"Gue yang suruh."Raka yang awalnya berwajah marah sedikit demi sedikit melunak, "Lo yang suruh? Buat apa?" tanya Raka sambil menatap Jonathan bingung, "otak lo nggak lagi ketabrak meteor, kan, sampai-sampai mesen daging segitu banyak?"Jonathan mengangkat kedua bahunya, lalu melihat sekeliling, "Nggak ada yang perlu di tonton, semua balik kerja."Tanpa diminta dua kali semua orang di restoran kembali bekerja seperti biasa walapun ada beberapa yang masih berbisik-bisik menggosip di belakang. "Heh, lo masih waras, kan? Nggak sakit kan? Ini kelebihan 20 kilo, Jonathan, bukan satu atau dua," ucap Raka sambil mengacungkan kertas ke arah Jonathan.Jonathan menyerahkan kertas yang ia pegang ke Raka, "Itu tanda tangan aku, jadi, artinya aku yang suruh Kaluna buat beli sebanyak itu.""Buat apa?" tanya Raka bingung, "masalahnya ini hanya satu jenis daging, Jonathan, bukan berbagai macam daging.""Iya, nggak papa, emang kita butuh jenis daging itu," ucap Jonathan santai sambil berjalan dan berd
Suara teriakkan beradu dengan suara dentingan perlengkapan dapur terdengar memekakkan telinga. Hawa panas dengan cepat terasa bagi siapa pun yang masuk ke dalam area dapur yang saat ini sedang melakukan servise di jam sibuknya. "Shrim," teriak salah satu chef station khusus seafood sambil berjalan membawa piring ke arah Kaluna.Kaluna mengambil sendok untuk memeriksa makanan yang akan disajikan ke para tamu, sesekali ia mencicipi dan menambahkan seasoning bila dirasa masakannya kurang pas rasanya. Hari ini dia bekerja sesigap dan secekatan mungkin, ia sadar kalau saat ini memikirkan Jonathan berlarut-larut tidak akan membuat hidupnya berjalan lancar."Permisi ... ada komplain," ucap salah satu pelayan sambil membawa piring lalu meletakkannya di depan Jonathan.Jonathan menyerngit lalu melihat potongan steak, "Kenapa?""Tamu pesan well done dan ini." Pelayan itu menunjuk daging yang terlihat masih merah dibagian dalamnya."Astaga." Jonathan menekan-nekan steaknya, "kasih compliment dan
"Loh, kenapa udah pulang?" tanya Emma yang kaget karena Kaluna sudah mengenakan baju tidur dan duduk di ruang keluarga padahal waktu masih menunjukkan pukul 7 malam."Ibu," ucap Kaluna sambil berlari untuk memeluk Emma dan menangis di dada Emma."Lah ... hei, kenapa ini? Kamu kenapa?" tanya Emma makin bingung karena Kaluna memeluknya dan menangis, "kamu sakit, Nak?"Kaluna menggeleng sambil mengikuti Emma yang membawanya ke kursi, ia terus memeluk Emma sambil menangis, "Nggak ... Kaluna cuman kesel, dongkol, benci," ucap Kaluna dengan suara terbata-bata akibat menangis."Benci ama siapa? Siapa yang bikin kamu kesel?" tanya Emma seraya mengusap-usap punggung manja Kaluna. Anak gadisnya ini memang keras kepala dan terlihat kuat tapi, sesungguhnya sangat manja dan selalu overthinking dengan semua masalahnya hingga terkadang membuat Emma kesal."Aku mau keluar aja dari kerjaan aku," isak Kaluna sambil menangis lebih keras lagi bahkan terkesan dibuat-buat."Lah ... kenapa? Kamu kemarin pas
"Wah ... tumben bangun pagi," goda Emma saat mendapatkan ciuman selamat pagi di pipinya."Iya, Kaluna mau makan yang banyak, biar bisa menimbun energi karena menghadapi si Curut itu butuh energi yang sangat besar," ucap Kaluna sambil duduk dan memasukkan roti sebanyak mungkin ke mulutnya."Itu beneran namanya Curut?" tanya Emma sangsi karena orang tua mana yang memberikan nama anaknya Curut."Iya, panggil aja curut," jawab Kaluna sambil meminum susunya hingga tandas dan dengan cepat berdiri, ia ingin buru-buru pergi ke tempat kerja, "Bu aku pergi, yah.""Eh ... nggak bareng sama Ibu? Ibu mau sekalian ke pasar," ucap Emma sambil mengambil piring dari meja makan."Ketemu di depan, Bu, aku juga nunggu ojek online dulu," bisik Kaluna sambul berjalan ke arah pintu. Kaluna terus berjalan sambil melihat layar ponselnya karena dia fokus untuk memesan ojek online."Mau bareng?"Langkah Kaluna terhenti saat mendengar sebuah suara maskulin yang ia kenal, tapi, mana mungkin orang itu ada di sana?
"Bagian mana yang mau kamu cekik? Atau kamu apa tadi?" tanya Jonathan sambil mengangkat sebelah alisnya dan menggerakkan tangan Kaluna disetiap inci lehernya, "patahin?"Kaluna hanya bisa menelan ludahnya sendiri, rasa malu Kaluna akibat ucapan Emma seketika hilang saat ujung-ujung telapak tangannya mengelus kulit leher Jonathan yang halus, hangat, berurat dan sensual.Pikiran Kaluna langsung kalut dan tanpa sadar jempolnya mengusal leher Jonathan yang sialnya itu membuat gairah Kaluna meloncat naik ke titik paling tinggi. Dengan segala macam daya dan upaya Kaluna mencoba bersikap tenang namun sulit.Pesona Jonathan seolah menyedotnya tanpa ampun, menenggelamkannya dalam sebuat ledakkan gairah yang membangunkan semua sisi memori tentang apa yang pernah mereka lakukan dulu. Pikiran Kaluna berkelana saat membayangkan dulu bibirnya pernah ada di ceruk leher Jonathan, hidungnya saat ini seolah mencium kembali aroma tubuh khas Jonathan yang ia sukai. Tuhan! Tolong Kaluna, dia bisa gila bil
"Wah, tumben datang telat, Jo," ucap Raka saat melihat Jonathan berjalan di lorong yang memisahkan antara kantor restoran dengan ruangan khusus karyawan.Kaluna yang sedang berbicara dengan Raka langsung membeku, ia sama sekali tidak berani menoleh melihat Jonathan yang sudah berdiri di sampingnya. Ingatan Kaluna melayang pada kejadian tadi pagi, di mana Kaluna membuat Jonathan kelabakan karena kejantanan Jonathan mengeras akibat kebodohannya. Kaluna yang kebingungan hanya bisa berteriak maaf dan berlari meninggalkan Jonathan di pinggir jalan.Untungnya ojek online yang Kaluna pesan sudah datang dan membuat Kaluna bisa melarikan diri dari Jonathan, Kaluna tidak mau tahu bagaimana kondisi Jonathan setelahnya. Ia malu."Gue tadi ada urusan," ucap Jonathan sambil menyerahkan amplop pada Raka, "Kaluna nanti tolong kamu cek menu untuk bulan depan.""Baik." Kaluna hanya bisa melihat ke arah sepatunya, rasanya sulit mengangkat kepalanya dan menatap wajah Jonathan. Malu."Sama nanti coba di
"Dua New York Sirloin medium dengan potato wedges dan Moon Sous, tiga Lobster Bisque dan tiga Grill Jumbo Lobster," teriak Kaluna sambil melihat kertas pesanan yang keluar dari mesin."Yes, Chef ...." Suara teriakan, dentingan alat masak, dan suara dari makanan yang sedang dimasak melebur menjadi satu ditambah dengan suhu ruangan dapur yang sesak, panas dan beruap membuat Kaluna menarik-narik kerah jaket chef-nya karena merasa panas. Sauna.Suasana di dapur saat full servise jangan ditanya seperti apa chaos-nya, semuanya fokus untuk memasak dan meminimalisir kesalahan sekecil apa pun karena ada satu saja yang salah bisa terjadi pertempuran. Kaluna pernah merasakannya, paling parah adalah saat dirinya diusir keluar oleh Jonathan kemarin. "T-bone ready," teriak Okhe sambil menuangkan T-bone ke piring."Mashed Potato coming," teriak Ibram sambil berjalan ke arah Kaluna.Kaluna mencicip mashed potato dari Ibram dan mengangguk tanda dia menyetujui rasanya, ia dengan cepat melihat T-bone
"Gila kamu!""Kamu yang gila, nyangka aku pesugihan," ucap Jonathan sambil mengambil sabuk keselamatan dan memasangkannya untuk Kaluna seolah takut wanita itu meloncat keluar mobil untuk melarikan diri."Ya abis, kamu punya mobil kaya gini? Kok bisa? Kamu nggak jual diri, kan?" tanya Kaluna."Ya Tuhan, Kaluna, kalau aku jual diri siapa yang mau beli? Kamu sendiri yang bilang muka aku kaya curut, kan, mana ada perempuan yang mau sama curut," kekeh Jonathan sambil memastikan kalau sabuk keselamatan sudah terpasang dengan benar baru menutup pintunya."Kamu beneran nggak jual diri?" tanya Kaluna lagi saat Jonathan duduk dikursi pengemudi."Ya Tuhan, Kaluna ... aku nggak sehina itu, kamu kenapa sih?" tanya Jonathan sambil menyalakan mobilnya lalu keluar dari parkiran Moon, "kaya benci banget ke aku.""Hah? Kamu nggak salah ngomong? Aku benci ke kamu? Woi ... kamu yang awal-awal pura-pura nggak kenal dan kamu yang awal-awal nabuh genderang perang! Kamu yah, kamu." Kaluna menunjuk Jonathan g