Jonathan memeluk tubuh Kaluna dan mengecupi pucuk rambut kekasihnya yang saat ini sedang bergelung manis di dadanya setelah percintaan liar yang baru saja ia lakukan tadi di ruang tamu keluarga rumah Kaluna. "Ngapain?" tanya Kaluna yang merasakan kecupan juga usapan tangan di pucuk kepalanya, terasa sangat hangat namun, entah kenapa membuat Kaluna ingin menggoda Jonathan dengan pertanyaan bodohnya."Ngusap anak kucing," jawab Jonathan pelan sambil kembali mengecup pucuk rambut Kaluna lagi."Meong?" bisik Kaluna dengan suara sensualnya seraya mendongkah dan menatap Jonathan yang saat ini sedang menahan tawanya dengan puppy eyes andalannya."Hahaha ... kamu mau apa? Kamu kalau kaya gini pasti ada keinginan," ucap Jonathan yang sudah sangat paham gerak-gerik Kaluna.Kaluna langsung memamerkan deretan gigi putihnya lalu mengecup pipi Jonathan manja, "Mau kamu.""Boleh, ambilah ... ambil semuanya sampai habis," bisik Jonathan diiringi tawa renyah khasnya."Jangan sampai habislah, sisain d
"Mati nggak?" Kaluna langsung mendapatkan tepukkan pelan dari Jonathan dan saat ia melihat wajah kekasihnya itu ia langsung mendapatkan sorot mata kesal."Apa?" tanya Kaluna dingin, hatinya sudah sangat dingin dan tidak peduli lagi dengan keadaan Pamungkas. Kasarnya mau lelaki itu mati di rawa-rawa sekali pun Kaluna tidak peduli sama sekali. Ia muak!"Nggak gitu juga jawabnya, Yang," bisik Jonathan sambil membelai bagian belakang badan Kaluna pelan."Ya, mau jawaban apa? Kalau nggak mati buat apa? Nyusahin hidup, dia yang ada," jawab Kaluna ketus sambil berusaha untuk tidak melihat wajah Jonathan yang saat ini melihatnya seolah dirinya adalah orang paling durhaka di muka bumi karena mendoakan kematian ayahnya."Yang, itu bapak kamu." "Bapak macem apa yang kelakuannya kaya gitu?" tanya Kaluna sambil memutar bola matanya dan akhirnya berani kembali melihat wajah Jonathan dengan tatapan sedingin es kutub utara. "Setidaknya dia masih punya ikatan darah sama kamu, sudahlah maafkan dia, Y
Kaluna berjalan di lorong rumah sakit dengan menyeret kakinya dan bahkan sejujurnya saat ini Kaluna seolah sedang di tarik oleh Jonathan agar mau berjalan saking malasnya Kaluna melangkahkan kakinya mendekati ruang ICU di rumah sakit itu."Males, Jo," bisik Kaluna sambil menolehkan kepalanya melewati bahu lalu melihat manik mata Jonathan yang saat ini sedang menatapnta seolah dirinya adalah mahluk paling hina di dunia karena menolak untuk membesuk ayah kandungnya sendiri."Yang, masuk aja. Cuman masuk, liat dan keluar," pinta Jonathan sambil mendorong lembut punggung Kaluna hingga membuat tubuh kekasihnya itu maju mendekati pintu yang menghubungkan lorong dengan pintu ICU."Kamu ngomong enak, cuman masuk, liat dan keluar. Enak kamu ngomong gitu, gampang! Sedang aku yang menjalaninya mau muntah dan enek, aku muak sama ayah aku, Jo," seru Kaluna dengan suara tertahan karena ia masih punya malu untuk berteriak-teriak di rumah sakit. "Yang." Jonathan menghela napas pelan, menghadapi Kalu
Sekar hanya bisa mengangguk pelan karena jujur memang itu gelar yang pantas disematkan untuk anak lelakinya, bahkan, kalau boleh jujur Sekar beranggapan Iblis pun malu namanya disematkan pada Pamungkas, akibat kelakuan gila anaknya itu."Aku nggak mau lama-lama," bisik Kaluna sambil memanjangkan lehernya berusaha melihat orang yang berbaring di ranjang rumah sakit di depannya."Nggak usah terlalu lama, nggak papa," bisik Sekar sambil berjalan tertatih ke arah pinggir ranjang dan mendekatkan wajahnya ke kuping Pamungkas seolah membisikkan sesuatu yang tidap Kaluna dengar."Ah ... uhm ... ah ...." Terdengar suara Pamungkas dan terlihat Pamungkas mengacung-ngacungkan kedua tangannya ke arah Kaluna. Kalun mundur beberapa langkah saat melihat Pamungkas berusaha untuk bangun dari tidurnya. Terlihat Pamungkas mencoba untuk mengangkat badannya namun ditahan oleh Sekar."Lun ... argh ... Ka-lu-na ...." Suara Pamungkas yang serak terdengar di kuping Kaluna hingga membuat bulu kuduknya merinding
Seperti ada setan yang menhasutnya tanpa sadar Kaluna menekan kedua jempolnya sekencang mungkin hingga membuat Pamungkas tak mampu bernapas dan mengeluarkan suara orang tercekik."Astaga, Kaluna ... Kaluna." Terdengar suara panik Sekar yang kaget saat melihat dan mendengar Pamungkas dicekik oleh Kaluna. Dengan cepat ia mendekati Kaluna dan berusaha untuk melepaskan cekikkan tangan Kaluna.Dirinya tersentak kaget saat ia melihat kalau tangan Kaluna saat ini dipegang dan ditahan oleh Pamungkas sendiri. Gilanya Sekar melihat keikhlasan dari Pamungkas. "Lepas, Nak ... lepas," bisik Sekar lesu."Bunuh Ayahmu ini, Nak ...." Pamungkas berkata sambil tersenyum pedih, "Ayah ikhlas ... Ayah pantas menerimanya," bisik Pamungkas sambil mencoba tersenyum di antara sakitnya cekikkan Kaluna."Ampun, Kaluna ... lepas, lepas!" jerit Sekar sambil memukul lengan Kaluna dengan membabi buta dan menahan tangisnya sendiri hingga suaranya terdengar bergetar.Kaluna tidak mendengar apa pun juga, pikirannya k
"Jonathan!" teriak Kaluna kaget saat melihat Jonathan yang menghantamkan bogem mentahnya ke kepala Pamungkas."Astaga! Kenapa ini!" teriak salah satu perawat pria yang dibagian dadanya terbordir nama Eka, "Ini rumah sakit bukan ring tinju!" sentak Eka sambil menarik tangan Jonathan dibantu beberapa rekan sejawatnya."Kamu mau matikan? Sini aku matikan kamu! Aku bikin kamu nggak bisa liat matahari besok! Nggak usah suruh-suruh Kaluna buat bunuh kamu! Biar aku yang bunuh kamu, Bedebah!" sentak Jonathan sambil menggerakkan seluruh badannya meminta untuk dilepaskan agar bisa kembali memukuli Pamungkas. Geram!Kaluna yang kaget dengan cepat memeluk Jonathan dari belakang, "Jo, jangan ... nanti kamu masuk penjara! Aku sama siapa?" tanya Kaluna. Kaluna kaget saat melihat Jonathan mengendurkan tenaganya lalu melepaskan pegangan dari para perawat dengan perjanjian dia tidak akan melakukan tindakan kekerasaan lagi pada Pamungkas. Jonathan menatap manik mata Kaluna dan menangkup wajah kekasih
Mendengar perkataan Kaluna, Pamungkas seketika itu juga merasakan rasa sakit di dadanya. Tanpa sadar ia menepuk dadanya beberapa kali dan tangisnya pecah.Sakit ... sakit ... hanya rasa itu yang ia rasakan saat ini di dadanya. Entah karena merasakan rasa sakit karena perkataan Kaluna atau memang jantungnya yang terasa sangat sakit hingga ia merasakan sesak teramat sangat hingga untuk bernapas pun sangat sesak dan sulit."Pak ... pak ...." Eka salah satu perawat yang ada di sana langsung menyadari kalau ada yang tidak beres dengan Pamungkas. "Pak ... jawab Pak, jawab saya." Eka bergerak cepat untuk mengukur saturasi udara Pamungkas dan makin kaget saat melihat hasilnya."Saturasi udara rendah, okaigen!" teriak Eka dan membuat beberapa perawat di sana yang awalnya hanya menonton adegan permintaan maaf Pamungkas pada Kaluna mulai bergerak cepat dan bahkan meminta Sekar untuk keluar ruangan."Code blue! Panggil Dokter Ramli," teriak Eka kencang agar semua perawat bergerak dengan cepat. "P
Kaluna berjalan di belakang Emma yang saat ini sedang tertunduk lesu dan menangis di dada Wisnu yang berjalam beriringan dengan Emma."Ibu ngapain nangis sih?" bisik Kaluna pada Jonathan yang sedang berjalan di sampingnya."Sedih?" tanya Jonathan yang juga tidak paham kenapa Emma harus menangis. "Gila kurasa kalau Ibu masih merasa sedih atas kepergian ayah," ucap Kaluna ketus sambil menggenggam tangan Jonathan lebih erat lagi."Kita nggak tau kisah manis mereka, Yang," bisik Jonathan sambil menarik lembut Kaluna untuk lebih dekat dengan dirinya karena Kaluna hanpir saja menabrak papan bunga duka cita yang bertuliskan turut berduka cita atas meninggalnya Pamungkas Wibangun dari PT. Pelni Indonesia"Aku nggak perlu tahu dan aku nggak mau tahu, kalau bisa aku mau pulang," ungkap Kaluna sambil berjalan dengan menyeret kakinya karena rasa malas. Ia ingat pagi tadi dibangunkan oleh Emma dengan terburu-buru dan diminta untuk bersiap ke pemakaman. Kaluna yang saat itu masih mengumpulkan nya