#Sepupu_dari_KampungBab 21Sepi, nggak ada Istri"Aku pulang dulu, Mbak, mksh." Pamit Riri. Sampai rumah, Riri langsung ke kamarnya. Dia membaringkan tubuh di ranjang. Matanya menerawang menatap langit-langit. "Perempuan itu, ngapain ke kantor Suamiku, apa yang dia lakukan di sana?" Pertanyaan itu terus menganggu pikiran Riri. Dia tidak yakin mencintai Zian, tapi berpikir tentang suaminya berduaan dengan perempuan lain membuat darahnya memanas. "Aku hanya ingin menikah sekali saja dalam hidupku. Aku harus bisa mempertahankan rumah tangga ini ..." Riri mendesah. Menikah dengan Zian merubah hidup Riri. Paling tidak, pernikahan ini telah mengeluarkan Riri dari kedzaliman keluarga Pakdhenya. Meski dirinya tak yakin Zian punya perasaan dengannya, Riri bertekad untuk tetap mendampingi Zian. "Aku Istrinya, aku tak akan mundur. Cinta bisa tumbuh karena terbiasa." Riri mengambil guling dan memeluknya erat. "Aku tidak mau kembali ke rumah Pakdhe Pur lagi ..." Kepala Riri menggeleng. Bayan
#Sepupu_dari_KampungBab 22ResahSementara itu, di rumah Anya pesta telah usai. Jam menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Hujan lebat disertai petir, masih mengguyur. "Ma, kenapa Zian nggak ke sini!" Tanya Riri pada Mama Anya. Mama Mertuanya yang sedang duduk bersantai melepaskan penat bersama suami, malah menatap heran Riri. "Mama memang nggak ngundang Zian. Ini acara Emak-Emak sama Bapak-Bapak, Zian nggak bakal mau ikut." Anya dan Hendri menatap Riri yang gelisah. "Memang kamu nggak ngasih tahu suamimu kalau ada di sini?" Tanya Hendri curiga. "Eeh, udah, Pah," netra Riri membulat, berusaha menutupi kegugupannya. Riri berbohong. Semua karena omongan Zian yang memintanya tidak kepo urusan dia dan tidak usah saling melapor kegiatan masing-masing. Riri mengambil tempat duduk di sofa tunggal bergabung dengan Mertuanya. Dia duduk terdiam. "Kamu nginap sini kan, Ri? Kasihan itu si Mbak, baru selesai bersih-bersih, pasti capek," kata Anya sembari bersandar di dada Suaminya. "Be_lu
#Sepupu_dari_KampungBab 23Malam PertamaBibir Zian semakin dekat, dada lelaki muda itu berdesir hebat. Sesuatu bergolak dalam darahnya. Saat bibirnya menyentuh bibir Riri, Istrinya itu meleguh. "Uuhh"Alam bawah sadar Riri merespon. Kepala gadis itu bergerak dan berpindah ke posisi mengadah. Zian mundur dengan kaget. Wajahnya yang tampan berubah cemas. "Sialan! Apa dia terbangun?" Zian mengamati wajah istrinya. Riri masih terlelap bak Putri tidur. Wajah cantik alaminya memesona. Kelima jemari Zian bergerak di depan wajah Riri, memastikan gadis itu masih terlelap. "Jiah! Gedebog pisang, hehe," Zian tertawa kecil, menyadari Riri tidak terbangun sama sekali setelah aksinya tadi. Kembali Zian menatap wajah istrinya lama. Tangan Zian mengusap dahi Riri. Selimut yang sedikit tersingkap, dibuka sama Zian. Lelaki itu menelan ludah. Otaknya mesum. Wajarlah, Zian lelaki normal. Melihat lingerie Riri yang tersingkap di bagian bawah. Kaki jenjang mulus milik Riri membuat sesak celana dal
#Sepupu_dari_KampungBab 24Salah paham"Vivian, aku sengaja mengajakmu makan siang karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu," Zian menatap perempuan yang duduk di depannya lurus. "Apa sayang, tiap hari kan kita bicara. Atau kamu mau ngajak aku nonton fashion show di Milan gitu?" Vivian mengerling manja. Bibir Zian tersenyum tipis. Lelaki itu menggeleng. Hampir dua tahun dekat dengan Vivian, mereka memang sering bepergian jalan -jalan ke luar negeri bersama. Tak sekali pun Zian berbuat yang sekiranya membuat teman wanitanya merasa dilecehkan atau direndahkan. Bukan apa-apa, Zian memang tak ingin melakukan hal itu, bila belum menikahinya. Meski kelakuan Zian juga jauh dari baik, tapi untuk urusan ranjang, Zian pilah pilih. Dia hanya akan melakukannya jika sudah halal. "Vi, ini mungkin pertemuan kita yang terakhir. Aku tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini."Vivian menatap Zian. Tak percaya apa yang barusan dia dengar. Zian tidak ingin bertemu dirinya lagi? Itu tidak mun
#Sepupu_dari_KampungBab 25Pernikahan Neni (Riri dihina)Hari sudah malam saat Riri pulang dari rumah Budhenya. Penat rasa badannya, menyiapkan semua hidangan untuk perhelatan besok. Hanya dia dan bik Siti saja yang mengerjakan. Memang sih, tidak ada pesta besar-besaran, cuma keluarga besar pengantin dan tetangga dekat saja. Budhe Sania bilang, tamunya di bawah seratus orang. Masak sendiri bisa. Untungnya, Riri dan Bik Siti cekatan tadi. "Bapak sudah pulang?" Tanya Riri pada Dwi pembantunya. "Sudah, Non," jawabnya.Berlari kecil, Riri menaiki tangga rumahnya dan memasuki kamar. Bau harum parfum Zian menembus penciuman Riri. Zian menoleh, dilihatnya Riri, Istrinya memasuki kamar. Zian barusan selesai berpakaian. Hari ini, malam ini dia ada janji bertemu dan makan malam dengan salah satu client. Meletakkan botol parfum, Zian lalu merapikan rambutnya yang panjang. Riri berjalan pelan memasuki kamar. "Pasti dia mau keluar menemui kekasihnya," pikir Riri tak senang. Duduk pelan di r
#Sepupu_dari_KampungBab 26Istriku bukan pembantu Sontak semua mata mengalihkan pandangan ke pintu. Budhe Sania, dan kedua anaknya berhenti menganiaya Riri. Ceklek!Pintu terbuka, Pakdhe Pur rupanya yang datang. Riri segera merapikan bajunya yang tidak rapi lagi karena dikeroyok Budhe dan dua sepupunya. Riri bersyukur, kedatangan Pakdhe Pur menyelamatkan dia dan gelang miliknya. "Pakdhe!" Riri dengan cepat menghampiri Pakdhenya, orang yang dia anggap sebagai pengganti orang tuanya. Segera Riri meraih tangan Purwanto dan menciumnya takjim. Purwanto mengangguk. "Kamu di sini, Riri?" "Iya, Pakdhe, sudah dari tadi," jawab Riri. Pur mengamati penampilan Riri sejenak. Keponakannya ini sudah berubah penampilannya. Menyesuaikan dengan levelnya saat ini yang sudah menjadi menantu orang kaya. Pur melihat keponakannya itu semakin cantik dan anggun. Pakaian dan perhiasan yang dikenakan Riri menunjukkan kelasnya. Dalam hati Pur bersyukur Riri memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingk
#Sepupu_dari_KampungBab 27Teh ginseng Riri berlari kecil mengikuti langkah lebar suaminya meninggalkan rumah Pakdhe Pur. Batin Riri berkecamuk, apa yang akan terjadi nanti pada karir pakdhenya? Zian marah besar! Dia benar-benar tersinggung dengan perlakuan Purwanto dan keluarganya terhadap Riri istrinya. Tunas cinta yang telah tumbuh di hati Zian membuat lelaki itu merasa harus melindungi Riri, orang yang dikasihinya.Braak!Zian menutup pintu mobil dengan kuat. Riri mengawasi suaminya yang berjalan memutari depan mobil kemudian masuk ke pintu kemudi. Wajah Zian masih terlihat kesal. Riri terdiam."Kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti itu?" Tanya Zian setelah mobil berjalan. "Aku cuma membantu ..." Suara Riri pelan. "Membantu apa? Seharusnya kamu itu jadi tamu di depan, bukan mencuci piring!" Toleh Zian pada istrinya. Riri terpekur, menunduk."Kamu sekarang adalah istriku, Zian Agastya! Bukan pembantu, tahu?!" Kembali Zian menoleh pada Riri yang duduk di sampingnya."Satu
#Sepupu_dari_KampungBab 28Istri Direktur yang tidak dikenali "Aku berangkat dulu," bisik Zian ke telinga Riri yang masih berbalut selimut di ranjang. "Uuhh." Gadis itu membuka mata, suaminya duduk di tepi ranjang sampingnya. Zian sudah rapi mau berangkat ke kantor. Sambil tertawa, Zian mengacak rambut Riri kemudian mencium keningnya. "Makasih ya, semalam ..." Kembali Zian berbisik dekat di telinga istrinya. "Jam berapa ini?" Tanya Riri dengan suara yang masih parau. "Jam setengah delapan lebih dikit," sahut Zian sambil berdiri. "Tidur aja lagi." Katanya sambil melangkah ke pintu. Pagi ini Zian bangun lebih awal. Sengaja dia tidak membangunkan Riri yang masih terlelap. Memandang sebentar wajah istrinya, Zian lalu bangun dan mandi. Tanpa ribut-ribut, Zian mempersiapkan sendiri baju dan celana buat ke kantor. "Biarlah Riri bangun siang, kasihan capek, semalam habis berolahraga hehehe," Menurunkan tangga, Zian tidak berbelok ke ruang makan tetapi melangkah menuju pintu keluar. Ti