"Aku nggak ningalin kamu!" sentak Kaluna tidak terima dengan perkataan Jonathan.
Jonathan tersenyum sinis sambil terus berjalan meninggalkan Kaluna, sampai tangannya ditarik, "Apa?" tanya Jonathan kasar namun detik itu juga ia langsung merasa bersalah karena melihat mata Kaluna yang sedih.
"Apa?" ulang Jonathan dengan nada yang lebih lembut.
"Aku nggak ningalin kamu begitu aja, Jonathan." Kaluna meremas tangan Jonathan.
Jonathan menghela napas sambil menepis tangan Kaluna, "Semua udah berlalu, percuma kita obrolin sekarang."
"Tapi, aku nggak ninggalin kamu, aku nggak mungkin tega ninggalin kamu gitu aja," bisik Kaluna masih merasa tidak enak dengan tuduhan yang Jonathan berikan.
"Mau kamu ninggalin aku atau bukan, waktu udah berjalan dan sekarang kita udah nggak ada hubungan sama sekali. Semua yang terjadi dulu, lebih baik kita lupain aja, kita fokus ke masa saat ini," ucap Jonathan sambil berjalan meninggalkan Kaluna.
"Maksud kamu dilupain?" tanya Kaluna sambil berjalan mengikuti Jonathan ke pintu keluar lalu mengunci pintu restoran, setelahnya ia memberikan kunci ke satpam yang ada di luar setelahnya satpam itu meninggalkan mereka berdua.
"Jojo ... jawab," bisik Kaluna sambil terus menatap Jonathan yang terlihat sibuk mengenakan tas gendong. "Jojo," bisik Kaluna memelas.
Terlihat Jonathan memejamkan matanya dan berbalik menatap Kaluna, mata Jonathan masih terlihat dingin dan menyebalkan tapi, air mukanya sudah mulai melunak hingga membuat Kaluna sadar kalau masih ada "Jojo" miliknya di sana.
"Kaluna ... apa pun yang terjadi di masa lalu udah nggak berarti dan udah lama juga, kita pisah itu mungkin udah 5 atau 7 tahun yang lalu. Waktu jalan terus, Kaluna ... dan tolong," bisik Jonathan sambil mengatupkan kedua tangannya di dada.
"Tolong kita fokus ke masa depan juga hari ini dan lupakan semua kenangan yang ada di belakang," bisik Jonathan sambil berusaha mengalihkan pandangannya dari mata puppy milik Kaluna, "semua kenangan itu kaya sampah."
Deg!?
Jantung Kaluna berdetak seolah menghantam dadanya hingga terasa sangat sakit saat mendengar kalimat Jonathan. "Jo ...."
"Mulai sekarang panggil aku Jonathan atau Chef Jonathan atau Chef atau Pak, terserah. Asal jangan panggil aku Jojo," pinta Jonathan sambil mengambil sepeda lalu menaikinya.
Kaluna mundur perlahan dan menepuk pahanya pelan berusaha menata hatinya yang porak poranda. Rasanya sedih mengetahui pria yang dulu pernah mengisi hatinya dan jujur Kaluna merasa bahagia saat melihat Jonathan juga berharap bisa mengenang kenangan indah mereka atau mungkin melanjutkannya? Ah ... sudahlah semua harapan itu sudah hancur berkeping-keping. Kisah cinta mereka sudah usai, semesta tidak mengizinkan mereka untuk merajutnya kembali.
"Emang kita nggak boleh temenan aja?" tanya Kaluna sambil berjalan mendekati Jonathan.
Jonathan menoleh melewati bahunya, "Pulang kamu, udah malam." Setelahnya Jonathan pergi meninggalkan Kaluna yang berdiri mematung.
••
Dalam kegalauan Kaluna akhirnya memutuskan untuk pergi ke minimarket 24 jam baru setelahnya memesan taksi online. Kaluna berharap dengan udara dinginnya malam ditambah sedikit berjalan kaki bisa membuat pikiran dan perasaannya lebih baik setelah pembicaraannya dengan Jonathan.
"Emang nggak boleh apa kita temenan, doang," bisik Kaluna sambil menghela napasnya dan menengadah ke langit malam, pikirannya dengan cepat menariknya ke masa-masa manis bersama Jonathan. Masa SMA.
"Padahal dulu kamu baik loh, Jo, kamu manis ...." Kaluna memeluk tubuhnya sambil mengingat belaian yang selalu Jonathan lakukan saat ia sedang bersedih atau ada masalah di rumah.
"Kamu juga sering bawain aku makanan, sampai-sampai aku ingin belajar masak, supaya bisa bikinin kamu makanan setiap hari," bisik Kaluna pelan sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak yang ternyata sudah sangat sepi karena sudah malam.
"Kamu juga suka nolongin aku, senyum sama aku, meluk aku, kamu hangat ...." Kaluna menghentikan langkahnya sambil menghela napas, sesekali dia membenarkan posisi tasnya di bahu.
"Tapi, sekarang kamu dingin dan nyebelin!" seru Kaluna mengingat kelakuan Jonathan yang sangat menyebalkan. "SP1! Ish ... kesal aku kalau inget kamu pas bilang aku dapet SP1!" Lagi Kaluna terus berkomat-kamit mengeluarkan segala isi pikirannya di dalam hati.
Andai kata dirinya sedang berada di lereng gunung mungkin saat ini dia sedang berteriak-teriak meluapkan emosinya. "Mana dia bilang aku yang ninggalin dia lagi! Apa coba maksudnya?"
"Aku nggak ninggalin dia, aku juga kepaksa pergi," bisik Kaluna pelan sambil mengingat apa yang sebenarnya terjadi, rasanya ia ingin kembali ke masa lampau dan meluruskan masalah yang ada. Andai kata pun dia harus berpisah dengan Jonathan dia ingin berpisah secara baik-baik, hingga saat mereka bertemu tidak perlu ada kekesalan seperti yang terjadi hari ini.
"Jelas-jelas aku nitip surat ke ...." Kaluma terdiam beberapa saat karena pendengarannya mulai mendengar suara-suara aneh. "Kok ...."
Kaluna baru menyadari kalau dia diikuti oleh seseorang atau sesuatu di belakangnya, bukan suara telapak kaki tapi ....
"Duh ... Gusti, apa lagi ini," bisik Kaluna yang tiba-tiba saja merasakan bulu kuduknya berdiri. Dengan cepat dia langsung berdoa di dalam hatinya, mencoba menenangkan diri dan mengenyahkan semua pikiran buruk di kepalanya.
"Kalau setan gimana?" batin Kaluna sambil mencoba melangkahkan kakinya lagi, Kaluna menajamkan indera pendengarannya berusaha mendengar dengan jelas. Lagi ... suara aneh itu terdengar seiiringan dengan langkah kakinya.
Kaluna mencoba menghentikan langkahnya lalu pura-pura mencari sesuatu di dalam tasnya, berharap suara itu terus berjalan melewati dirinya, bukan berhenti seperti saat ini.
"Mampus, siapa sih?" bisik Kaluna dengan suara bergetar, entah bagaimana rasanya tubuhnya saat ini mengeluarkan keringat padahal udara malam itu lumayan dingin dan Kaluna tidak mengenakan jaketnya. Jaketnya tertinggal di ruangan Jonathan.
"Ah ... sial." Kaluna merasa kalau hidupnya hari ini sangat sial semenjak bertemu dengan Jonathan. Dengan pelan Kaluna kembali berjalan sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.
Lagi ... suara itu kembali terdengar seolah mengikuti dirinya di setiap langkah kaki Kaluna. Rasa takut dengan cepat menjalar ke seluruh tubuh Kaluna, jantungnya berdetak sangat cepat sangking takutnya.
"Di mana lagi ... ya ampun, kenapa sih kalau lagi dibutuhi susah banget buat ditemui!" maki Kaluna dengan bibir yang terlihat berkomat-kamit seperti membaca mantra.
Jantung Kaluna makin keras berdetak saat merasakan seseorang berdiri di belakang tubuhnya, badannya bergetar dan di dalam hatinya dia memaki karena belum juga menemukan benda sialan yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga.
Ujung jemari Kaluna menyentuh sesuatu yang dingin berbentuk tabung, seketika itu juga Kaluna ingin menjerit bahagia karena menemukan semprotan merica racikannya, dengan mantap ia genggam seerat mungkin.
Kaluna memejamkan matanya saat merasakan sesuatu menepuk bahunya, tanpa perlu melihat apa atau siapa yang melakukannya Kaluna memutar tubuhnya dan menyemprot semprotan merica racikannya sambil berteriak keras.
Saat sudah merasa aman, Kaluna menurunkan kedua tangannya hingga bisa melihat apa atau siapa yang disemprotnya dan seketika itu juga dia mendengar teriakkan ....
"Dasar perempuan gila!!!"
••
"Ya ampun, Jo," pekik Kaluna panik dengan cepat ia mendekati Jonathan yang sudah terduduk di trotoar di samping sepedanya. "Astaga ... Jojo maaf." Kaluna dengan cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya."Gila kamu Kaluna! Argh ... apa ini, panas!" teriak Jonathan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas bukan main.Kaluna dengan cepat mengguyur wajah Jonathan dengan air lalu menyekanya dengan celemek yang selalu ia bawa di tasnya, sesekali dia meniup-niup wajah Jonathan entah untuk apa, berharap tiupannya bisa meredakan rasa panas yang Jonathan rasakan."Kaluna, ini apa?" tanya Jonathan lagi sambil mengambil celemek dari tangan Kaluna dan mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan rasa panas di wajahnya. "Kamu semprotin air apa?""Merica," bisik Kaluna pelan dengan wajah bersalah dan mengambil botol semprotannya lalu memasukkannya sedalam mungkin ke dalam tasnya, mencoba menghilangkan barang bukti."Bullshit!" seru Jonathan tidak percaya, "Kalau cuman merica nggak mungkin sepanas i
"Hah? Kapan? Kok bisa?" tanya Jonathan kaget, sebuah informasi baru membuat Jonathan keluar dari zona "Lelaki-Dingin-Tanpa-Hati". Kaluna menatap Jonathan sambil menahan tawanya, ia sekarang sadar kalau pria itu masih sama. Pria itu masih Jonathan yang hangat, perhatian dan sangat manis. "Ehem ...." Jonathan terbatuk lalu membenarkan posisi duduknya, "Kapan?" ulangnya dengan intonasi suara yang lebih kalem. Hampir saja Kaluna tertawa terbahak-bahak mendengar perubahan suara Jonathan, "Saat aku ninggalin kamu," bisik Kaluna sambil menatap langsung ke bola mata Jonathan, berusaha mencari sebuah pergerakan kecil yang menunjukkan kalau Jonathan masih mengingat apa yang telah mereka lakukan sehari sebelum Kaluna pergi meninggalkan Jonathan. Nihil, lelaki itu terlihat biasa saja. "Jadi, kamu ninggalin aku dulu itu karena ibu dan ayah cerai?" tanya Jonathan yang langsung dijawab anggukkan oleh Kaluna. "Ibu menggugat cerai ayah setelah kejadian itu, tapi, ayah ngamuk parah sampai harus dia
Brak!!!Kaluna menghempaskan tubuhnya ke ranjang, dia tidak peduli bila membangunkan Emma ibunya ataupun tetangganya sekalipun, ia lelah hari ini. Emosinya terkuras habis-habisan akibat bertemu dengan Jonathan mantan kekasihnya yang mampu membolak-balikkan perasaannya dengan sangat cepat hari ini.Sedetik dia bisa sangat berbahagia dan didetik berikutnya dia bisa sangat ingin menendang bokong Jonathan sangking emosinya. Sialan."Argh!!" teriak Kaluna sekencang mungkin dibalik bantal, "nyebelin banget kamu, Jo!"Kaluna menggerakkan seluruh tubuhnya seperti bayi tantrum, "Mau kamu apa? Bikin kesel terus bikin aku tersipu-sipu lalu bikin aku ngamuk!" Kring ... kring ....Kaluna mengambil tasnya dan menarik ponsel miliknya, keningnya berkerut karena mendapatkan panggilan tidak dikenal. Penasaran Kaluna mengangkat teleponnya."Halo.""Lama banget angkat teleponnya!"Mendengar suara lelaki di ujung sambungan telepon membuat Kaluna kesal, "Suka-suka lah, telepon-telepon aku. Mau aku angkat
"Jo ...." Kaluna tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi karena mulutnya sudah dibekap oleh tangan Jonathan. Kaluna mengangguk saat melihat Jonathan menempelkan jari telunjuknya di bibir, meminta Kaluna untuk diam.Kaluna menoleh dan melihat ayahnya sedang mencari dirinya dengan tatapan membunuh sambil mengacung-ngacungkan tongkat kayu. Kuping Kaluna panas saat mendengar bahasa kebun binatang keluar dari mulut ayahnya. "Keluar nggak!" teriak Indra sambil membanting tongkatnya kesal, rasanya ia ingin mencabik anak gadisnya. "Keluar kau! Berani kamu sama Ayah! Kamu sangka kamu bisa sekolah dan makan itu karena uang siapa? Berani kau melawan, hah!"Air mata Kaluna detik itu juga meleleh dan membasahi tangan Jonathan, Jonathan yang sadar kalau kekasihnya itu menangis dan ketakutan spontan memeluk tubuh Kaluna lebih erat lagi, membenamkan wajah Kaluna ke dadanya berusaha melindunginya."Kamu masih kecil udah ngelawan! Didikan ibu kamu itu nggak ada yang benar! Masih untung kalian berdua
Kaluna berlari seperti orang kesetanan saat taksi online yang ia tumpangi berhenti di depan restoran. "Kenapa aku harus bangun kesiangan, sih!" maki Kaluna sambil melihat sekelilingnya memastikan tidak ada sepeda yang Jonathan gunakan kemarin."Nggak ada sepeda si Jonathan," bisik Kaluna sambil menghela napas lega, ia dengan cepat berjalan ke arah pos satpam untuk mengambil kunci restoran."Pak ... kunci restoran mana?" tanya Kaluna saat sudah sampai pos satpam dan melihat berbagai macam kunci yang tergantung di dinding."Wah ... tadi udah di ambil ....""Sama siapa?!" tanya Kaluna kaget bukan main, matilah dia kalau kunci restoran itu sudah diambil Jonathan. Habislah dia!"Sama Pak Raka," ucap satpam tersebut sedikit kaget karena Kaluna membentaknya."Pak Raka aja atau sama Pak Jonathan juga?" Kaluna waswas bukan main, ia benar-benar panik."Tadi, sih Pak Raka aja," ucap Satpam sambil keluar dari pos jaga dan menunjuk ke arah basement parkir restoran, "tuh mobilnya, baru kok ambilny
Seharian ini Kaluna sama sekali tidak fokus, perasaannya seolah-olah ingin terus menyeretnya pada masa lalu manis pada Jonathan padahal pikirannya sudah berkali-kali memaksanya untuk sadar kalau itu semua sudah tidak ada lagi. Kisah cintanya dengan Jonathan sudah berakhir, sudah hampa, hilang ditelan bumi! Bahkan Jonathan sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada dirinya lagi, yang ada lelaki itu membuat dirinya malu atau menyulut emosinya hingga titik puncak."Mbak, maaf ini stok dagingnya benar minta sebanyak ini untuk di antarkan?" tanya pegawai supplayer makanan yang selalu memasukkan bahan makanan ke Moon."Oh ... iya," jawab Kaluna tidak fokus dan asal menjawab saja tanpa melihat kertas laporan yang ada di tangannya, pikirannya benar-benar kalut.Dengan cepat pegawai itu langsung menginstruksikan agar rekan sejawatnya menurunkan muatan daging untuk di masukkan ke dalam restoran. Kaluna terus melihat ke depan seolah jiwanya tidak ada di sana, jiwanya berkelana entah ke man
"Gue yang suruh."Raka yang awalnya berwajah marah sedikit demi sedikit melunak, "Lo yang suruh? Buat apa?" tanya Raka sambil menatap Jonathan bingung, "otak lo nggak lagi ketabrak meteor, kan, sampai-sampai mesen daging segitu banyak?"Jonathan mengangkat kedua bahunya, lalu melihat sekeliling, "Nggak ada yang perlu di tonton, semua balik kerja."Tanpa diminta dua kali semua orang di restoran kembali bekerja seperti biasa walapun ada beberapa yang masih berbisik-bisik menggosip di belakang. "Heh, lo masih waras, kan? Nggak sakit kan? Ini kelebihan 20 kilo, Jonathan, bukan satu atau dua," ucap Raka sambil mengacungkan kertas ke arah Jonathan.Jonathan menyerahkan kertas yang ia pegang ke Raka, "Itu tanda tangan aku, jadi, artinya aku yang suruh Kaluna buat beli sebanyak itu.""Buat apa?" tanya Raka bingung, "masalahnya ini hanya satu jenis daging, Jonathan, bukan berbagai macam daging.""Iya, nggak papa, emang kita butuh jenis daging itu," ucap Jonathan santai sambil berjalan dan berd
Suara teriakkan beradu dengan suara dentingan perlengkapan dapur terdengar memekakkan telinga. Hawa panas dengan cepat terasa bagi siapa pun yang masuk ke dalam area dapur yang saat ini sedang melakukan servise di jam sibuknya. "Shrim," teriak salah satu chef station khusus seafood sambil berjalan membawa piring ke arah Kaluna.Kaluna mengambil sendok untuk memeriksa makanan yang akan disajikan ke para tamu, sesekali ia mencicipi dan menambahkan seasoning bila dirasa masakannya kurang pas rasanya. Hari ini dia bekerja sesigap dan secekatan mungkin, ia sadar kalau saat ini memikirkan Jonathan berlarut-larut tidak akan membuat hidupnya berjalan lancar."Permisi ... ada komplain," ucap salah satu pelayan sambil membawa piring lalu meletakkannya di depan Jonathan.Jonathan menyerngit lalu melihat potongan steak, "Kenapa?""Tamu pesan well done dan ini." Pelayan itu menunjuk daging yang terlihat masih merah dibagian dalamnya."Astaga." Jonathan menekan-nekan steaknya, "kasih compliment dan