Bagian 9 Kedatangan Sedikit lagi Bagus akan sampai di Bukit Buas, ia sengaja berjalan kaki sebab menghindar dari keramaian. Tak pula berniat berubah menjadi harimau, karena keadaan dulu dan sekarang sudah sangat berbeda. Orang-orang jadi jauh lebih peka dengan segala hal yang aneh. Lelaki berusia 500 tahun itu hanya menjaga kemanan dirinya sendiri saja. Malam itu, di tepi pantai ia duduk sendirian. Membiarkan tubuhnya diterpa air laut. Beristirahat sejenak dari lelahnya menuju rumah dua orang yang amat Bagus rindukan. Ia menggenggam pasir, menghirup amis aroma pantai yang membuat perutnya lapar. Tak ada daging yang bisa ia santap. Menangkap manusia bukanlah jawaban yang tepat. Kemudian, lelaki itu mengubah wujudnya, ketika tubuhnya sudah sampai di kedalaman air laut. Ia berenang terus menangkap ikan-ikan berukuran besar dengan cakar dan taringnya. Setelah cukup manusia harimau itu pun kembai ke permukaan. Mengeringkan dirinya sendiri dengan bantuan angin laut. Bukan tak ingin ia b
Bagian 10 Dia yang Hilang Angin itu membawa aroma seseorang yang telah lama hilang dari hadapan Bagus. Bukan hilang, tepatnya terpisah karena keterpaksaan. Manusia harimau itu berdiri dan berjalan ke belakang rumah yang diberi pagar bambu. Ia melompat dan mengendus setiap lembar baju wanita yang dijemur di sana. Rindunya semakin menggebu untuk bertemu. Pintu belakang itu ia gedor beberapa kali, memanggil sebuah nama yang telah lama tak menggodanya. “Ana. Buka pintunya, aku datang. Menjemputmu,” ucap Bagus beberapa kali. Namun, rumah itu begitu hening. Lelaki berambut sebahu tersebut menajamkan pendengarannya. Tak ia dengar suara Ana atau siapa pun di dalam rumah kayu itu. Bagus pun membuka paksa rumah tersebut. Beberapa kucing hutan terlihat langsung menegakkan bulu ketika melihat wujud asli lelaki di depannya. Bagus tak sempat mengurusi hal-hal seperti itu. Ia pun membuka masing-masing kamar di dalam rumah itu. Pertama ia buka sebuah kamar yang banyak terdapat buku-buku di dalam
Bagian 11 Candramaya “Siapa dia?” tanya Ana yang terbangun karena desisan yang membuatnya merinding. Ia langsung menuju ke dapur dan dihadapkan pada pemandangan seseorang memasukkan kepalanya ke dalam gentong. Andra hanya diam saja tak bisa menjawab. Kepala Maya ke luar dengan susah payah dari penampung air itu. Tak juga bisa, perempuan setengah ular itu lantas menghantam benda itu hingga akhirnya pecah berkeping-keping. Mendengar suara seorang manusia biasa dengan darah yang berbeda membuat Maya langsung tegak. Ia menatap Ana dengan mata anehnya, bisa ia nilai wanita di depannya menyimpan banyak misteri. Namun, darahnya sangat wangi, dan membuat perutnya lapar lagi. Lalu, lidah bercabangnya ke luar dan mengarah pada Ana. Gegas wanita itu langsung merunduk dan Maya hanya menangkap seekor cicak saja. “Maaf, maaf. Nggak bisa dikendalikan,” ujar Maya sembari menutup mulutnya sendiri. Ia sendiri tak bisa menahan gejolak perutnya yang terus saja lapar. Tak hanya sampai di sana saja. Sa
Bagian 12 Mencari Jalan Keluar Maya tak bisa tidur sebab tubuh yang tadinya dingin perlahan-lahan berubah menjadi panas. Darahnya sedang bertukar dari manusia biasa menjadi setengah ular. Perempuan itu tak tahu apa sebabnya hingga ia dikutuk menjadi seperti ini. Sebab, saat bangun, ia sudah melihat sisik ular dari tubunya sendiri. Kini sisik warna-warni itu semakin banyak saja jumlahnya. Di bagian leher juga sudah hampir meyentuh dagu. “Aku ini siapa sebenarnya?” tanya Maya pada cermin di depan wajahnya. Ia kini berada satu kamar dengan Ana. Beristirahat dulu sebentar sebeum melakukan perjalanan ke puncak bukit. “Kenapa aku di sini?” Ia memandang telapak tangannya yang kukunya mulai meruncing. Sesekali lidah bercabangnya ke luar ketika merasakan mangsa berada di dekatnya. Entah itu kupu-kupu atau cicak. “Pakai baju ini, ya. Biar gak menarik perhatian banyak orang.” Ana masuk dan membuyarkan lamunan Maya. Nyaris saja perempuan ular tersebut menyemburkan bisanya karena terkejut. L
Bagian 13 Mimpi Damar berhenti di hutan bambu tempat tinggal Murti, ia mengatur tempat itu menjadi lebih indah, dipenuhi bunga-bunga segar hingga terlihat seperti tempat dilangsungkannya pesta pernikahan. Tak hanya di hutan bambu saja. Bahkan sampai hampir mendekati puncak bukit buas. Kecuali jalan yang telah ia atur agar dilewati oleh Andra dan Maya. Jalan yang penuh rintangan dan siluman di bawah perintahnya. “Sudah lama aku tak memiliki wanita pendamping. Kurasa manusia biasa sepertimu cocok untuk kujadikan mainan. Tak perlu jadi manusia harimau, cukup jadi pengantinku semalam saja.” Damar membentuk sebuah siluet tubuh Ana dari tangannya yang berkuku panjang. “Tak mudah untuk lepas dari jerat kaumku. Kau tentu paham sifat bringas harimau yang menyukai tantangan. Mari kita lihat apakah harimau rendahan dari Hutan Larangan itu berani untuk mengambilku dariku, Ana. Sudah 20 tahun aku mengawasi dan menjaga kalian. Sudah saatnya kau bayar mahal semuanya.” Manusia harimau putih itu m
Bagian 14 Dalam Dekapan Harimau Putih Ana berjalan lurus ke luar dari rumahnya tanpa alas kaki. Gaun putihnya yang panjang menyeret bebatuan warna-warni yang terasa begitu ringan terkena kabut putih. Ya, wanita itu ditutupi oleh kabut yang dikirim oleh Damar. Sebab harimau putih itu tak mau ada satu orang pun yang melihat pengantinnya. “Berjalanlah terus kemari, pengantinku. Aku adalah penguasa tertinggi di sini, saatnya kau berterima kasih padaku.” Mendengar ucapan seperti itu Ana hanya mengangguk saja. Namun, air matanya terus mengalir membasahi wajahnya yang diberi make up lengkap. Ia masih sadar dengan dirinya, hanya saja tak bisa melawan ketika kakinya terus saja melangkah. Sengaja memang Damar berbuat demikian, ia ingin melihat Ana tersiksa dengan perang batinnya sendiri. “Tolong,” ujar Ana perlahan. Namun, suaranya berpendar di dalam kabut putih ciptaan Damar. “Andra, tolong, Mama takut.” Butir air mata keluar dari sudut penglihatan Ana. Menyesal rasanya ia biarkan putran
Bagian 15 Bisikan Sesat Andra berjalan di depan Maya, mereka melewati pematang sawah yang tak lama lagi akan panen. Biasanya Ana selalu mengikuti jual beli apa saja yang ada di desa. Namun, dalam hal memanam padi ibunya lebih memilih tak ikut. Sebab ketika musim panen tiba para tuan tanah akan muncul dan mulai menggodanya. Telinga Maya menangkap suara-suara yang aneh dari dalam sawah. Seketika perutnya kembali berbunyi. Perempuan separuh ular yang tak pernah bisa mengendalikan diri termasuk rasa laparnya, ia langsung berlari menuju sawah yang padinya hampir menguning semua. Ia mengejar tikus-tikus sawah yang berukuran sangat besar. “Dapat!” Maya mengenggam tikus hutan itu dengan kedua tangannya yang berkuku panjang. Lidah bercabang duanya keluar, melilit binatang yang terus mencicit di depannya dan hanya dalam hitungan detik saja tikus hitam itu berpindah ke dalam perutnya. Lagi, sisiknya tumbuh semakin banyak. “Kenapa aku ini? Kenapa nggak bisa tahan lapar.” Maya sendiri ketakut
Bagian 16 Melawan Penguasa Tubuh harimau kuning yang merupakan jelmaan Bagus itu terlempar ke tepi hutan bambu. Ia harus menghadapi dua ekor harimau putih yang merupakan bawahan Damar. Sementara itu sang penguasa membawa Ana yang dililit akar bambu ke sebelah tempatnya duduk. “Akhirnya, aku punya pertunjukkan yang seru juga. Sudah lama tak menguji ketangkasan makhluk-makhluk yang tunduk di bawah kakiku.” Damar membuka akar bambu yang melilit tubuh Ana. Ia kemudian membaringkan wanita yang sedang tidak sadarkan diri itu ke dalam pangkuannya. Sengaja, ingin memantik kemarahan tamu yang datang dari jauh. Harimau kuning itu memamerkan taringnya yang sangat tajam, ia membuka mulutnya lebar-lebar ketika tahu Ana yang tak berdaya diperlakukan sekehendak hati Damar. Bagus pun mengubah wujudnya menjadi manusia biasa lagi. Ia menangkap salah satu harimau putih itu lalu melemparnya ke arah harimau putih lainnya. Terburu-buru Bagus berlari, ia tak rela kalau sampai Ana dijamah oleh lelaki lai