#Sepupu_dari_KampungBab 26Istriku bukan pembantu Sontak semua mata mengalihkan pandangan ke pintu. Budhe Sania, dan kedua anaknya berhenti menganiaya Riri. Ceklek!Pintu terbuka, Pakdhe Pur rupanya yang datang. Riri segera merapikan bajunya yang tidak rapi lagi karena dikeroyok Budhe dan dua sepupunya. Riri bersyukur, kedatangan Pakdhe Pur menyelamatkan dia dan gelang miliknya. "Pakdhe!" Riri dengan cepat menghampiri Pakdhenya, orang yang dia anggap sebagai pengganti orang tuanya. Segera Riri meraih tangan Purwanto dan menciumnya takjim. Purwanto mengangguk. "Kamu di sini, Riri?" "Iya, Pakdhe, sudah dari tadi," jawab Riri. Pur mengamati penampilan Riri sejenak. Keponakannya ini sudah berubah penampilannya. Menyesuaikan dengan levelnya saat ini yang sudah menjadi menantu orang kaya. Pur melihat keponakannya itu semakin cantik dan anggun. Pakaian dan perhiasan yang dikenakan Riri menunjukkan kelasnya. Dalam hati Pur bersyukur Riri memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingk
#Sepupu_dari_KampungBab 27Teh ginseng Riri berlari kecil mengikuti langkah lebar suaminya meninggalkan rumah Pakdhe Pur. Batin Riri berkecamuk, apa yang akan terjadi nanti pada karir pakdhenya? Zian marah besar! Dia benar-benar tersinggung dengan perlakuan Purwanto dan keluarganya terhadap Riri istrinya. Tunas cinta yang telah tumbuh di hati Zian membuat lelaki itu merasa harus melindungi Riri, orang yang dikasihinya.Braak!Zian menutup pintu mobil dengan kuat. Riri mengawasi suaminya yang berjalan memutari depan mobil kemudian masuk ke pintu kemudi. Wajah Zian masih terlihat kesal. Riri terdiam."Kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti itu?" Tanya Zian setelah mobil berjalan. "Aku cuma membantu ..." Suara Riri pelan. "Membantu apa? Seharusnya kamu itu jadi tamu di depan, bukan mencuci piring!" Toleh Zian pada istrinya. Riri terpekur, menunduk."Kamu sekarang adalah istriku, Zian Agastya! Bukan pembantu, tahu?!" Kembali Zian menoleh pada Riri yang duduk di sampingnya."Satu
#Sepupu_dari_KampungBab 28Istri Direktur yang tidak dikenali "Aku berangkat dulu," bisik Zian ke telinga Riri yang masih berbalut selimut di ranjang. "Uuhh." Gadis itu membuka mata, suaminya duduk di tepi ranjang sampingnya. Zian sudah rapi mau berangkat ke kantor. Sambil tertawa, Zian mengacak rambut Riri kemudian mencium keningnya. "Makasih ya, semalam ..." Kembali Zian berbisik dekat di telinga istrinya. "Jam berapa ini?" Tanya Riri dengan suara yang masih parau. "Jam setengah delapan lebih dikit," sahut Zian sambil berdiri. "Tidur aja lagi." Katanya sambil melangkah ke pintu. Pagi ini Zian bangun lebih awal. Sengaja dia tidak membangunkan Riri yang masih terlelap. Memandang sebentar wajah istrinya, Zian lalu bangun dan mandi. Tanpa ribut-ribut, Zian mempersiapkan sendiri baju dan celana buat ke kantor. "Biarlah Riri bangun siang, kasihan capek, semalam habis berolahraga hehehe," Menurunkan tangga, Zian tidak berbelok ke ruang makan tetapi melangkah menuju pintu keluar. Ti
#Sepupu_dari_KampungBab 29Surprise!Arman menatap Riri, otaknya berputar hingga dapat ide brilian. "Hmm, kebetulan ada Nyonya Zian, aku akan memberi pelajaran Vivian. Perempuan tidak tahu malu itu!""Ada apa, Arman?" Riri bingung ditatap begitu. "Gapapa, sebentar, ya?"Arman menutup pintu lagi, kemudian kembali menemui Dinar. "Din, Pak Zian akan datang terlambat sekitar tiga puluh menit. Aku bisa minta tolong kamu?" Arman berbicara setengah berbisik pada Dinar. Sekretaris cantik itu mengerutkan keningnya. "Dandanin Riri?" Dinar mengulang perintah Arman. "Iya!""Emang kenapa?""Sudah, jalankan saja perintahku. Aku akan menahan Vivian di ruang Zian.""Ok lah."Bergegas Dinar dan Zian berbagi tugas. Dinar membawa tasnya yang berisi peralatan make up ke ruang tunggu tamu. "Mbak Riri, sini aku dandanin.""Maksudnya?" Riri tak mengerti. "Dinar membimbing Riri yang masih kebingungan untuk duduk. Selanjutnya, Dinar mengeluarkan peralatan makeup miliknya. Sebagai sekretaris perusahaan
#Sepupu_dari_KampungBab 30Istri kesayangan "Makasih ya, sayang, kamu sudah memberi surprise hari ini dengan datang k acara kantor." Zian menarik tangan istrinya lalu menciumnya. Selanjutnya, Zian menggenggam erat jemari Riri. Dengan satu tangannya, Zian menyetir mobil. Riri pulang bersama suaminya. Kedua pembantu yaitu Dwi dan Tini, naik taksi online. Riri tersenyum manja. Diliriknya Zian yang duduk di kursi kemudi. Lega hati Riri mengetahui bahwa suaminya tidak berselingkuh. Bahkan tadi, Zian mencium pipinya di depan semua karyawan. Riri sampai malu sebab mereka bersorak saking hebohnya. Mengenai Vivian, Riri sangat puas dengan Arman dan Dinar. Kedua orang itu mengerjai Vivian habis-habisan. Vivian tadi tampak sangat kesal. Riri sampai tidak tahu, kapan Vivian menghilang. "Sikurin, perempuan tidak tahu malu." Batin Riri. Padahal dulu, Vivian juga hadir di pernikahan Zian dan Riri, tapi, perempuan itu tetap masih ingin memiliki Zian. Riri menyandarkan punggungnya di kursi. "Ter
#Sepupu_dari_KampungBab 31Mobil baru"Non Riri, Non Riri!"Tok tok tokRentetan bunyi pintu diketuk berkali-kali dengan tergesa, terdengar dari luar kamar Riri, membuat gadis itu melompat seketika dari ranjang. Takut ada suatu kejadian, Riri dengan cepat membuka pintu."Ada apa, Mbak?"Dilihatnya Dwi dan Tini berdiri di depan pintu. Ekspresi wajah mereka seperti sangat gembira. Mata yang berbinar dan senyum lebar hingga memperlihatkan giginya."Itu, Non, itu!"Dwi menunjuk ke lantai bawah. Riri mengerutkan kening dan melihat ke lantai bawah. "Nggak ada apa-apa." Pikirnya."Mobil, Non, mobil!""Iya! Mobil baru, Non!"Dwi berlari menuruni tangga, diikuti Tini. Mereka berdua heboh. Riri menutup pintu kamar lalu berjalan cepat menuruni tangga juga. "Ada apa sih?" Riri masih belum mengerti. Kedua pembantunya nggak jelas ngomongnya. "Mobil, mobil! Mobil apaan?" Gerutu Riri.Setelah selesai mengantar makanan catering tadi, Riri memang tidak keluar kamar. Dia sibuk mengedit beberapa gambar
#Sepupu_dari_KampungBab 32Riri diancam "Jadi ada apa Riri dipanggil ke sini, Budhe?" "Huh, sombongnya!" Cibir Sania mendengar pertanyaan Riri. "Kamu itu ya, Riri! Kalau tidak dipanggil Pakdhemu apa mau datang ke sini? Sok penting banget kamu itu!" Bentak Sania emosi. "Maaf Budhe, Riri memang sibuk. Soalnya buka pesanan catering."Mata Sania yang sudah mendelik seketika melihat Riri. "Jadi sekarang, gadis kampung ini punya bisnis catering? Wuih hebat sekali!" Sania membuang nafas, melepaskan iri yang memenuhi dadanya. Purwanto hanya mendengarkan Omelan istrinya pada Riri. Lelaki itu memang tidak punya nyali di hadapan Sania. Perempuan itu terlalu mendominasi kehidupan rumah tangga Purwanto. Sebagai lelaki, harusnya Pur bisa mengendalikan istrinya. Apalagi saat berlaku buruk dan tidak adil pada keponakannya Riri. Kenyataannya, ancaman Sania yang akan meninggalkan dirinya bila tidak dituruti apa kemauannya, membuat nyali Pur ciut. "Ri, bagaimana rumah tanggamu, apakah suamimu ba
#Sepupu_dari_KampungBab 33Hargai Istriku!Purwanto yang sedang beristirahat di kamar segera terbangun mendengar suara orang memanggil manggil namanya. "Siapa siang-siang bolong berteriak-teriak du rumahku?" Lelaki setengah tua yang usianya sudah setengah abad itu pun membuka pintu dan keluar dari kamar. "Om Pur!" Panggil Zian saat melihat Pakdhe-nya Riri berjalan ke arahnya. Pur yang melihat ternyata Zian yang datang, memberi senyum kaku, "sepertinya ada yang tidak beres, kenapa Zian datang ke sini dan marah-marah?""Papa, Papa, i_ini tadi sudah aku bilang kalau Papa lagi tidur tapi, Zian memaksa masuk," kata Sania tergopoh-gopoh. Wajah Zian sudah merah menahan marah. Zian menatap tajam kedua Pakdhe dan Budhe Riri ini. "Apa maksud Om Pur mengancam istri saya?" Zian mengangkat kepala seraya berkacak pinggang. Sania sudah gemetaran dia bersembunyi di balik punggung suaminya. Perempuan culas itu ketakutan karena dirinya lah yang kemarin menarik, menjewer telinga Riri hingga memera