Kaluna berjalan ke luar gedung supermarket dengan mendorong trolly, setelah sampai di pintu keluar ia mulai mengutak-atik layar ponselnya untuk memesan taksi online."Astaga, kok pada di tolak sih? Emang di depan macet banget apa yah?" Kaluna menggerutu sambil terus mencoba memesan taksi online namun nihil, tidak ada taksi online yang mau menyanggupi pesanan Kaluna.Tit ...."Makjan!" pekik Kaluna kaget saat mendengar suara klakson yang memekakkan telinganya dan dengan cepat ia mengalihkan pandangannya ke arah mobil si hadapannya,"Kaluna," sapa lelaki dengan suara maskulin saat kaca mobil itu terbuka dan menunjukkan wajahnya."Ngapain? Mau apa?" tanya Kaluna saat menyadari kalau yang memanggilnya adalah Cakra."Kamu mau ke mana? Butuh tumpangan?" tanya Cakra sambil keluar dari mobilnya dan berdiri di samping Kaluna, "ini bawaan kamu?" tanya Cakra sambil mengambil belanjaan dari trolly milik Kaluna."Iya tapi ... eh, mau di bawa kemana?" tanya Kaluna kaget saat melihat Cakra mengambil
"Ngapain tadi ada Cakra?" tanya Jonathan saat mereka sudah berada di dalam mobil."Dia kayanya ke Mall juga terus liat aku jadi dia nawarin aku buat ke hotel bareng karena emang dia biasanya jam kerjanya jam segini," ucap Kaluna sambil melihat jam tangannya."Hafal banget sama aktifitas mantan," sindir Jonathan sambil menahan cemburu karena sumpah demi apa pun juga tadi Jonathan hampir ngamuk saat melihag Kaluna bersama Cakra.Rasanya ia ingin berteriak kalau dia capek-capek kerja, dan maksain diri buat jemput Kaluna walau badan capeknya luar biasa eh ... malah ketemu Kaluna sedang bersama Cakra. Emosi.Tapi, untungnya Kaluna langsung berlari ke arahnya dan memeluknya sambil mengecupi wajahnya seolah sangat bahagia. Bahkan ia menggelayut di lengannya sambil meminta tolong untuk mendorongkan trolly yang penuh isi belanjaan lalu berlalu dari sana seolah Cakra hanya seonggok wortel busuk tak berguna."Nggak usah cemburu, Jo, aku inget tapi, aku nggak peduli juga sama hidup dia," sahut Ka
"Capek," bisik Kaluna sesaat ia sudah menghempas bokongnya di sofa. Jonathan hanya tersenyum kecil dan melewati Kaluna, "Aku mau mandi, badan aku lengket dan kalau kamu mau makan. Makanlah duluan, makanan yang tadi kita beli udah aku simpen di meja makan," ucap Jonathan sambil menghilang di balik dinding kamar.Kaluna mengangguk dan mengacungkan jempolnya sambil melirik ke arah TV yang sudah menayangkan salah satu iklan yang menampilkan Gendis. Kaluna tiba-tiba meringgis melihat betapa suksesnya Gendis saat ini karena berhasil menjadi bintang iklan dari salah satu merek body lotion terkenal."Kenapa sih, cewek cantik kaya kamu, sirik sama aku? Aku ini jelek, Ndis ...." Kaluna tiba-tiba saja merasakan perasaan rindu pada sahabatnya itu. Mungkin Gendis jahat pada Kaluna tapi, Gendis pun menorehkan memori baik untuk Kaluna kenang.Gendis adalah teman yang selalu menolong Kaluna di setiap masalahnya, apa lagi masalah-masalah yang berhubungan dengan almarhum Pamungkas. Dulu setiap ia ada
Kaluna yang sedang tertidur tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang menggelitik payudaranya, gelitikan itu tiba-tiba saja berubah menjadi rasa nikmat yang menjalar dari puting payudaranya hingga keseluruh tubuh Kaluna. "Ah ... apa?" tanya Kaluna sambil mengusap dadanya dengan mata yang masih tertutup. Tangannya langsung mengenai rambut yang sangat tebal, dengan cepat Kaluna membuka matanya dan melihat ke arah payudaranya."Jo ... kamu ngapain?" tanya Kaluna bingung sambil mencoba mendorong kepala Jonathan untuk menjauh payudaranya. "Nggak ngapa-ngapain," jawab Jonathan santai sambil membalas tatapan Kaluna. "Nggak ngapa-ngapain gimana? Ini kamu ngapain buka kancing baju tidur aku? Kamu mau ngapain?" Sekali lagi Kaluna bertanya sambil menjauhkan badannya.Nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul membuat Kaluna berusaha keras untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Dia ingat setelah makan, Jonathan meminta izin untuk keluar rumah. Kaluna pun mandi dan merebahkan diri di ranjang,
"Keluar dari rumah Jonathan atau kuledakan itu rumah!""Ibu!" teriak Kaluna. Kaluna spontan terduduk dan menggerakkan pinggulnya."Ayang," erang Jonathan yang langsung saja merasakan cengkeraman di bagian kejantanan miliknya yang sialnya membuat batang kenikmatannya kembali bangun seolah meraung meminta kembali dipuja oleh Kaluna.Kaluna membulatkan matanya dan menutup mulut Jonathan supaya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Bisa mati dia bila ketahuan sedang berbuat hal penuh birahi oleh Emma.Ibunya mungkin tahu kelakuan Kaluna bersama Jonathan tapi, tidak etis rasanya kalau Emma memergoki dirinya sedang berduaan seperti ini. Lebih tepatnya ia takut dicekik oleh Emma."Keluar nggak dari rumah Jonathan!" seru Emma lagi dengan suara keras hingga membuat Kaluna menyerngitkan kupingnya."Bu, ini jam dua subuh. Aku keluar pun mau ke mana malam-malam dan lagi Jonathan juga udah tidu ... r." Kaluna membulatkan matanya sambil menekan tangannya menutupi bibir Jonathan. Tubuhnya bergetar s
"Bu ... ini gimana?" tanya Kaluna kelabakan sambil melihat pakaiannya."Tenang, Kaluna. Kamu kenapa sih kaya yang stress gitu," ucap Emma yang menahan tawanya karena dari pagi sudah melihat Kaluna yang kebingungan."Sempit Ibu, ini baju nikah aku jadi sempit." Kaluna makin stress karena mendapati kalau baju pengantinnya tiba-tiba sempit bukan main padahal ia akan menikah tiga hari lagi."Kamu makan apa aja sih? Kamu naik berat badan?" tanya Emma dengan suara selembut mungkin padahal di dalam hatinya ia juga sama-sama waswas karena melihat baju pengantin Kaluna yang tidak bisa diresleting."Nggak Bu, sumpah aku nggak makan seenaknya dan aku juga nggak tau kenapa bisa mengecil gini." Kaluna hampir menangis saat kembali melihat orang yang membantunya mengenakan baju pernikahan tampak ke susahan menresletingkan gaun pengantinnya."Badan kamu kali yang membesar karena nggak mungkin bajunya ngecilin," ucap Emma sambil menepuk bokong Kaluna, "apa kamu ....""Apa?" tanya Kaluna sambil melihat
"Lo kenapa sih?" tanya Raka yang dari tadi pusing melihat Jonathan berjalan hilir mudik ke kanan dan ke kiri hingga membuat dirinya pusing."Kaluna Dayana ...." Jonathan hilir mudik tak tentu arah seolah mencoba untuk menghapalkan sesuatu hal yang sangat sulit, sesulit soal olimpiade matematika."Wah, udah nggak beres otak sobat gue," ucap Raka yang kesal karena tidak dihiraukan oleh Jonathan, ingin rasanya ia mengkeplak kepala Jonathan dan menyadarkannya tapi, karena ini adalah hari penting bagi sobat sumber uangnya tersebut maka Raka akan mencoba untuk lebih bersabar. "Dengan ...." Sekali lagi Jonathan terus berkata-kata tanpa lelah sambil berjalan hilir mudik. Tangannya berkali-kali membolak balik kertas yang terlihat sudah koyak dan rapuh karena sudah sering dibolal balik."Jo ... hoi, Jo ... Raka pada Jonathan Baskoro! Hoi!" terika Raka sambil menepuk kedua tangannya hingga menghasilkan suara yang sangat keras berharap Jonathan mengalihkan perhatiannya pada dirinya. Namun, nihi
"Aku mau ke kamar mandi," pekik Kaluna kalut sambil menarik-narik gaun pengantinnya panik."Nggak ... mana ada kamu mau ke kamar mandi, kamu itu tadi udah pipis berapa kali, Nak. Tolong lah jangan bikin riasan dan gaun pengantin kamu porak poranda," ucap Emma sambil memperbaiki gaun pengantin Kaluna supaya terlihat kembali rapi."Sama saya aja, Tante," ucap Joya sambil membantu Emma memperbaiki gaun pengantin Kaluna."Aduh, makasih yah, Nak Joya. Maaf juga tiba-tiba diminta jadi bridesmaid." Emma menepuk bahu Joya, "maklum anak Ibu introvert jadi jarang punya temen, temennya Jonathan doang." Joya hanya bisa tersenyum manis, "Nggak papa, bukannya suami itu calon teman kita seumur hidup, Tante. Jadi, wajar kalau Kaluna temenannya ama Jonathan.""Ya ampun, kamu ramah, cantik dan baik pula. Kenapa nggak dari dulu sih kamu deket sama Kaluna," ucap Emma sambil sekali lagi menepuk bahu Joya, "Ibu permisi dulu yah, mau panggil Papa Wisnu," lanjut Emma sambil undur diri dari sana."Joy, makas