langsung melepuh dan perlahan-lahan mati.

“Ayo cepat lari.” Bergantian Maya menarik tangan Andra untuk naik. Hari sudah sore, sedangkan puncak bukit masih belum terlihat.

“Kalau begini caranya kapan kita sampai. Duh, ya ampun aku nggak mau jadi ular seumur hidup.” Maya memperhatikan sisiknya yang semakin banyak. Kini sudah sampai di pipinya meski belum penuh.

Andra berpikir sejenak, secara logika memang mereka tak akan pernah sampai di puncak walau berjalan tanpa henti. Ia pun tak bisa mengharapkan bantuan ayahnya, sebab tabir gaib yang dibuat Damar telah ia rasakan. Putra semata wayang Ana itu hanya bisa mengandalkan diri sendiri saja. Dahan-dahan pohon itu begitu kokoh dan tua, ia yakin sangat kuat untuk dipijak.

“Ayo, kita harus bergerak cepat. Nanti malam kalau jantungku udah sakit, kita nggak bisa ke mana-mana lagi.” Andra mengulurk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status