Salman bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal, mimpi itu seakan sangat nyata. Kanaya menangis lalu pergi meninggalkannya, tetapi rasa sesak di dadanya terbawa hingga ia terbangun dari mimpi itu.Salman mengusap kasar wajahnya, lalu turun dari tempat tidur. Langkah bergerak cepat menuju kamar tidur sang istri, perlahan ia membuka pintu kamar yang tak terkunci dan ia bernafas lega melihat istrinya masih terlelap dalam tidurnya."Kenapa mimpi itu sangat nyata? Kau mau pergi kemana, Kanaya?" gumam Salman.Salman merebahkan tubuhnya di atas kasur dan kini masuk dalam selimut yang menutupi tubuh Kanaya. Wanita itu tidur menyamping dan kini Salman tidur menghadapnya dan terus memandangi wajahnya."Perasaan macam apa ini sebenarnya? Bukankah kita memang akan berpisah, mengapa saat bermimpi seperti itu dadaku terasa sangat sesak," gumam Salman.Lelaki berwajah tampan itu terus menatap wajah damai sang istri yang benar-benar lelap, hingga akhirnya rasa kantuk kembali melanda dan ia
Kanaya sengaja mengirim pesan yang membuat Salman kesal saat membacanya. (Kalau sekertaris om masih rese dan ikut campur urusan rumah tangga kita, jangan salahkan aku mengingkari salah satu perjanjian pernikahan kita, jangan salahkan aku kalau aku dekat lagi dengan Aslan) Setelah mengirim pesan singkat itu Kanaya mematikan ponselnya agar Salman tidak bisa menghubungi nya. Hal itu membuat Salman sangat kesal, meskipun sebenarnya Kanaya tidak mungkin melakukan hal itu. Dia ingin menjaga jarak dengan Aslan bukan karena perjanjian Pernikahan, tetapi hanya tidak ingin pria baik itu terlibat lebih dalam dengan urusan rumah tangganya dan akhirnya hanya membuat pria itu sedih dan sakit hati."Anita, saya minta mulai sekarang kamu jangan cari gara-gara dengan Kanaya!" titah Salman."Saya gak cari gara-gara, Pak. Apa yang saya katakan semua demi kebaikan Bapak, saya hanya tidak mau Bapak sakit karena perempuan itu masih seperti anak-anak yang tidak tahu apa-apa," ucap Anita."Dia tidak seperti
"Ada apa, Kanaya?" tanya Salman."Om ada kecoa, aku takut dia terbang dan hampir menempel di tubuhku," ucap Kanaya sambil memeluk Salman.Salman menghela nafas, lihat pikir ada sesuatu yang berbahaya hingga Kanaya berteriak. Namun, nyatanya hanyalah seekor kecoa yang mengganggunya, tetapi entah mengapa Salman membiarkan Kanaya terus memeluknya. Hingga Kanaya menyadari hal itu dan melepaskan pelukannya sendiri.Kanaya meninggalkan Salman di dapur, membiarkan tumpukan piring kotor yang biasa ia cuci. Hatinya masih kesal karena mengingat Salman selalu membela sekertarisnya, tanpa Kanaya tahu Salman juga membela Kanaya di depan sekertarisnya dan meminta sekertarisnya itu tidak mencampuri urusannya lagi.Kanaya memilih bermain dengan Syafana hingga anak itu tidur seperti biasa, sementara Salman yang merasa tubuhnya tidak fit sejak pagi pun langsung tidur di kamarnya."Tante, aku ingin tidur di kamar Tante ya!" ucap Syafana."Kenapa memangnya?" tanya Kanaya."Gak kenapa-kenapa, lagi pengen
"Kanaya, Kamu mau kemana?" tanya Salman dengan suara lemah.Kanaya tidak menjawab pertanyaan Salman, ia terus berjalan keluar hingga membuat Syafana yang sedang makan langsung meletakan piring dan bergegas menyusul Kanaya."Istrimu sepertinya marah pada Anita. Kenapa gak cari sekertaris baru aja sih! Aku juga geregetan sama dia yang dari dulu caper sama kamu," ucap Samuel."Kerja dia bagus dan aku malas cari orang baru yang belum tentu kerjaanya bagus, kalau masalah caper aku dari dulu sengaja cuek dan menurutku gak berlebihan," ucap Salman."Tapi sekarang sudah berlebihan, bahkan sampai menyalahkan istrimu karena kamu sakit. Padahal penyakit datang padamu tidak ada sangkut pautnya dengan Kanaya," ucap Samuel.Salman pun merasa Anita semakin berlebihan semenjak ia menikah dengan Kanaya. Sekertarisnya itu terlihat sangat tidak menyukai Kanaya padahal sebelumnya mereka tak ada masalah."Kalau kamu masih ingin mempekerjakan dia karena kerjanya yang bagus, setidaknya kamu ingatkan dia unt
"Saya akan mendisiplinkan kamu bahkan memecat kamu jika kamu masih mencampuri urusan rumah tangga saya!" ucap Salman."Jangan pecat saya, Pak. Saya masih butuh uang dan pekerjaan untuk bertahan hidup," ucap Anita."Ya sudah, kalau gitu jangan pernah lagi mengurusi rumah tanggaku," ucap Salman."Baik, Pak. Saya tidak akan lagi ikut campur dalam urusan rumah tangga Bapak, walaupun selama ini saya seperti itu karena sangat peduli pada Bapak dan saya yakin jika Kanaya tidak pantas menjadi istri Bapak," ucap Anita terpaksa menyetujui hal itu demi melindungi pekerjaannya.Tidak mudah untuk nya mencapai jabatan yang ia duduki sekarang, tak mungkin ia menentang ucapan Salman dan berujung kehilangan apa yang selama ini sudah di perjuangkan.Salman menghela nafas, setidaknya Anita sudah mau menuruti ucapannya meski di akhir masih menyudutkan Kanaya."Terima kasih kamu sudah menjenguk saya, mungkin selama dua hari kedepan saya masih harus istirahat di rumah. Kamu bisa kan menghadle semuanya?" ta
"Om," ucap Kanaya saat Salman kini berada di atas tubuhnya.Salman menatap wajah Kanaya, mungkin karena suasana pagi yang terasa dingin membuat bagian sensitif nya menegang dan hasratnya naik. Salman tiba-tiba mencium bibir Kanaya lalu melumatnya dengan sangat lembut.Kanaya terkejut dan melebarkan bola matanya, tetapi sesat kemudian ia memejamkan mata dan terbuai, ia menikmati sentuhan bibir dan lidah sang suami yang sedang bermain di bibirnya."Ah ..." desah Kanaya saat Salman melepas pangutan bibir mereka.Mendengar desahan yang begitu seksi dari sang istri, hasrat Salman semakin membara. Ia melanjutkan ciumannya semakin dalam bahkan ini tangannya tak tinggal diam mengriliya ke seluruh tubuh Kanaya.Kanaya menggelinjang merasakan sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, bagai ada aliran listrik yang mengalir di setiap nadinya."Mh ..." Desah Kanaya tertahan karena bibirnya masih di bungkam oleh bibir Salman.Lelaki itu semakin bergairah hingga akhirnya berhasil melepaskan s
"Om, masih pusing?" tanya Kanaya yang masuk ke dalam kamarnya."Sudah tidak," ucap Salman menyimpan kembali foto itu kedalam laci."Aku pikir masih pusing jadi om di kamar," ucap Kanaya lalu menyimpan tas nya."Kalian biasa pulang jam segini?" tanya Salman yang tidak mengetahui jadwal sekolah anaknya."Iya, aku mau lihat Ana dulu ya, Om," ucap Kanaya seraya berjalan keluar kamar.Salman mengikuti langkah Kanaya dan berdiri di depan pintu kamar Syafana. Ia memperhatikan Kanaya yang begitu telaten menyiapkan baju ganti untuk Syafana lalu merapikan tas dan mengeluarkan kotak makanan dalam tas Syafana.Kanaya keluar membawa kotak makanan itu ke dapur dan mencucinya, lalu memasak untuk makan siang. Salman duduk di ujung ranjang Syafana dan berbincang dengan anaknya itu."Gimana sekolahnya hari ini?" tanya Salman."Asik dong, aku di suruh bikin gambar sama Bu guru. ini gambarnya," ucap Syafana seraya menunjukan gambar yang ia buat.gambar khas anak tk dua orang yang lebih tinggi, anak kecil
"Kenapa, Nay? Apa salahnya aku berubah jadi lebih baik?" tanya Salman."Om dingin sama aku aja udah buat aku jatuh cinta, kalau om baik nanti aku jadi tambah cinta dan aku gak mau itu terjadi. Semakin dalam cintaku semakin sakit saat berpisah dengan Om nanti, jadi cukup seperti ini saja perasaanku agar aku tak terlalu sakit saat kita berpisah nanti," jawab Kanaya panjang lebar membungkam Salman.Selesai makan siang, Kanaya mengajari Syafana menyelesaikan pr nya hingga akhirnya anak itu tidur siang, Kanaya ke kamarnya untuk mengambil buku yang biasa ia gunakan menggambar desain baju.Ia terkejut melihat Salman sedang duduk diujung ranjang memegangi foto yang ia simpan di dalam laci bersama buku diary yang biasa ia gunakan menggambar desain baju."Sejak kapan kamu menyimpan foto ini, Nay?" tanya Salman."Beberapa hari setelah kita menikah aku mencetak dan menyimpannya," ucap Kanaya."Untuk apa?" tanya Salman."Apakah tidak boleh aku memiliki foto pernikahanku sendiri? Meskipun aku tahu