"Arrrggggg…..!!!! Tidak ..! Tidak…! Kenapa jadi begini!" Teriak seorang bocah berambut hitam legam, dengan suara serak yang bergetar. Ekspresi wajahnya juga menunjukkan ketidakberdayaan, tampak benar-benar tak percaya bahwa hal yang sedang terjadi di hadapannya adalah nyata.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini Aria? Kenapa?" Titik-titik air mata mulai jatuh dari sudut mata sang bocah ketika ia melontarkan pertanyaannya tersebut.
"Arthur…! Uhukkk…!"
Dihadapan sang bocah, seorang gadis muda tampak terbaring dengan beberapa luka parah disekujur tubuhnya. Gadis ini memanggil nama sang bocah dengan susah payah, terlihat ingin menyampaikan sesuatu, sebelum kata-katanya terhenti karena ia mulai terbatuk dan mengeluarkan banyak darah dari dalam mulutnya.
"Tidak… tidak... tidak…! Tak boleh…! Kau tak boleh seperti ini!" Sang bocah yang di panggil Arthur, tampak semakin panik saat gadis di hadapannya batuk darah.
"Seseorang cepat kesini! Seseorang! Boss! Dimana boss!" Arthur yang tak tahu harus berbuat apa, segera berlutut dan menggenggam tangan sang gadis. Sambil terus meracau memanggil bantuan.
"Hmmm… kami sudah menyapu semua area di sekitar sini! Tak akan ada yang datang membantu kalian!"
Saat Arthur masih kebingunangan dan merasa frustasi dengan kondisi gadis yang ada di hadapannya, sebuah suara bernada dingin tiba-tiba terdengar dari arah belakang punggungnya.
Mendengar suara itu, sorot mata Arthur yang awalnya penuh dengan kepanikan, langsung berubah menjadi gelap. Ekspresi wajahnya juga menunjukkan kebencian yang teramat sangat.
"Kalian! Siapa sebenarnya kalian! Kenapa kalian melakukan ini!" Gumam Arthur. Bersamaan dengan gumamannya ini, aliran Mana kegelapan mulai menyeruak keluar dari dalam tubuhnya.
Dengan masih menggenggam tangan sang gadis, bocah ini menoleh kearah sumber suara. Menggertakkan giginya karena tak bisa menahan amarah.
"Siapa kami itu tak penting! Yang jelas, aku bisa merasakan aliran Mana orang itu di dalam tubuhmu! Jadi lebih baik sekarang katakan, dimana lokasinya berada dalam medan perang ini! Setelah itu kami akan membiarkanmu mati tanpa rasa sakit!"
"Bagaimanapun juga, manusia dengan atribut kegelapan sepertimu, harus di basmi dari Gaia Land ini! Kalian hanya akan menimbulkan malapetaka bila di biarkan hidup dan berkembang!" Jawab seorang pria berambut pirang yang saat ini berada tak jauh di belakang posisi Arthur.
Pria ini memakai pakaian sutra putih tipis, dengan balutan tali pengikat dikepala, aliran Mana beratribut cahaya juga terus menyeruak dari dalam tubuhnya. Membuat orang ini bagaikan dewa yang turun dari surga, memberkati lingkungan sekitar dengan energi kehidupan.
Beberapa pria lain dengan pakaian dan atribut cahaya yang sama, saat ini juga tampak berada di sekeliling pria ini. Mereka menatap bocah bernama Arthur yang tengah bersimpuh menggenggam erat tangan seorang gadis dihadapannya, dengan tatapan seolah dia adalah kotoran yang harus segera di bersihkan.
"Hmmm… sekarang aku tau siapa yang sedang kalian cari! Dan kalau kalian berharap aku akan menjawab pertanyaan kalian itu dan mengkhianati boss! Maka teruslah berharap! Karena hal itu tak akan terjadi!" Dengus Arthur. Aliran Mana kegelapan di dalam tubuhnya sekarang semakin bergelora dengan liar.
"Bocah tetaplah bocah! Kalau memang itu keputusanmu! Maka kau bisa mati sekarang juga! Kami akan mencari orang itu sendiri! Lagipula, wilayah ini juga tak terlalu luas!" Jawab pria berambut pirang, seraya kemudian memberi tanda pada anggota nya untuk menghabisi bocah tersebut.
"Majulah!" Bentak Arthur. Dengan atribut kegelapan menggelora dari dalam tubuhnya, ia menatap garang kearah kelompok yang ada di hadapannya.
"Arthur!"
Namun, saat Arthur hendak melangkah menerjang maju, gadis sekarat yang dari tadi menatapnya dengan tatapan seolah ingin menyampaikan sesuatu, dengan susah payah mengangkat tangannya dan meraih pergelangan tangan Arthur. Menggenggamnya dengan erat.
"Aria! Apa yang kau lakukan! Cepat lepaskan! Kegelapanku akan semakin memperburuk kondisimu!" Kata Arthur, saat melihat sang gadis mulai menggenggam tangannya yang sudah diselimuti dengan Mana kegelapan.
Mendengar kata-kata Arthur, sang gadis malah semakin mengeraskan genggamannya, membuat aliran Mana kegelapan mulai menyerap energi kehidupannya dengan cepat. Menyebabkan tangan sang gadis yang awalnya seperti giok putih nan mulus, sekarang berubah pucat tanpa darah.
"Kau… uhukk…!"
"Kau tak boleh mati! Kau tak boleh meninggalkannya juga!" Kata gadis tersebut dengan susah payah. Sebelum tak mampu lagi menahan genggamannya pada lengan Arthur.
"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Kenapa? Aku tak bisa mengerti! Kenapa? Harusnya kau tak perlu menerima serangan itu! Harusnya aku yang… kenapa…!!!!" Teriak Arthur. Aliran Mana kegelapan semakin menggila keluar dari dalam tubuhnya saat melihat keadaan sang gadis. Kini seluruh matanya juga mulai menghitam.
Tanpa menunda lagi, karena genggaman sang gadis telah lepas, Arthur melompat menerjang maju.
"Hmmm… malah mengambil inisiatif serangan! Kau hanya mencari kematian!" Kata salah satu pria berpakaian sutra. Kemudian mulai membentuk segel tangan.
"Segel Piramida kehidupan!" Teriak pria tersebut, setelah selesai membentuk segel tangan.
Bersamaan dengan teriakannya, pilar-pilar cahaya raksasa mulai terbentuk diatas langit tempat ia berdiri, kemudian dengan cepat menghujam kearah Arthur.
Pilar-pilar ini segera terangkai menjadi sebuah piramida raksasa begitu mendarat mengelilingi Arthur, menjebak sang bocah bersama kegelapannya di dalam ruang bertaburan cahaya gemerlap.
Mendapat tekanan dari atribut cahaya yang luar biasa kuat ini, kegelapan Arthur secara perlahan mulai melemah.
"Aaarrghhhhhh…..!!!!"
Sementara Arthur, kini berteriak parau, terlihat sangat kesakitan saat baluran cahaya gemerlap ini menyelimuti seluruh tubuhnya.
Arthur hampir menutup matanya, kehilangan kesadaran karena tak tahan lagi dengan rasa sakit teramat sangat yang diterimanya, sampai sebuah suara serak seorang wanita tua terdengar di dalam kepalanya.
"Sungguh lemah!"
"Apa kau menginginkankan kekuatan?"
"Serahkan jiwamu! Dan kau akan mendapatkan kekuatan itu! Aku akan membantumu menghabisi sampah-sampah ini!"
Bersamaan dengan munculnya suara itu, aliran Mana kegelapan yang terasa asing, dan berbeda dengan miliknya sendiri mulai menjalar, mengalir cepat dengan liar mencoba memasuki ranah Jiwa Arthur.
Arthur yang merasakan hal ini, bukannya mencoba menolak aliran Mana ini, tapi justru membiarkannya masuk. Membuat Aliran Mana kegelapan asing ini dengan cepat menyelimuti dan mengisi setiap sudut ruang yang ada di dalam ranah jiwanya.
"Ambil semua yang kau mau! Terserah! Aku sudah tak peduli lagi! Asal kau membunuh orang-orang ini!" Teriak Arthur dalam hati.
*Booooommmmm….!!!
Sebuah ledakan kegelapan raksasa menggema dengan liar, begitu kegelapan asing ini selesai menguasai ranah jiwa Arthur sepenuhnya.
***
"Sangat gelap!"
"Begitu sunyi!"
"Apa aku sudah mati?" Gumam Arthur.
Saat ini ia merasa sedang terjatuh kedalam kegelapan tanpa ujung. Tak tahu sudah berapa lama dirinya berada dalam posisi terjatuh ini. Mungkin sudah beberapa jam, beberapa hari, beberapa bulan, atau bahkan sudah bertahun-tahun.
Ketika pertama kali membuka matanya, ia sudah berada di dalam tempat ini, dalam kondisi jatuh yang seperti tanpa akhir. Hanya ditemani kegelapan total.
Arthur masih membuka matanya, berharap menemukan suatu yang bisa ia lihat atau raih dalam kegelapan ini, sampai sebuah aura aneh terasa menyelimuti tubuhnya, membuat matanya kembali menjadi berat. Tak kuasa menahan berat di matanya, Arthur kembali tertidur.
***
*Buuuggg…..!!!!
*Buuuggg….!!!!
*Buuggg…..!!!!
"Cepat bangun! Jangan pura-pura pingsan!"
*Byuuurrr…!
Arthur tak tahu berapa lama ia tertidur, sampai tiba-tiba beberapa tendangan, serta bentakan keras yang diakhiri dengan tubuhnya dilempar kedalam sebuah sungai, membuatnya bangun seketika.
"Hahhh….!!! Apa yang terjadi!" Seru Arthur kaget, merasakan hawa dingin dari air sungai menusuk tulangnya.
"Akhirnya kau bangun juga! Sebagai seorang budak! Kau terlalu banyak tidur!" Bentak seorang dari atas sungai kepada Arthur.
"Budak?"
Mendengar bentakan tersebut, Arthur segera mendongak menatap pria yang membentaknya.
"Yah, budak! Apa kau masih terbuai mimpi indah dari tidurmu barusan? Sampai melupakan siapa dirimu?"
"Kalau begitu, dengan senang hati aku akan kembali menyadarkanmu! Kau adalah budak dari keluarga Macan Kumbang Illahi yang baru saja di musnahkan! Hahhahah…!!!"
"Sekarang apa kau sudah ingat?"
*Buugggg….!
Teriak orang yang berada diatas sungai, mengakhiri semua kalimatnya dengan kembali memberi tendangan keras kearah kepala Arthur.
Namun, tak seperti harapan orang tersebut, yang berharap mendapat tendangan keras memuaskan dikepala Arthur, dengan satu tangan, Arthur menangkap kaki pria tersebut, tepat sebelum mengenai kepalanya.
"Apa yang baru saja kau katakan? Budak apa? Keluarga Macam Kumbang Illahi apa? Aku adalah Arthur Wild! Tuan muda Dari House of Wildbear!" Bentak Arthur. Seraya menarik kaki pria tersebut. Melemparnya keras kearah tebing yang berada disisi sungai.
*Braaakkk….!!!
Dalam sekali lempar, tubuh sang pria segera menabrak dinding tebing dengan keras, membuat banyak retakan dilokasi pendaratannya. Seketika ia kehilangan kesadaran.
"Hmmm.. kenapa tubuhku terasa berbeda?" Gumam Arthur, tampak sudah tak peduli dengan pria yang dilemparnya barusan. Fokus mencoba mengalirkan Mana kegelapan miliknya.
"Kenapa seperti ini?" Gumam Arthur lagi, semakin heran saat ia merasa kendalinya pada Mana kegelapan yang ada di dalam tubuhnya menjadi terbatas.
Ketika Arthur masih berfikir tentang apa yang terjadi, secara tak sengaja ia melihat pantulan dirinya sendiri pada genangan air sungai yang ada di hadapannya.
"Apa-apaan! Apa yang terjadi?" Kali ini Arthur tidak lagi bergumam, tapi berteriak kaget saat melihat wajah asing di dalam pantulan air sungai.
"Hihihihi…!"
Didalam kebingungan Arthur, mendadak suara tawa seorang wanita tua terdengar di dalam kepalanya.
"Siapa?" Bentak Arthur. Semakin frustasi dengan semua hal aneh yang terjadi disekitarnya.
"Siapa lagi? Aku adalah jiwa kegelapan yang ada di dalam tubuhmu! Bukankah kau sebelumnya sepakat menyerahkan jiwamu padaku?"
Mendengar itu, Arthur akhirnya kembali ingat tentang peristiwa terakhir sesaat sebelum ia tak sadarkan diri.
"Hmmm… apakah aku sudah mati? Apakah aku berada di alam baka?" Tanya Arthur.
"Bodoh sekali! Kau belum mati!"
"Emmm… tapi bisa dibilang kau memang sudah mati! Ahh… bagaimana aku menjelaskannya agar otak kecilmu dapat mencernanya dengan mudah?"
"Begini saja! Anggap saja kau sudah mati! Tapi aku membuatmu mendapatkan kehidupan baru! Tubuh baru, dan di dunia yang baru juga!"
"Tempat kau berada sekarang, bukanlah alam baka! Tapi juga bukan Gaia Land tempat kau tinggal sebelumnnya!" Kata suara wanita tua didalam kepala Arthur. Dengan intonasi nada dingin yang terdengar menyeramkan.
"Dunia ini disebut Tartarus Land!"
"Tartarus Land?" Tanya Arthur, tampak kebingungan. Belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Yah, tempatmu berada sekarang di sebut dengan Tartarus Land! Satu dari 10.000 Realm kelas rendah, sama dengan Gaia Land, tempat kau tinggal sebelumnnya!" Jawab Jiwa kegelapan."Satu dari 10.000 Realm kelas rendah?" Tanya Arthur lagi, justru menjadi semakin bingung setelah mendengar penjelasan yang diberikan makhluk aneh di hadapannya."Hmmm… memang susah menjelaskan kepada orang awam seperti mu! Dengarkan baik-baik, alam semesta ini sangatlah luas! Terdiri dari 10.000 Realm kelas rendah, 1000 Realm kelas menengah, dan 100 Realm utama!""Dan kau, adalah penduduk dari Realm kelas rendah! Sementara aku, berasal dari salah satu realm kelas utama!" Kata Jiwa Kegelapan, menjelaskan kepada Arthur dengan telaten dan sabar."Hmmm… yah, sebenarnya aku tak peduli dengan Realm kelas rendah, menengah, utama, atau
"Hmmm… 1000 Core Demonic Beast ya!" Gumam Arthur."Baiklah sampai disini dulu! Untuk kedepan, bila kau perlu bertanya atau bimbingan dalam mengembangkan atribut kegelapanmu, bertanya saja pada Barbatos!" Kata Jiwa Kegelapan."Ohh ya, terakhir, coba periksa ranah jiwamu, disana aku menempatkan beberapa item milikmu di kehidupan sebelumnnya yang mungkin saja bisa berguna!" Kata Jiwa Kegelapan.Mendengar itu, Arthur segera memasang ekspresi antusias, kemudian dengan cepat memeriksa ranah jiwanya. Dan benar saja, ada beberapa item kesayangan dari kehidupan sebelumnnya yang berada disana. Melayang-layang lembut dalam ranah jiwa Arthur.Tanpa menunda, Arthur segera mengeluarkan semua item tersebut. Yang tak lain adalah seperangkat Armor terbuat dari sisa tubuh Hydra, Sebuah Spacial Ring, kemudian beberapa gulungan kertas yang tampak kuno."Hmmm... bagus, dengan ini aku tak akan sampai memerlukan bantuan d
*Boooommmm…!!!Rangkaian suara ledakan, menggema keras pada wilayah hutan sekitar air terjun, tempat dimana sebelumnya Arthur bermeditasi.Ledakan-ledakan tersebut, tak lain berasal dari puluhan lemparan Dark Ball milik Arthur. Yang tanpa henti ia hujamkan kearah kawanan Demonic Beast berbentuk kadal raksasa di hadapannya.*Slaaaassshhh…!!!Selain lemparan Dark Ball, Arthur memberi selingan dalam setiap serangannya dengan melancarkan tebasan-tebasan cepat dimana selalu terarah pada kepala kadal-kadal yang berposisi dekat dengannya. Tebasan-tebasan tersebut, secara instan membunuh setiap kadal yang menerima serangan.Aksi Arthur dalam membantai kawanan kadal berlanjut untuk beberapa waktu, sampai akhirnya kawanan kadal yang pada awal kemunculan nya berjumlah puluhan, sekarang cuma tersisa satu ekor.Seekor kadal terakhir ini, tampaknya adalah Boss dari kawanan kadal yang tadi d
(Satu minggu kemudian)*Wunggggg…..!!!Suara mendengung keras yang disertai dengan hembusan aura tak kasat mata, bergema disekitar cela tebing tempat Arthur bermeditasi. Ledakan aura ini, tak lain adalah efek dari terbentuknya gerbang putih di dalam ranah jiwa Arthur.Estimasi waktu yang semula diperkirakan Arthur akan butuh 10 hari untuk memenuhi target menyerap 1000 Demonic Core, ternyata bisa berjalan lebih cepat. Sama seperti apa yang di katakan oleh Jiwa kegelapan, Ranah jiwa Arthur yang beratribut kegelapan, mampu bertambah kuat beriringan dengan semakin banyaknya ia menyerap Demonic Core, menyebabkan setiap kali Arthur menambah Demonic Core yang ia serap, semakin kuat pula Ranah Jiwa nya.Bertambah kuatnya Ranah Jiwa Arthur, membuat fondasi kultivasi nya semakin kokoh, yang mana mempengaruhi kendali Arthur pada Chi kegelapan menjadi semakin baik.Dengan semakin baiknya kendali atas atribut ke
"Groooahhhh….!!!"Kadal raksasa yang kini berbentuk tulang belulang dengan di selimuti api hitam pada sekujur tubuhnya, mulai berteriak liar saat ia pertama kali keluar dari dalam kobaran Hell Fire."Hahahahha….! Bagus! Berhasil! Ini benar-benar memberiku perasaan nostalgia yang menyenangkan!" Seru Arthur, saat melihat makhluk dihadapannya."Baiklah! Mulai sekarang, namamu adalah Skull Lizard!" Kata Arthur, seraya kemudian membuat gerakan tangan mengibas.Dan bersamaan dengan gerakan tangannya tersebut, makhluk yang dinamai nya Skull Lizard, kembali mengaum liar untuk sesaat, sebelum mulai berubah menjadi kepulan api hitam dan kemudian menghilang."Hehhehe… Dengan Tartarus Land ini di penuhi oleh Demonic Beast, otak cemerlang ku ini memiliki beberapa gagasan luar biasa yang benar-benar membuat darahku menjadi panas! Aku tak sabar ingin segera memulainya!" Gumam Arthur, sambil memasang seringai lebar
*Boooommmm….!!!*Booommmm….!!!*Booommmm….!!!Suara rentetan ledakan, imbas dari pertempuran antara Arthur melawan Boss Serigala, menggema keras disekitar area tanah lapang. Selain menimbulkan ledakan keras yang menghancurkan tempat pertempuran, setiap bentrokan yang dibuat keduanya juga menyebabkan hembusan gelombang kuat. Baik Arthur maupun Boss Serigala, tampak memberikan semua yang mereka punya untuk memenangkan pertarungan."Dark Ball!"Teriak Arthur, segera mengeksekusi teknik serangan jarak jauhnya begitu melihat celah dalam gerakan Boss Serigala yang sedang sedikit mengambil nafas.Serangan tersebut, mendarat dengan telak pada wajah lawannya. Membuat Boss Serigala terdorong mundur beberapa langkah sambil mengusap-usap wajahnya yang berdarah."Auuuuuuu….!!" Lolongan kesakitan dari sang Boss Serigala, mulai terdengar begitu aliran Chi kegelapan yang mendarat d
(Tiga hari kemudian. Celah tebing, markas tersembunyi Arthur)*Wunnggg….!!!*Blaaaarrr….!!!Suara dengungan keras yang diakhiri dengan sebuah ledakan, menggema di sekitar lokasi. Kejadian ini menjadi pertanda dari terbukanya Pintu pertama dari Gerbang Putih dalam ranah jiwa Arthur."Hmmmm… sungguh sensasi yang luar biasa!" Gumam Arthur, saat merasakan aliran Chi disekitar tubuhnya, mulai bergerak liar memasuki pintu yang baru saja terbuka dalam ranah jiwanya. Terus mengisi ruang dalam pintu tersebut untuk beberapa saat, sampai akhirnya berhenti saat ruangan sudah penuh.Kejadian ini, segera menyebabkan cipratan liar dari kelebihan aliran Chi yang terdorong keluar, merembes pada sisi-sisi Gerbang jiwa."Lanjutkan untuk mengalirkan Chi pada Element Seed mu!"Saat Arthur masih menikmati sensasi yang ia rasakan, suara Barbatos tiba-tiba terdengar dari dalam ranah jiwany
"Hmmm… Apa yang sedang terjadi disana?"Tepat ketika sampai dikaki gunung, Arthur yang saat ini masih menikmati sensasi terbang tinggi diatas langit menunggangi Bangau api, segera mengerutkan kening saat pandangan matanya melihat tiga lelaki dewasa bermuka bengis, saat ini sedang mengejar seorang wanita muda.***(Kaki gunung)"Hahhaha… gadis muda, cepat berhenti! Itu akan percuma saja melarikan diri dari kami!" Teriak salah satu pria berwajah bengis. Perawakan pria ini, bertubuh kekar dengan wajah penuh bekas luka."Hahhaha…! Itu benar! Jangan sampai kami terpaksa melukai tubuh berhargamu itu!" Teriak pria berwajah bengis lain, yang memiliki perwakan tubuh lebih kecil dari pria sebelumnnya."Hmmmm… Dasar keras kepala! Jika saja pemimpin melarang kami melukaimu, dimana menyebabkan harga jual tubuhmu menjadi turun, aku sudah akan menghajarmu dari tadi!" Teriak pria bengis ketiga. Den
Di dalam kawah, saat ini Theo terlihat tengah berdiri tegak tanpa luka, sambil menggendong Arthur yang telah kembali ke wujud normal di pundaknya. Seperti sedang membawa sekantung beras.Melihat keponakannya baik-baik saja, Bosweric segera merasa lega. Theo yang kini ada di hadapannya terlihat sangat berbeda dari yang dia kenal, meskipun secara fisik tak terlalu berubah, Bosweric bisa merasa aura yang di keluarkan Theo sangatlah dalam dan kuat. Belum lagi sorot matanya terus menerus mengeluarkan ketajaman yang seharusnya tak di miliki oleh anak seusianya. Ketajaman yang sama seperti milik ayahnya Lord Arduric. Bahkan menurut Bosweric melebihinya.Setiap orang disekitar lokasi masih termenung menatap Theo ketika dia tiba-tiba melemparkan Arthur yang ada di pundaknya kearah Master Dario."Ahhh.. tuan muda..!!!" Dengan sigap Master Dario menangkap Arthur dan segera memeriksa kondisinya. Terlihat sangat khawatir."Tenang saja, dia masih hidup untuk saat ini. Sege
"BOCAHHH..!! TENANGKAN DIRIMU…!!!" Teriak Theo lantang.Semua orang di sekitar lokasi segera termenung melihat kedatangan tiba-tiba pemuda di hadapan mereka."Hoooaaaaarrrrgggggggg….!!!! Siapa yang kau sebut bocahhh????" Arthur Wild kembali berteriak gila setelah berdiri."Siapa lagi? Kau bocah nakal tak berguna yang bahkan tak bisa mengendalikan kekuatannya sendiri! Kau itu lebih bocah dari pada bocah! Dasar bocah ingusan." Kata Theo, sambil menatap remeh Arthur.Mendengar kata-kata Theo, mata hitam Arthur mulai melotot. Dia terlihat sangat marah."Siapa yang kau sebut bocah ingusan!!!!" Arthur berteriak marah, segera maju menerjang kearah Theo.Melihat bocah dihadapannya semakin menggila, Theo memasang kuda-kuda. Bersiap ikut menerjang kedepan. Menyambut serangan Arthur."Anak muda..!! Apa yang coba kau lakukan? Cepat menghindar! Itu berbahaya..!!" Bosweric yang k
"Ini berbahaya, bocah ini harus dihentikan, dia tak bisa mengontrol mana nya." Kata Theo.Setelah berkata demikian, Theo memerintahkan Jasia dan Kalina untuk tinggal di tempat. Dan segera pergi kelokasi pertempuran.***"Tuan muda, tenangkan dirimu."Seorang tetua dari house Wildbear terlihat sangat panik, dia terus berteriak kepada pemuda yang berdiri tak jauh di hadapannya untuk tenang."Diam…!!! Siapa tadi diantara kalian yang menyebutku bocah?"Pemuda di hadapan sang tetua bukannya semakin tenang, malah semakin liar memaki. Mana kegelapan mulai merembes keluar menutupi area sekitar pemuda tersebut.Mana kegelapan adalah yang paling ganas diantara semua jenis unsur mana. Unsur ini memiliki kemampuan untuk menyerap energi kehidupan di sekitarnya. Semua yang di lewati oleh unsur ini akan segera mengering dan mati."Ini gawat, tuan muda mulai kehila
"House Wildbear?"Jasia kemudian mulai menjelaskan, Hutan Pinus Beku saat ini terbagi menjadi 4 wilayah kekuasaan. Wilayah-wilayah ini di kuasai oleh 4 kelompok Knight, yakni house Alknight, Ironhead, Thrue Alknight, dan Wildbear.Keempat kelompok ini membagi Hutan Pinus Beku bagian luar dan bagian tengah menjadi wilayahnya masing-masing dengan mulai membangun Basecamp. Sementara wilayah bagian dalam hutan tidak ada yang menguasai. Spirit beast yang tinggal di wilayah dalam terlalu liar untuk diatasi oleh house manapun, sehingga tak ada yang berani membangun basecamp di wilayah bagian dalam hutan pinus beku. Wilayah ini akhirnya hanya menjadi tempat eksplorasi kelompok elite masing-masing house."Jadi seperti itu." Theo kini mulai mengerti.Setelah mendengarkan penjelasan Jasia, kini Theo mulai memperhatikan pertempuran kembali. Dia memperhatikan jalannya pertempuran dengan seksama untuk beberapa saat, sampai ada seorang pemuda dari house Wildbear yang menari
(Dalam beberapa chapter kedepan, menceritakan kehidupan lama Arthur di Gaia Land. Pertemuan awalnya dengan sang mentor. Theodoric Alknight)"Haaaahhh…. Haaahhh.. Haaaa….."Theo kini terbaring penuh luka, sedangkan lawannya juga terbaring, namun dengan kondisi yang lebih buruk dari pada Theo. Selain di dipenuhi luka, kedua tangan dan kedua kaki lawannya patah, dia sekarang sedang mengerang kesakitan dalam sebuah lubang tanah penuh retakan, tak jauh dari posisi Theo.Theo berhasil memenangkan pertempuran dengan banyak usaha dan menggunakan berbagai trik. Bertarung melawan seorang Immortal bumi, ternyata memanglah sudah menjadi batasan maksimal Theo.Melihat kondisinya sekarang, dia tak bisa membayangkan bila harus melawan dua Immortal bumi secara bersamaan. Dari pertarungan ini, dia menjadi sadar bahwa dirinya masih terlalu lemah. Hal ini membuatnya semakin terdorong untuk segera melakukan terobosan menjadi seorang Immortal.Untuk membantu house nya yang
"Hati-hati! Kabut ini sepertinya bergerak dengan cara tak biasa! Sangat berbeda dengan yang selama ini selalu kulihat!" Seru Cecilia, memberi peringatan seraya menarik bahu Arthur.Tepat ketika Cecilia menarik bahu Arthur, sehingga membuat Arthur mundur beberapa langkah kebelakang, kabut biru muda menerjang ditempat sebelumnya Arthur berdiri."Hmmm… Itu seperti punya kehendak sendiri!" Gumam Arthur saat melihat pergerakan tak biasa kabut biru muda di hadapannya."Kabut ini menutup semua akses menuju keluar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Cecilia."Aku sendiri juga tak tahu! Lagipula kita juga tak bisa memastikan efek apa yang akan terjadi bila terkena kabut itu!" Jawab Arthur.Situasi kemudian berubah hening saat Cecilia dan Arthur hanya melihat kedepan pada kabut biru muda yang saat ini juga tiba-tiba berhenti bergerak ketika sudah berada di lokasi tempat Arthur sebelumnya berdiri.
*Wuuushhhh….!!!Arthur yang telah kembali membuka mata, kini mulai mencoba kemampuan baru yang ia dapatkan. Menggunakan pikiran, ia mengalirkan serbuk ungu aneh yang telah menjadi satu dengan Element Seed miliknya, untuk di manifestasikan kedunia nyata.Dari dalam pori-pori kulit Arthur, serbuk ungu saat ini tampak perlahan merembes keluar. Mulai menyelimuti seluruh tubuhnya."Hmmmm… Bahkan warna dari serbuk korosi Kunang-kunang penghancur yang kau miliki, saat ini tampak berbeda! Itu seharusnya berwarna kuning, bukannya ungu pekat seperti itu!" Ucap Cecilia, memberi tanggapan saat melihat serbuk ungu di sekitar tubuh Arthur."Warna tidaklah penting! Sekarang kita lihat, apa yang bisa dilakukan serbuk korosi ini!" Kata Arthur. Seraya kini mengarahkan gumpalan serbuk ungu yang menyelimuti seluruh tubuhnya, pada tumpukan mayat Demonic Beast hasil buruan Gro kecil yang tergeletak disalah satu sudut gua.Serbuk ungu yang saat ini dikendalikan Arthur, berger
*Booommm…!!!Suara dengungan keras, menjadi pertanda terbukanya pintu ketiga dalam Gerbang Jiwa Arthur. Dengan aura Kegelapan pekat menyelimuti seluruh tubuhnya. Arthur secara perlahan membuka mata."Akhirnya selesai juga!" Gumam Arthur.Ia kemudian melanjutkan dengan menstabilkan aliran Chi dalam tubuhnya yang masih bergejolak untuk beberapa saat, sebelum menghembuskan nafas panjang. Mengakhiri proses Kultivasinya."Cecilia, sudah berapa hari sejak aku memulai kultivasi?" Tanya Arthur kepada Cecilia yang saat ini sedang duduk bersila tak jauh di hadapannya."Tepat satu minggu!" Jawab Cecilia singkat."Hmmm… Lumayan lama juga! Ngomong-ngomong, dimana Gro kecil?" Tanya Arthur lagi, sambil mulai melihat sekeliling. Mencari keberadaan Gro kecil."Makhluk panggilanmu itu, benar-benar tak bisa diam! Setelah makan dan tidur, dia akan kembali berlari keluar, melakukan perb
"Hmmm… Gua yang cukup dalam!" Gumam Arthur, saat telah sampai di lokasi tempat persembunyian Cecilia, sebuah gua dengan aura aneh yang di selimuti oleh selubung kabut berwarna biru muda."Ini adalah gua yang kumaksud sebelumnya, tempat yang kutemukan secara tak sengaja! Entah kenapa setelah sampai di lokasi ini pertama kali secara tak sengaja beberapa tahun yang lalu, aku seperti mempunyai insting tertentu untuk bisa menemukan tempat ini lagi, meskipun selalu ada selubung kabut aneh yang menutup seluruh area!" Ucap Cecilia."Cukup aneh juga!" Jawab Arthur, setelah mendengar kalimat penjelasan Cecilia."Apa kau cukup yakin tak ada orang lain lagi yang tahu lokasi ini selain dirimu?" Tanya Arthur."Cukup yakin! Selama ini tak akan ada yang pernah bisa menemukanku saat sedang berada di dalam gua ini!" Jawab Cecilia."Baiklah kalau begitu, aku memerlukan waktu lumayan lama untuk memulihkan diri setelah ini, pertempuran di pusat kota sebelumnya, hampir mengu