Bagian 28 Darah Panas Andra hidup menyendiri di desa itu, tak ada yang menemani, lalu ia hanya menyapa warga ketika berjumpa saja, selebihnya ia benar-benar habiskan waktu dengan menjelajahi isi hutan, membawa pulang kucing-kucing yang butuh pertolongan. Melempar pemburu yang mencoba mengusik wilayah tempatnya tinggal. Alasan mengapa Damar menawan Andra di sana ialah karena pemuda itu tanpa diminta pun suka membersihkan wilayahnya dari kekacauan. Bahkan tanpa menjadi manusia harimau sejati sekali pun. Kepedulian pemuda itu memang cukup tinggi dibandingkan yang lainnya. Sore itu ia berenang di dalam kolam ikan, bersama ratusan ikan yang sudah mulai ia isi kembali. Ia tangkap hanya dengan kedua tangannya. Ia bersihkan dan bagikan mentah-mentah pada semua piaraannya. Dirinya sendiri sedang mencoba membakar ikan, mencoba rasa baru seperti yang pernah dilakukan Nay. Kebun bunga milik Ana, jangan tanya lagi, rumput-rumput sudah mulai tumbuh. Begitu cepat tinggi, padahal mereka baru sebu
Bagian 29 Menjauh Bagus membawa Ana keluar dari klinik. Manusia harimau itu dengan sigap menyewa sebuah villa yang masih berada satu kota dengan Desa Bukit Buas. Alasannya, agar tahu bagaimana putranya menjalani hidup seorang diri. Meski Andra sudah sangat layak dilepas, tapi sebagai seorang ayah ia tetap khawatir. Tentu saja ia lakukan sembari merawat Ana yang jahitan di lehernya masih belum kering, tubuhnya masih lemah dan belum bisa berbicara seperti biasa selain berbisik. Villa tersebut terletak di kawasan yang suhunya sama dingin seperti di desa. Membuat Ana jadi betah tidur berlama-lama. Ia memang lelah, butuh beristirahat setelah mengurus semuanya sendirian. Bagaimana putranya ia serahkan saja pada Bagus. Ia percaya keduanya sama kuat tak seperti dirinya. Pagi itu, Ana bangun dan tak melihat seekor harimau di kamarnya. Ia keluar dan mencari udara segar di depan pintu. Rasa gatal pada jahitan di lehernya membuat wanita itu ingin menggaruknya dengan kuat. Namun, terlebih dahu
Bagian 30 Perubahan Andra dan Nay mengerjakan semuanya berdua saja. Rumput-rumput itu mereka siangi tak perlu waktu seharian. Ya, karena mereka memiliki kemampuan di luar batas sebagai setengah siluman. Bunga-bunga kembali menjadi indah dipandang. Nay seperti biasa, suka menghirup wangi bunga berwarna merah jambu yang membuatnya kecanduan. Sekarang ia bisa memilikinya dengan puas. Ia harus pasrah melupakan kehidupan di kota satu demi satu, lagi pula keluarganya yang tersisa juga tak pernah memikirkan tentangnya. Ia sudah dibiasakan hidup mandiri sejak dulu. “Mungkin manusia memang nggak pernah bisa jadi keluargaku. Ya, udah, berkeluarga dengan siluman aja sekalian,” ujar gadis itu perlahan. Ia petik bunga-bunga merah jambu tersebut, membawanya masuk ke dalam rumah. Meletakkan dalam vas di mana dulu biasanya Ana yang melakukannya dan dipindahkan di ruang yang tak pernah kedatangan tamu. Andra sendiri, ia baru saja menangkap beberapa ekor ikan. Untuk kucing peliharannya dan juga untu
Bagian 31 Penyesuaian Harimau kuning yang baru saja terlahir kembali itu tak henti-hentinya mengendus tubuh Nay, awalnya gadis dari kota itu memang merasa ketakutan, tapi lama-lama ia merasa geli sendiri, dan tertawa, lalu harimau itu pun mengubah wujudnya menjadi manusia biasa. “Itu, ada bekas jahitan besar.” Nay menunjuk di dada sebelah kiri Andra. “Iya, masih terasa sakit, pedih, luar biasa.” Pemuda itu duduk di sebelah Nay, berisitirahat sejenak. Lelah dirinya, tapi ada yang aneh Andra rasakan, darah yang selama ini panas, semakin bertambah panas saja sejak jantung harimau itu berhasil ditanam dalam tubuhnya. Namun, setidaknya ia tak akan lagi merasa kesakitan ketika malam bulan purnama tiba, sepertinya manusia harimau lainnya. “Pulang, yuk,” ajak Nay pada Andra. “Terus habis itu ngapain di rumah?” Andra memejam, darahnya seperti naik tiba-tiba ke kepala. Ia masih butuh menyesuaikan semuanya yang terlalu tiba-tiba. “Ya, tidur, ini, kan, masih malam.” Paham Nay ke mana arah
Bagian 32 Permintaan Ana Ana dibawa oleh Bagus ke rumah lama mereka. Wilayah sekitar rumah itu memang telah berubah menjadi kota yang padat penduduk. Namun, dulu saat ditinggalkan oleh Ana dan Andra, Arya membuat pandangan manusia biasa di rumah dan sekitar hutan di sana tak terlihat. Hingga sampai sekarang masih terjaga semuanya. Rumah itu masih sama besarnya, hanya cat saja yang diganti lagi oleh Ana. Dua buah mobil yang sudah terhitung zaman dahulu sekali masih bisa dinyalakan dan digunakan bepergian. Hanya saja, mereka berdua lebih suka berdiam diri di dalam rumah, sebab luka di leher Ana juga belum pulih benar, masih terasa perih sesekali. Hal demikian pula yang membuat Bagus sangat menjaga diri dari Ana. Ia tak berani menyentuh perempuan yang sudah memberikan anak untuknya terlalu jauh, takut terbawa perasaan dan Ana tak sembuh-sembuh juga. Mereka hanya tinggal berdua saja seperti biasa, dan berada dalam kekakuan. “Kenapa kamu menghindar terus dari dari aku? Bosan gitu sama a
Bagian 33 Jangan Ganggu Dua orang yang dulunya pernah mencoba melecehkan Nay tak puas dengan hasil kerja kepolisian yang dinilai terlalu lambat. Sebab tidak ada barang bukti lain yang tertinggal. Mayat temannya yang katanya mati dicakar Nay pun telah hilang tanpa ada keributan sama sekali, semuanya bersih tanpa sidik jari. Sebab ular tak memilikinya. Jadilah mereka memilih jalan lain, mendatangi orang yang katanya pintar. Berbekal dari keterangan serba setengah-setengah mereka memilih akan mendatangi Bukit Buas, sebab dukun itu hanya mengatakan banyak emas yang bisa didapatkan jika mereka berdua bisa menangkap Nay. Mereka tak tahu siapa yang ada disisi perempuan itu. Berbekal menyewa empat orang yang bisa menembak dua pemuda tak tahu diri itu pun berangkat. Nekat, bahkan kini mereka sudah ada di kota yang lebih dekat dengan desa itu. Kota di mana Andra dan Nay juga sedang duduk-duduk santai. “Apa coba gunanya kita mesen ginian?” Nay dari tadi mengaduk minuman rasa matcha dengan gun
Bagian 34 Jalan Masing-Masing Nay berbaring di sebelah Andra, baru saja mereka melewati malam yang sama seperti sebelumnya. Ya, keduanya seperti menemukan kesenangan baru yang sayang rasanya jika hanya berdiam diri ketika kabut yang turun membuat hawa semakin dingin, hingga mereka pun memilih saling menghangatkan di atas ranjang. Perempuan ular itu tak bisa tidur, ada hal yang sedang ia pikirkan. Bukan tak mungkin lama-lama ada yang tumbuh dalam rahimnya. Siluman tak pernah mengenal kata kontrasepsi atau menjaga jarak kehamilan, sedangkan ia masih ingin menikmati masa berdua saja bersama Andra. Bukan tak mau menjadi seorang ibu, hanya saja usianya masih terlalu muda. Nay pun berdiri, memakai dasternya yang jatuh ke lantai. Sebelum pergi ia memastikan kalau harimau di sebelahnya benar-benar terlelap dan tak akan mengikutinya dari belakang. Ia ingin berbicara empat mata dengan orang yang bisa ia percaya. Tak bergerak, harimau kuning itu tidur amat lelap. Gegas saja Nay keluar rumah
Candramayaa—ular dengan tujuh warna pelangi keluar dari telaga tempatnya tinggal. Binatang dengan panjang kurang lebih dua meter itu kemudian mengubah wujudnya menjadi seorang perempuan dengan kecantikan melebihi batas wajar manusia biasa. Dua bola mata dengan gradasi tujuh warna itu memandang ke kejauhan. Ia tahu tak jauh dari hutan ada sebuah rumah di mana sepasang makhluk gaib beda jenis telah tinggal di sana selama lima tahun lamanya. “Pergilah,” ucap Candramaya pada seekor ular kecil dengan warna sama dengannya. Ular itu melata mengikuti perintahnya. Lalu penjaga telaga itu pun melihat ke atas bukit. “Tuan Damar, sedang apakah kau di sana, bolehkah aku pergi ke atas tanpa panggilan darimu.” Wanita dengan bisa mematikan itu mengubah wujudnya menjadi ular lagi. Cadramaya melata menaiki bukit. Setiap harimau yang melihatnya langsung menyingkir karena ia merupakan makhluk kepercayaan pemilk Bukit Buas. *** Ular kecil kiriman Candramaya melata memasuki rumah milik Andra yang dul