Seperti ada setan yang menhasutnya tanpa sadar Kaluna menekan kedua jempolnya sekencang mungkin hingga membuat Pamungkas tak mampu bernapas dan mengeluarkan suara orang tercekik."Astaga, Kaluna ... Kaluna." Terdengar suara panik Sekar yang kaget saat melihat dan mendengar Pamungkas dicekik oleh Kaluna. Dengan cepat ia mendekati Kaluna dan berusaha untuk melepaskan cekikkan tangan Kaluna.Dirinya tersentak kaget saat ia melihat kalau tangan Kaluna saat ini dipegang dan ditahan oleh Pamungkas sendiri. Gilanya Sekar melihat keikhlasan dari Pamungkas. "Lepas, Nak ... lepas," bisik Sekar lesu."Bunuh Ayahmu ini, Nak ...." Pamungkas berkata sambil tersenyum pedih, "Ayah ikhlas ... Ayah pantas menerimanya," bisik Pamungkas sambil mencoba tersenyum di antara sakitnya cekikkan Kaluna."Ampun, Kaluna ... lepas, lepas!" jerit Sekar sambil memukul lengan Kaluna dengan membabi buta dan menahan tangisnya sendiri hingga suaranya terdengar bergetar.Kaluna tidak mendengar apa pun juga, pikirannya k
"Jonathan!" teriak Kaluna kaget saat melihat Jonathan yang menghantamkan bogem mentahnya ke kepala Pamungkas."Astaga! Kenapa ini!" teriak salah satu perawat pria yang dibagian dadanya terbordir nama Eka, "Ini rumah sakit bukan ring tinju!" sentak Eka sambil menarik tangan Jonathan dibantu beberapa rekan sejawatnya."Kamu mau matikan? Sini aku matikan kamu! Aku bikin kamu nggak bisa liat matahari besok! Nggak usah suruh-suruh Kaluna buat bunuh kamu! Biar aku yang bunuh kamu, Bedebah!" sentak Jonathan sambil menggerakkan seluruh badannya meminta untuk dilepaskan agar bisa kembali memukuli Pamungkas. Geram!Kaluna yang kaget dengan cepat memeluk Jonathan dari belakang, "Jo, jangan ... nanti kamu masuk penjara! Aku sama siapa?" tanya Kaluna. Kaluna kaget saat melihat Jonathan mengendurkan tenaganya lalu melepaskan pegangan dari para perawat dengan perjanjian dia tidak akan melakukan tindakan kekerasaan lagi pada Pamungkas. Jonathan menatap manik mata Kaluna dan menangkup wajah kekasih
Mendengar perkataan Kaluna, Pamungkas seketika itu juga merasakan rasa sakit di dadanya. Tanpa sadar ia menepuk dadanya beberapa kali dan tangisnya pecah.Sakit ... sakit ... hanya rasa itu yang ia rasakan saat ini di dadanya. Entah karena merasakan rasa sakit karena perkataan Kaluna atau memang jantungnya yang terasa sangat sakit hingga ia merasakan sesak teramat sangat hingga untuk bernapas pun sangat sesak dan sulit."Pak ... pak ...." Eka salah satu perawat yang ada di sana langsung menyadari kalau ada yang tidak beres dengan Pamungkas. "Pak ... jawab Pak, jawab saya." Eka bergerak cepat untuk mengukur saturasi udara Pamungkas dan makin kaget saat melihat hasilnya."Saturasi udara rendah, okaigen!" teriak Eka dan membuat beberapa perawat di sana yang awalnya hanya menonton adegan permintaan maaf Pamungkas pada Kaluna mulai bergerak cepat dan bahkan meminta Sekar untuk keluar ruangan."Code blue! Panggil Dokter Ramli," teriak Eka kencang agar semua perawat bergerak dengan cepat. "P
Kaluna berjalan di belakang Emma yang saat ini sedang tertunduk lesu dan menangis di dada Wisnu yang berjalam beriringan dengan Emma."Ibu ngapain nangis sih?" bisik Kaluna pada Jonathan yang sedang berjalan di sampingnya."Sedih?" tanya Jonathan yang juga tidak paham kenapa Emma harus menangis. "Gila kurasa kalau Ibu masih merasa sedih atas kepergian ayah," ucap Kaluna ketus sambil menggenggam tangan Jonathan lebih erat lagi."Kita nggak tau kisah manis mereka, Yang," bisik Jonathan sambil menarik lembut Kaluna untuk lebih dekat dengan dirinya karena Kaluna hanpir saja menabrak papan bunga duka cita yang bertuliskan turut berduka cita atas meninggalnya Pamungkas Wibangun dari PT. Pelni Indonesia"Aku nggak perlu tahu dan aku nggak mau tahu, kalau bisa aku mau pulang," ungkap Kaluna sambil berjalan dengan menyeret kakinya karena rasa malas. Ia ingat pagi tadi dibangunkan oleh Emma dengan terburu-buru dan diminta untuk bersiap ke pemakaman. Kaluna yang saat itu masih mengumpulkan nya
"Kaluna, kamu nggak mau melakukan sesuatu?" tanya Emma saat mereka sedang di dapur rumah Pamungkas. Emma di sana sedang menata kue-kue kecil yang ia bawa untuk ia hidangkan ke para pelayat.Kaluna menatap bingung ke sekitarnya, "Aku harus ngapain, Bu? Kan Ibu udah beresin makanan. Nah, aku ngapain?"Emma mendengus pelan, ia ingat dengan apa yang terjadi tadi. Emma melihat Jonathan yang marah ke beberapa pelayat aneh yang mengenakan baju berwarna pink dan kuning padahal mereka sedang ke pemakaman bukan ke pesta pernikahan."Jangan bilang kamu masih mikirin orang-orang saltum di luar tadi," tebak Emma sambil memanjangkan lehernya untuk melihat Ibu-ibu aneh itu dan langsung mendapati mereka semua berada di luar.Kaluna melirik malas ke arah ibu-ibu aneh tersebut, "Orang gila semuanya, masa datang ke pemakaman tapi pake baju kaya gitu, miring mereka." Kaluna mengambil piring dari tangan Emma dengan malas."Kaluna," panggil Emma sesaat setelah Kaluna melangkahkan kakinya."Kenapa?""Ibu ta
"Kamu nggak bisa ngelakuin itu semuanya! Aku nggak ngelakuin hal yang bisa bikin kamu jeblosin aku ke penjara," ucap Frida sambil menarik tangannya kesal. Tidak akan mungkin Frida takut dengan gretakan sambal anak kemarin sore seperti Jonathan.Jonathan tersenyum meremehkan, ia menarik tangan Kaluna dan meminta tunangannya itu berdiri di belakangnya, "Kamu nggak apa-apa, Yang?""Sakit, Jo. Pipi aku sakit," bisik Kaluna sambil menarik ujung kemeja bagian belakang Jonathan. "Pulang.""Nanti kita pulang, aku mau urus dulu Tante kamu ini. Rada lain otaknya," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang dijawab tatapan kecewa oleh Kaluna."Heh jangan diem aja! Ayo jawab," tantang Frida kesal sambil berjalan ke arah Jonathan untuk mengambil akta tanah di tangan Jonathan.Jonathan mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga membuat Frida tersandung kakinya sendiri dan jatuh terjerembab, "Aku bisa jeblosin kamu ke penjara karena sudah melakukan tidak kekerasan dan perbuatan tidak menyenangkan."Fri
"Om Wisnu.""Saya akan menikahi Dek Emma dan saya yakin, kalau keuangan saya sangat mencukupi untuk menghidupi Emma dan juga Kaluna. Mereka berdua tidak membutuhkan uang sepeser pun dari keluarga mantan suami Dek Emma." Wisnu tersenyum dan berjalan ke arah Frida dan Sekar yang kebingungan dengan sosok dirinya."Siapa?" tanya Sekar sambil menunjuk Wisnu."Dia ...." Emma menghentikan ucapannya saat melihat tangan Wisnu terangkat seolah pertanda kalau dirinya harus menutup mulutnya."Saya Wisnu, saya calon suami Dek Emma sekaligus Bapak sambung Kaluna." Wisnu mengangkat tangannya dan langsung disambut oleh tangan Sekar yang masih bingung."Jadi, kamu yang akan menanggung semua kehidupan Emma dan Kaluna?" tanya Frida sambil tersenyum senang karena ia bisa memiliki harta warisan dari Pamungkas. Satu-satunya yang menghalangi dirinya untuk menjual rumah dan seluruh kekayaan Pamungkas adalah Sekar.Untungnya Frida tahu cara untuk membuat Sekar mengikuti keinginannya, jadi, semuanya akan baik-
"Kenapa Bu?" tanya Kaluna saat ia sedang menggunting daun pisang."Kamu udah dewasa, yah," jawab Emma sambil menyuiri ayam untuk isian lemper."Apa sih, Bu? Emang dulu Kaluna anak kecil?" Kaluna tersenyum kesal sambil memisahkan beberapa daun pisang, "Kaluna kan dari dulu udah gede. Udah dewasa bahkan sebelum waktunya," kekeh Kaluna yang langsung mendapatkan sentilan di hidung."Kamu itu selalu ada aja jawaban buat Ibu, Nak ...." Tiba-tiba saja raut wajah Emma berubah sendu sambil terus menatap Kaluna yang asik memotong daun pisang."Bu," panggil Kaluna yang mulai sadar kalau saat ini sedang ditatap Emma, "kenapa? Ibu lupa resep?" tanya Kaluna yang langsung dijawab gelengan."Sejak kapan Ibu lupa resep, kamu kali yang lupa resep lemper ala Ibu," ucap Emma sambil menyuir kembali ayam."Nggak lah, yah. Nggak mungkin Kaluna lupa. Kaluna paling hapal resep lemper Ibu dan Ibu juga Jonathan sudah mengakui kalau lemper buatan Kaluna enak," ucap Kaluna sambil menunjukkan kedua jempolnya denga
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend